Tuesday, December 26, 2023

Resepsi Pernikahannya dulu 10 Januari 2016

Di dalam pernikahan, repsepsi diartikan sebagai wadah atau tempat untuk mengumumkan bahwa di tempat tersebut sedang berlangsung atau telah terjadi pernikahan suami-istri. Resepsi di dalam pernikahan dijadikan seseorang untuk mengucapkan selamat kepada pasangan baru dan orang tuanya.

Resepsi pernikahan adalah suatu pesta yang diadakan setelah pelaksanaan upacara pernikahan secara agama dilangsungkan. Resepsi memegang peranan yang cukup penting, karena disinilah pihak keluarga pengantin pria dan wanita dapat membangun hubungan yang lebih erat.

Menggelar resepsi pernikahan memang akan membuat momen perkawinanmu lebih meriah. Tapi ingat, resepsi tidaklah wajib untuk dilakukan. Kalian masih memiliki kehidupan setelah pesta pernikahan.

Di masyarakat, walimatul ursy kerap disebut dengan resepsi pernikahan. Walimatul ursy sendiri dimaknai sebagai acara tasyakuran kepada Allah SWT atas terlaksananya akad pernikahan. Di masyarakat, walimatul ursy sering disebut sebagai pesta atau resepsi pernikahan.

Dalam Islam, tujuan pertama atau tujuan utama dari pernikahan adalah melaksanakan perintah Allah. Dengan melaksanakan perintah Allah, maka umat Muslim akan mendapatkan pahala sekaligus kebahagiaan.

Walimah pernikahan hukumnya disunnahkan. Yang dimaksud dalam hal ini ialah jamuan makan ketika pernikahan.

Pihak laki-laki boleh saja yang menanggung sebagian besar biaya pernikahan, kemudian pihak perempuan hanya membantu. Atau sebaliknya, pihak perempuan yang menanggung sebagian besar biaya sedangkan pihak laki-laki hanya membantu.

Perawan sebelum menikah

Manfaat Mempertahankan Keperawanan Hingga Menikah


"Makin susah menemukan wanita yang masih perawan sebelum menikah,"

Puluhan tahun lalu, wanita sangat menjaga agar dirinya tetap perawan hingga menikah. Mereka menjaga agar tidak berhubungan intim sebelum menikah. Hal inilah yang makin tergerus zaman. Banyak wanita yang melepas keperawanan sebelum menikah. Yang penting hubungan intim dilakukan aman dan tidak sampai hamil.

Meskipun zaman makin 'gila', bukan berarti Anda harus ikut dalam kegilaan itu bukan? Tentu saja kasus ini berbeda jika seorang wanita kehilangan keperawanan karena kasus pemerkosaan atau kecelakaan.

Inilah beberapa hal yang bisa membuat Anda bangga bisa menjaga keperawanan hingga menikah.

Bangga Pada Diri Sendiri

Tentu saja Anda boleh bangga pada diri sendiri. Di saat banyak wanita tidak peduli dengan siapa mereka berhubungan intim, Anda menjaga keperawanan hanya untuk pria spesial, suami Anda. Pria yang bisa menjaga dan bertanggung jawab dalam hidup Anda.

Bukti Bahwa Anda Tahan Godaan

Banyak godaan datang, bahkan dari pria yang menjadi pacar Anda. Tidak sedikit wanita melepas keperawanan sebagai bukti cinta, padahal hal itu tidak benar. Jika Anda berhasil menahan godaan tersebut sekaligus "Ah payah kamu, hari gini umur 25 masih perawan?" berarti Anda tahan banting dan punya prinsip yang teguh. Selamat!

Menjaga Perintah Agama

Dari yang kami ketahui, hampir semua agama menyarankan agar wanita menjaga kesucian hingga menikah. Menjaga perintah agama menjadi salah satu alasan wanita menjaga dirinya dari godaan dunia, salah satunya berhubungan intim sebelum waktunya.

