Kriteria pasien yang wajib mendapat konseling obat
Ada beberapa kriteria yang ditetapkan bagi pasien atau keluarga pasien untuk wajib menerima konseling obat di apotek, seperti: Pasien dengan kondisi khusus. Contoh: pasien pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati/ginjal, ibu hamil dan menyusui). Pasien dengan terapi jangka panjang atau penyakit kronis. Misal: AIDS dan epilepsi. Pasien yang menggunakan obat dengan instruksi khusus. Contoh: penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off. Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, dan teofilin). Pasien dengan polifarmasi (pasien penerima beberapa obat untuk indikasi penyakit yang sama). Pasien yang memiliki tingkat kepatuhan rendah dan berisiko membahayakan kesehatannya.
Tujuan konseling obat di apotek
Konseling harus dilakukan oleh apoteker penanggung jawab di apotek. Tujuan dari praktik konseling, seperti:
Membangun kepercayaan (trust) antara apoteker sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam pengobatan dengan pasien, Menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada pasien agar mereka termotivasi untuk patuh, Membantu pasien untuk beradaptasi dengan penyakit dan obatnya, Membantu pasien untuk patuh pada aturan penggunaan obat yang benar, Meningkatkan kemampuan dan kesadaran pasien dalam menyelesaikan masalah kesehatannya sendiri, Mencegah/mengurangi masalah yang berkaitan dengan efek samping obat, reaksi obat yang merugikan, hingga ketidakpatuhan.
Tahapan dalam praktik konseling obat
Praktik konseling tentu tidak dilakukan dengan asal-asalan. Berikut tahapan kegiatan konseling obat di apotek:
Membuka komunikasi antara apoteker dan pasien
Aspek komunikasi memegang peran penting akan keberhasilan praktik konseling. Aspek komunikasi dalam membuka konseling meliputi apa saja? Pertama, memperkenalkan diri dan menanyakan nama pasien. Kedua, wajib menggunakan bahasa yang mudah dimengerti pasien. Ketiga, lakukan juga komunikasi non verbal (bahasa tubuh), misal untuk mempraktikkan cara pakai obat.
Menilai pemahaman pasien
Apoteker harus bisa mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime questions, yaitu:
Apa yang disampaikan dokter tentang obat yang diberikan?
Apa yang dijelaskan dokter tentang cara pemakaian obat?
Apa yang dijelaskan dokter tentang hasil yang diharapkan setelah pasien menerima terapi obat tersebut?
Menggali informasi yang dibutuhkan
Apoteker diharapkan mampu menggali informasi lebih lanjut dengan memberi pasien kesempatan untuk menyampaikan berbagai masalah yang mereka hadapi seputar penggunaan obat. Lalu, beri mereka solusi dan penjelasan untuk menyelesaikan masalah seputar penggunaan obat tersebut.
Menggali informasi yang dibutuhkan
Apoteker diharapkan mampu menggali informasi lebih lanjut dengan memberi pasien kesempatan untuk menyampaikan berbagai masalah yang mereka hadapi seputar penggunaan obat. Lalu, beri mereka solusi dan penjelasan untuk menyelesaikan masalah seputar penggunaan obat tersebut.
Menyampaikan informasi obat secara detail
Apa saja aspek informasi obat yang wajib kamu sampaikan kepada pasien saat konseling?
Tantangan dalam konseling obat di apotek
Pelaksanaan konseling di apotek menjadi wajib bagi pasien yang masuk dalam kriteria yang telah disebutkan di atas. Di luar kriteria tersebut, apoteker juga diperkenankan melakukan konseling obat kepada pasien atau pelanggan.
Apoteker bisa coba meminimalisir hambatan di atas, misal dengan membuka praktek di jam-jam ramai atau aktif meminta pasien menjadwalkan konseling di tengah kesibukan mereka. Dengan begitu, pasien/pelanggan dapat terlayani lebih maksimal.
No comments:
Post a Comment
Silahkan ketik sambil senyum ya