Sunday, December 10, 2023

Cara hidup agar bahagia


Berikut 13 cara hidup bahagia agar kamu tidak mudah stres dan belajar mencintai diri sendiri:

1. Berhenti Membandingkan Diri Kamu Dengan Orang Lain

Membandingkan diri dengan orang lain merupakan hal yang lumrah dilakukan dalam kehidupan sosial, tapi untuk saat ini kamu harus mulai berhenti melakukan hal tersebut dan fokus dengan hidup kamu. Pergeseran energi tersebut dapat membuat kamu lebih bebas dengan sendirinya.

2. Hiraukan Semua Komentar Dari Orang Lain

Tidak dapat dipungkiri opini atau komentar yang keluar dari orang lain, sesama teman atau hanya orang iseng dapat membuat kamu kepikiran dan akhirnya mencoba berprilaku seperti yang mereka ekspektasikan ke kamu. Cara hidup bahagia adalah dengan mulai menyaring komentar orang lain ke diri sendiri. Langkah ini bisa membuat kamu lebih bahagia karena pada dasarnya kita tidak bisa membuat semua orang senang. Lakukan yang terbaik untuk dirimu.

3. Terima Kekurangan dan Memaafkan Diri Sendiri

Pada dasarnya semua orang tidak ada yang sempurna dan semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Tapi jangan sampai kesalahan membuat kamu jatuh terlalu dalam, jadikanlah kesalahan sebagai pelajaran. Sehingga kamu pun akan bertumbuh karena tidak ada yang tahu hidup ke depannya akan seperti apa.


4. Ingat! Nilai Diri Bukan Hanya Diukur Dari Bentuk Tubuh

Cara terbaik membahagiakan diri sendiri adalah dengan tidak melihat atau menilai dirimu sendiri dari bentuk tubuhmu. Hal ini sangat mendasar karena begitu banyak pandangan yang mengukur nilai seseorang dari fisik ataupun yang terlihat. Mulai saat ini kenakan apapun yang membuat kalian merasa nyaman, percaya diri dan bahagia.

5. Jangan Ragu Keluar Dari Orang-Orang Toxic

Tidak semua orang mempunyai energi yang baik untuk kita. Jika seseorang sudah membuat dirimu tidak lebih baik, jangan ragu dan takut untuk keluar dari lingkungan tersebut.
Ingat, jaga energi dan pikiran kamu agar tidak terjebak dari situasi yang bisa membuat depresi. Lakukan ini agar hidupmu bahagia setiap hari.

6. Proses Rasa Takut

Setelah berbuat salah rasa takut, cemas dan khawatir akan selalu ada. Proses lah perasaan itu dengan menerimanya dan jangan tolak hal tersebut. Setiap manusia pasti merasakan hal itu, setelahnya coba kamu berbicara dengan diri sendiri dan mengevaluasinya agar bisa menjadi lebih baik. Cara hidup bahagia adalah dengan terbuka pada diri sendiri sehingga dapat membantu kamu menjadi lebih baik.

7. Percayalah Pada Diri Sendiri untuk Mengambil Keputusan Bagi Diri Sendiri

Terkadang, kita terlalu sering ragu pada diri sendiri dalam kemampuan mengambil keputusan. Sebenarnya perasaan dan otak kita dapat mengambil keputusan terbaik untuk diri sendiri lho karena kita lebih mengenal diri sendiri dibandingkan orang lain.

8. Ambil Setiap Kesempatan yang Ada Dalam Hidup Atau Ciptakan Sendiri

Waktu dalam kehidupan tidak akan pernah sempurna. Beberapa pengaturannya mungkin tidak ideal tetapi jangan jadikan hal tersebut sebuah penghalang untuk mewujudkan dan menggapai impian kalian. Sebaliknya raih momen itu karena mungkin tidak akan pernah kembali.

9. Jadikan Diri Sendiri Sebagai Prioritas

Wanita bisa terbiasa mengutamakan orang lain terlebih dahulu dibandingkan dirinya. Agar hidup kamu lebih tenang, jangan jadikan hal tersebut menjadi kebiasaan karena terkadang dapat membuatmu kecewa. Jadi temukan waktu untuk dekompresi diri sendiri.

10. Nikmati Perasaan Baik Sedih Maupun Senang

Biarkan hati kamu merasakan sedih ataupun senang dengan sepenuhnya. Bersandar pada kesakitan, bersenang-senanglah dan jangan batasi perasaan kamu. Seperti halnya ketakutan, rasa sakit dan kegembiraan adalah emosi yang akan membantu memahami diri sendiri. Cara ini bisa membuatmu hidup bahagia.