Tidak Dikejar Perasaan Berdosa

Ada pertentangan batin di setiap hati wanita untuk menjaga dirinya. Kadang wanita yang sudah berhubungan intim sebelum menikah, bahkan yang sudah berkali-kali melakukannya atas nama cinta tetap dikejar perasaan berdosa. Perasaan inilah yang membuat wanita tidak tenang dan takut akan masa depannya. Bagaimana jika calon suaminya memutuskan hubungan karena tahu bahwa si wanita sudah tidak perawan? Percaya atau tidak, hal itu menjadi ketakutan terbesar wanita.

Menjaga Nama Baik Anda dan Keluarga

Kami punya cerita tentang sahabat yang sudah tidak perawan sebelum menikah. Wanita ini menjalin hubungan serius dengan seorang pria dan menutupi fakta bahwa dirinya sudah tidak perawan (bahkan para orang tuanya sendiri). Setelah bertunangan, barulah wanita ini mengaku pada calon suaminya.

Ternyata sang pria tidak terima telah dibohongi. Dia membatalkan pertunangan dan mengatakan alasannya pada kedua pihak keluarga. Akibatnya? Tentu saja nama keluarga tercemar. Hal-hal seperti ini tidak hanya terjadi pada satu atau dua wanita. Maka jagalah diri Anda.

Mencegah Kemungkinan Hamil dan Tertular Penyakit

Ada banyak alat kontrasepsi yang bisa dipakai, namun apakah hal itu menjamin bahwa Anda tidak hamil? Belum tentu. Hingga saat ini belum ada alat kontrasepsi yang menjamin 100 persen mencegah kehamilan. Jika Anda tidak berhubungan intim sebelum menikah, risiko terkena penyakit menular seksual juga lebih kecil.

Malam Pertama Lebih Berkesan

Beberapa sahabat kami yang sudah menikah mengatakan, sama-sama masih perawan dan perjaka di malam pertama lebih berkesan. Masih ada rona malu-malu, bagaimana deg-degannya saat pertama kali melakukannya, kadang masih sering salah menerapkan berbagai tips malam pertama. Semua itu menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.

Pasangan Mencintai Anda Dengan Tulus, Tidak Sekedar Nafsu

Saat Anda bisa menjaga keperawanan hingga menikah, berarti Anda memiliki pasangan yang juga hebat. Banyak pria mengecoh wanita untuk melepas keperawanan sebagai bukti cinta, padahal itu bohong dan hanya nafsu semata. Jika pasangan Anda dan Anda sama-sama menjaga diri hingga menikah, itu bisa menjadi indikasi bahwa cinta Anda dan dia tulus, tidak sekedar dorongan nafsu semata.

Berbahagialah jika Anda bisa menjaga diri hingga menikah.

Mari belajar qanaah ya



Qanaah Adalah – Pada dasarnya, semua agama yang ada di muka bumi ini selalu mengajarkan bahwa kita sebagai manusia hendaklah selalu bersyukur dan menerima akan apa yang telah ada serta diberikan oleh Tuhan. Orang yang memiliki kekayaan jiwa adalah mereka yang selalu rela dan merasa lapang dada dalam menerima pemberian dari Tuhan.

Pengertian Qanaah


Istilah “Qana’ah” ini dari segi bahasa berarti ‘cukup’ dan ‘
merasa puas dengan setiap sesuatu yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT dan tunduk serta akur dengan karunia-Nya’. Singkatnya, qanaah ini adalah sikap bersyukur akan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT dan merasa cukup akan semua itu.

Menurut Muhammad Ali Al-Tirmizi, sikap Qanaah ini berupa jiwa yang rela terhadap pemberian rezeki yang telah ditentukan-Nya. Kemudian menurut Abu Abdillah bin Khafif, Qanaah adalah perbuatan meninggalkan angan-angan terhadap sesuatu yang tidak ada dan merasa cukup dengan sesuatu yang telah ada. Sementara itu, menurut Abu Zakaria Ansari mengartikan bahwa Qanaah ini adalah perasaan seseorang bahwa dirinya telah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya, terutama dalam pemenuhan keperluan hidup yang berupa makanan, pakaian, dan lain-lain.

Dalam hal ini, Allah pasti telah menentukan kadar cobaan untuk setiap hamba-Nya, sehingga adanya cobaan dan godaan yang ada selama ini hanyalah semata-mata guna menguji tingkat keimanan manusia saja. Meskipun begitu, Allah juga tidak akan membebani manusia melebihi batas kemampuannya. Dalam beberapa sumber, disebutkan bahwa orang yang telah memiliki sifat Qanaah pasti tidak akan tergiur dengan kemewahan atau kekayaan yang dimiliki oleh orang lain, sebab dirinya sudah merasa cukup dengan apa yang dimilikinya selama ini.

Dzunnun al-Masri pernah mengatakan bahwa “Barang siapa bersikap Qanaah, maka dirinya dapat merasa nyaman di tengah manusia-manusia se-zamannya dan disegani oleh rekan-rekannya”. Tidak hanya itu saja, bahkan Rasulullah SAW juga pernah bersabda mengenai sifat Qanaah ini yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Abu Hurairah, berbunyi: “Jadilah kamu orang yang warak, dengan itu kamu menjadi orang yang banyak beribadah, dan jadilah kamu orang yang bersikap qanaah, maka dengan demikian kamu akan menjadi orang yang banyak bersyukur kepada sesama manusia.”

Dalam hadist tersebut, menyatakan bahwa sifat warak akan menjadikan manusia gemar beribadah kepada Allah SWT sehingga dirinya tidak akan menghabiskan waktu dan umur secara percuma. Lagipula, waktu tersebut akan dimanfaatkan untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Manusia yang terus-menerus melaksanakan sifat Qanaah ini nantinya akan merasa cukup dari apa yang telah dikaruniakan oleh Allah, sehingga dapat terbebas dari beberapa sifat buruk yang tidak disukai oleh Allah. Yap, penerapan sifat Qanaah ini dapat membebaskan manusia dari sifat ghurur (tertipu), sifat ‘ujub (bangga diri), dan sikap su’ul adab (akhlak yang buruk) kepada Allah SWT. Bahkan, sifat Qanaah yang mana dapat juga disebut dengan sikap rasa bersyukur ini ternyata efektif sebagai terapi diri dari penyakit psikis yang sering membawa dampak negatif terhadap kesehatan fisik. Hal tersebut karena dari dalam diri seseorang, akan muncul sikap menerima kenyataan, baik ketika sakit maupun sehat, serta baik ketika dalam kondisi kaya maupun miskin.

Keberadaan Qanaah ini adalah awal dari ridaRida sendiri berasal dari kata radhiya-yardha yang berarti ‘menerima suatu perkara dengan lapang dada tanpa merasa kecewa maupun tertekan’. Menurut Al-Hujwiri ini, rida terbagi menjadi dua hal yakni rida Allah terhadap hamba-Nya, dan rida hamba terhadap Allah. Dalam rida Allah terhadap hamba-Nya ini adalah dengan cara memberikan pahala, nikmat, dan karomah-Nya kepada para hamba-Nya. Sementara rida hamba terhadap Allah adalah dengan melaksanakan segala perintah dan tunduk atas segala hukum-Nya.

Sebagai seorang manusia, baik itu muslim atau bukan pasti sudah diajarkan mengenai rasa bersyukur sejak dini ‘kan? Nah dalam agama Islam, sifat Qanaah ini menjadi modal paling teguh ketika menghadapi kehidupan, sebab dapat menimbulkan semangat untuk mencari rezeki dengan tetap memantapkan pikiran, meneguhkan hati, bertawakal kepada Allah, dan mengharap pertolongan-Nya supaya keinginannya dapat terwujud.