11. Latihan Berani Tampil di Depan Umum

Biasakan berbicara pada diri sendiri dan sempatkan diri untuk bergabung dengan orang banyak lalu sampaikan pendapat kamu. Karena pada dasarnya semua pendapat itu sama berharganya.

12. Mensyukuri Hal-Hal yang Sederhana

Cara sederhana hidup bahagia adalah dengan mencoba memperhatikan setidaknya satu hal kecil yang indah di sekitar kamu setiap hari. Catat itu dan syukuri itu karena dengan bersyukur membantu anda menemukan kesenangan.

13. Bersikap Baik Kepada Diri Sendiri

Meski dunia penuh dengan kata-kata dan kritik keras tapi cobalah tetap bicara dan bersikap baik terhadap diri sendiri. Jangan menyebut diri kamu dengan hal-hal yang kasar. Cara hidup bahagia adalah dengan memberikan penghargaan dan perayaan kepada diri sendiri apabila kamu bisa melakukan dan melewati sesuatu yang berat.


Penyebab kematian Utsman bin Affan karena nepotisme

 


Surat Perintah Palsu Penyebab Kematian Utsman bin Affan

Utsman bin Affan dikenal sebagai pemimpin negara yang lembut. Perangainya ini membuat orang-orang merasa puas dengan masa pemerintahannya. Memasuki separuh kedua dari masa kekuasaannya, sifat lembut Utsman ini justru berdampak sebaliknya, ia malah kurang tegas dalam menjalankan roda pemerintahan, termasuk enggan mencopot aparatur negara yang kurang kompeten. Pada masa pemerintahan Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab, suasana masih terkendali. Artinya, letupan-letupan politik yang terjadi masih dapat dikendalikan. Memasuki era khalifah Utsman bin Affan, atmosfir politik sudah mulai tidak bersahabat.

Instabilitas politik Utsman bin Affan dilantik menjadi pemimpin negara tiga hari setelah jenazah Umar bin Khattab disemayamkan. Pengangkatannya sebagai khalifah berdasarkan suara mayoritas, meski awalnya Utsman keberatan dan menyarankan agar Ali bin Abi Thalib saja yang menjadi khalifah.

Berdasarkan laporan Az-Zuhri, Imam As-Suyuti dalam Tarikh Khulafa menjelaskan, Utsman bin Affan menjabat sebagai pemimpin negara selama dua belas tahun. Enam tahun pertama atau separuh dari masa kepemimpinannya, Utsman tampak cakap menjalankan roda pemerintahan. Bisa dipastikan samua rakyat merasa puas terhadap kebijakannya. Belum lagi sikapnya yang lemah lembut menjadi daya tarik tersendiri, karena sebelumnya rakyat dipimpin oleh Umar yang berperangai lebih tegas. 

Kondisi yang berbeda terjadi pada separuh terakhir dari masa pemerintahannya. Karakter Utsman yang lembut ternyata membuatnya kurang tegas dalam mengambil keputusan, termasuk dalam menurunkan aparatur-aparatur pemerintah yang kurang berkompeten. Ditambah lagi praktik nepotisme yang ia lakukan. Konon, ia banyak mengangkat pejabat dari kalangan keluarga sendiri dan Bani Umayah (kaum sendiri) yang tidak hidup semasa Rasulullah.

Salah satu saudara yang Utsman angkat sebagai pejabat adalah Abdullah bin Sarah sebagai Gubernur Mesir. Ini merupakan salah satu praktik nepotisme Utsman yang akan menjadi penyebab kematiannya. Imam Adz-Dzahabi dalam Siyaru A’lamin Nubala mencatat, Abdullah merupakan saudara sesusu Utsman.  Sedikit laporan tentang Abdullah bin Sarah. Imam Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wan Nihayah mengisahkan, Abdullah bin Sarah merupakan salah satu sahabat Nabi yang ditugasi sebagai pencatat wahyu. Hanya saja ia berkhianat dan murtad. Pada saat penaklukan kota Makkah, ada beberapa orang yang tidak Nabi ampuni, salah satunya adalah Abdullah. Nabi pun memerintahkan sahabat untuk membunuhnya. Hanya saja Utsman merasa iba dan membebaskannya. 

Berdasarkan catatan Adz-Dzahabi dalam Siyaru A’lamin Nubala, Abdullah kemudian kembali memeluk Islam. Dari laporan di tersebut, jelas bahwa Abdullah bin Sarah memiliki catatan hitam pada masa Rasulullah saw masih hidup. Ternyata wataknya ini belum sepenuhnya hilang, hingga saat menjadi gubernur di Mesir pun ia banyak mendapat protes dari rakyatnya karena kerap kali bertindak lalim. Tidak tahan dengan sikapnya, orang-orang Mesir pun melaporkan kondisi tersebut kepada Utsman bin Affan.