Bentuk dari rasa syukur itu dapat diwujudkan dalam tiga aspek, yakni :

  • Syukur dengan hati, berupa menyadari dan meyakini bahwa semua nikmat dan karunia yang kamu terima pada detik ini adalah bentuk anugerah dari Allah SWT.
  • Syukur dengan lisan, berupa memuji Allah SWT sebanyak-banyaknya dan mengucap Alhamdulillah.
  • Syukur dengan perbuatan, berupa taat beribadah kepada-Nya dan menggunakan segala karunianya untuk hal-hal kebajikan.

Sifat Qanaah ini juga dapat menjauhkan diri dari ajakan nafsu terutama atas tipu daya kehidupan dunia, yang mana dapat membuat seseorang melupakan Allah SWT hingga lalai atas kewajibannya sebagai muslim. Atas adanya hal tersebut, Abu Abakar al-Maraghi juga mengatakan bahwa: “Orang yang berakal ialah orang yang mampu mengatur urusan dunianya dengan Qanaah, urusan akhiratnya dengan keinginan yang kuat dan bersungguh-sungguh, dan urusan agamanya dengan ilmu pengetahuan dan jihad”. 

Atas adanya pernyataan tersebut, jelaslah bahwa Qanaah ini bukan hanya merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan keinginan-keinginannya, tetapi juga kemampuan seseorang dalam mengatur urusan duniawi dan urusan agama.

Nah, berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Qanaah ini adalah kondisi dimana seorang muslim mampu menerima diri mereka sendiri, serta memiliki kemauan untuk menghadapi kenyataan dalam kondisi kehidupan mereka bagaimanapun adanya. Orang yang memiliki sifat Qanaah ini juga akan selalu merasa puas atas apa yang diperolehnya sehingga cenderung mampu menghindari hal-hal buruk, salah satunya adalah sifat sombong dan tamak. Hal tersebut karena orang yang memiliki sifat Qanaah ini selalu berpikir bahwa apapun yang mereka dapatkan saat ini hanyalah titipan dari Allah SWT yang mana sewaktu-waktu dapat hilang.

Lima Perkara Dalam Sifat Qanaah

Sebelumnya, telah disebutkan bahwa sifat Qanaah ini adalah awal dari ridha yang mana akan selalu merasa cukup meskipun rezeki yang diberikan oleh Allah SWT berjumlah sedikit dan tidak mengejar kekayaan dengan cara yang kurang terpuji. Dalam sifat tersebut, ternyata mengandung lima perkara, yakni:

  1. Menerima dengan rela atas apa yang ada.
  2. Memohonkan kepada Allah SWT atas tambahan yang pantas dan tetap selalu berusaha.
  3. Menerima dengan sabar atas ketentuan dari Allah SWT.
  4. Bertawakal kepada Allah SWT.
  5. Tidak tertarik dengan adanya tipu daya manusia.

Sebenarnya, pemahaman akan Qanaah ini sangat luas. Meskipun kita menerima dan bersyukur atas apa yang telah diberikan oleh Allah SWT, tetapi kita juga harus berusaha secara aktif untuk mendapatkan yang terbaik lagi. Sebab kembali lagi dengan pemahaman Qanaah yang berkaitan bahwa definisi “kaya” tidak selalu kaya akan harta, tetapi lebih kepada kaya akan hati. Jika hanya kaya harta saja, semakin lama manusia cenderung akan memiliki hati yang rakus untuk kekayaan lainnya.

Rasulullah SAW juga pernah bersabda mengenai Qanaah ini, berbunyi: “Siapapun yang ingin menjadi seorang pemilik, maka Allah SWT cukup baginya. Siapapun juga yang menginginkan ketenangan, maka Al-Quran akan mencukupinya, dan siapapun yang menghendaki kekayaan, maka cukuplah dengan Qana’ah. Lalu, barangsiapa yang menginginkan sebuah nasihat maka cukuplah dengan kematian, dan siapapun yang merasa tidak cukup dengan keempat perkara tersebut, maka nerakalah yang akan mencukupinya.”

Hikmah Dalam Kehidupan

Keberadaan sifat Qanaah tentu saja memberikan banyak pengaruh terhadap kehidupan seseorang, baik itu secara lahir maupun batin. Hal tersebut karena Qanaah memang mengajarkan manusia untuk menerima dengan ikhlas atas apa yang telah dan menjadikannya sebagai ketenangan batin supaya tidak tamak. Selain itu, sifat Qanaah juga menjadikan manusia untuk selalu bersyukur dan tidak tidak mudah putus asa terhadap apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Maka dari itu, sifat Qanaah sangat penting diterapkan dalam keadaan apapun supaya mendapatkan rasa ketenangan.

Secara umum, hikmah dari sifat Qanaah dalam kehidupan sehari-hari adalah :

  • Memberikan rasa tentram dan tenang pada jiwa manusia, sebab dirinya tidak dihantui oleh rasa tamak dan serba kekurangan terhadap hal-hal duniawi.
  • Mendatangkan etos kerja dan giat bekerja dalam upaya memperoleh sesuatu yang memang pantas untuk didapatkan.
  • Optimis, percaya diri, dan tidak ragu-ragu dalam menghadapi hidup.
  • Hidup sederhana dan apa adanya.
  • Menjadikan seorang muslim sebagai seseorang yang bertawakal dan sabar dalam menghadapi kebahagiaan hidup sekaligus mendorong muslim untuk selalu berusaha mendapatkan kebahagiaan hidup yang sebenar-benarnya, yakni kaya hati bukan kaya harta.
  • Menjadikan seseorang merasa lebih puas sekaligus bersyukur atas segala keadaannya.
  • Tidak diperbudak oleh harta benda.
  • Mendapati jiwa tenang dan terhindar dari stress.
  • Sebagai penyeimbang hidup, sebab seorang muslim yang menerapkan sifat Qanaah ini nantinya akan menyadari bahwa segala yang diperolehnya itu berasal dari Allah SWT dan ketika dirinya kehilangan segala hal tersebut tidak merasa kecewa atau frustrasi secara berlebihan.
  • Sebagai penggerak hidup, sebab seorang muslim yang menerapkan sifat Qanaah ini cenderung akan memiliki sikap emosional yang memungkinkan bagi dirinya untuk meraih cita-cita dunia dan kemenangan, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat.

Ada hukum perceraian dalam islam

Hukum Bercerai dalam Islam, Bisa Wajib karena Hal Ini

Hukum bercerai dalam Islam perlu dipahami oleh setiap muslim sebelum mengambil keputusan. Perceraian adalah pemutusan hubungan suami istri dari hubungan pernikahan yang sah secara agama dan negara. Dalam Islam, perceraian disebut juga dengan istilah talak.

Islam memang tidak melarang perceraian, tetapi perbuatan itu tidak dianjurkan. Allah SWT pun tidak menyukai perceraian sebab perbuatan itu sama saja dengan memutus silaturahmi.

Bercerai dapat menjadi pilihan terakhir bagi pasangan suami istri apabila memang tidak ada lagi jalan keluar lainnya. Dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 227, Allah SWT berfirman,

Artinya: "Dan jika mereka berketetapan hati hendak menceraikan, maka sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."

Selain itu, Rasulullah SAW juga telah menegaskan perihal perceraian melalui sabdanya,

Artinya: "Sesungguhnya sesuatu yang halal yang paling dibenci oleh Allah adalah perceraian." (HR Abu Dawud)

Namun, hukum bercerai dapat berubah menjadi wajib, sunnah, mubah, dan bahkan haram. Berikut ini penjelasan selengkapnya.

Hukum Bercerai dalam Islam

1. Wajib

Bercerai menjadi wajib hukumnya dalam Islam dikarenakan adanya perpecahan yang tidak mungkin untuk bersatu kembali atau suami istri tidak dapat didamaikan lagi.

2. Sunnah

Bercerai yang disunnahkan hukumnya, yaitu talak yang disebabkan karena sang istri tidak memiliki sifat afifah (menjaga kehormatan diri) dan tidak lagi memperhatikan perkara-perkara yang wajib dalam agama (seperti tidak memperhatikan salat lima waktu), serta sulit diperingatkan. Selain itu, perceraian juga dapat menjadi sunnah apabila suami tidak mampu menanggung nafkah istri.

3. Makruh

Bercerai hukumnya makruh apabila talaknya tidak memiliki sebab yang jelas dan pernikahannya masih memungkinkan untuk diteruskan. Jika seorang suami menjatuhkan talak kepada istrinya yang baik, berakhlak mulia, dan mempunyai pengetahuan agama, perbuatan ini juga termasuk bercerai yang dimakruhkan.

4. Mubah

Bercerai hukumnya mubah atau diperbolehkan apabila suami istri memiliki tingkah laku, akhlak yang buruk, serta dalam berdampak negatif jika keduanya terus bersama.

5. Haram

Perceraian hukumnya diharamkan apabila termasuk talak bid'i (bid'ah) yang tidak sesuai dengan tuntunan syariat. Misalnya menceraikan istri ketika sedang haid atau nifas, menceraikan ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalangi istrinya daripada menuntut harta pusakanya, atau menceraikan istrinya dengan talak tiga sekaligus atau talak satu tetapi disebut berulang kali.

Macam-Macam Talak dalam Islam

Dilansir dari buku Fikih karya Harjan Syuhada & Sungarso, macam-macam talak (perceraian) ditinjau dari segi kebolehan rujuk atau menikah kembali dapat dibedakan menjadi dua macam, berikut di antaranya.

1. Talak Raj'i

Talak raj'i adalah talak yang boleh dirujuk kembali sebelum masa iddahnya berakhir. Talak raj'i meliputi talak satu dan talak dua. Hal ini juga telah diterangkan Allah SWT dalam firman-Nya,

Artinya: "Talak (yang dapat dirujuk) itu dua kali. (Setelah itu suami dapat) menahan dengan baik, atau melepaskan dengan baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali keduanya (suami dan istri) khawatir tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah. Jika kamu (wali) khawatir bahwa keduanya tidak mampu menjalankan hukum-hukum Allah, maka keduanya tidak berdosa atas bayaran yang (harus) diberikan (oleh istri) untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa melanggar hukum-hukum Allah, mereka itulah orang-orang zalim." (QS Al-Baqarah: 229)

2. Talak Ba'in

Talak ba'in adalah talak yang menghalangi suami untuk rujuk kembali. Talak ba'in dibedakan menjadi dua macam, yaitu talak ba'in kubra dan talak ba'in sugra.

Talak ba'in kubra ialah talak yang dilakukan suami kepada istri ketiga kalinya sehingga suami tidak boleh rujuk. Apabila hendak rujuk, istrinya harus menikah lagi dengan laki-laki lain dan sudah dicampuri kemudian diceraikan oleh suaminya yang kedua.

Sedangkan talak ba'in sugra ialah talak yang tidak boleh dirujuk lagi, tetapi bekas istrinya boleh dinikahi kembali dengan akad dan mas kawin baru dan bekas istri tidak harus menikah terlebih dahulu dengan suami lain. Talak ba'in sugra meliputi talak satu dan dua yang telah habis masa iddahnya, khuluk (menggugat), dan talak terhadap istri yang belum digauli.

Dengan demikian, bercerai dalam Islam hukumnya tidak dianjurkan. Namun, dapat menjadi wajib, sunnah, boleh, makruh, dan bahkan diharamkan tergantung dengan kondisi dari pasangan suami istri yang memiliki masalah.


Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...