Merespons laporan tersebut, segera Utsman menyurati Abdullah dan memperingatinya dengan tegas. Bukannya takut, Abdullah malah tidak bergeming sama sekali, bahkan ia memukul dan membunuh orang-orang Mesir yang diutus Utsman untuk menemuinya. Sejak kejadian itu, sebanyak 700 masyarakat Mesir beramai-ramai ke Madinah untuk unjuk rasa kepada Utsman dan menuntut agar Sang Khalifah mengambil sikap tegas mencopot Abdullah. Setelah beberapa upaya yang juga melibatkan Sayyidah Aisyah dan Ali bin Abi Thalib, Utsman pun mantap untuk mencopot Abdullah dan menggantikannya dengan Muhammad bin Abu Bakar atas usulan warga Mesir sendiri.

Surat perintah palsu Setelah membuahkan hasil, orang-orang Mesir pun kembali ke negaranya dengan membawa keputusan tertulis Utsman yang berisi tentang penggantian gubernur Mesir. Tepat hari ketiga dari perjalanan, mereka dikejutkan oleh seseorang berkulit hitam legam yang menunggang unta dengan terburu-buru. Mencurigai orang itu, mereka pun memberhentikan dan menginterogasinya.

Selang beberapa waktu, diketahuilah status orang itu. Ia mengaku sedang melakukan perjalanan ke Mesir untuk mengantarkan surat khalifah ke gubernur. Orang-orang semakin curiga ketika yang dimaksud gubernur itu adalah Abdullah bin Sarah, bukan Muhammad bin Abu Bakar yang baru saja disahkan sebagai penggantinya. Setelah ditelusuri, orang itu juga mengaku sebagai pelayan Utsman bin Affan. Namun di sisi lain, ia mengaku sebagai pelayan Marwan bin Hakam. Orang-orang kemudian menggeledahnya dan menemukan sebuah surat. Curiga isi surat itu, Muhammad bin Abu Bakar segera mengumpulkan orang-orang Anshar, Muhajirin dan beberapa lainnya untuk bersama menyaksikan isi surat tersebut. Ketika Muhamad membukanya, tertulis pesan di dalamnya: “Jika datang Muhammad bin Abu Bakar dan fulan, juga fulan, maka bunuhlah mereka, dan batalkan isi surat (keputusan penggantian gubernur) yang dia bawa. Sementara jabatanmu tetap seperti semula sampai datang perintahku. Penjarakanlah orang-orang yang mengadu kepadaku dan mengatakan bahwa ia telah dizalimi olehmu, sampai aku memerintahkan hal lain untukmu, insya Allah.”  Selesai membaca surat itu, praktis mereka bingung dan memutuskan untuk kembali ke Madinah menemui Utsman. 

Muhammad bin Abu Bakar membeberkan isi surat itu kepada penduduk Madinah, termasuk beberapa sahabat Nabi seperti Thalhah, Zubair, Ali, Sa’ad, dan lain sebagainya. Penduduk Madinah yang membaca surat itu merasa jengkel dengan Utsman. Orang-orang Madinah yang dulu sempat konflik dengan Utsman pun semakin menunjukkan kebencian. Orang-orang menemui Utsman untuk memberi penjelasan atas isi surat tersebut. Utsman sendiri terkejut begitu melihat isi surat dan bersumpah demi Allah bahwa bukan ia yang menulisnya. Belum lagi ada stempel pemerintah di surat itu. Dengan sumpah ini, masyarakat percaya bahwa Utsman jujur atas pengakuannya. Setelah ditelusuri, mereka akhirnya berkesimpulan bahwa yang menulis surat itu adalah Marwan bin Hakam, sekretaris Utsman. Muhammad bin Abu Bakar beserta rombongan pun memutuskan untuk mencari Marwan sampai ketemu guna dimintai keterangan. 

Hanya saja Utsman merahasiakan keberadaannya karena khawatir akan dibunuh. Di tengah kegaduhan, ada pihak yang memprovokasi agar mengepung Utsman sampai ia mau menyerahkan Marwan. Walhasil, Muhammad bin Abu Bakar beserta rombongan mengepung Utsman, bahkan menghalangi akses air masuk ke dalam rumahnya. Di dalam rumah ada Utsman dan istrinya. Atas perintah Ali, Hasan dan Husein berjaga di pintu luar bersama beberapa orang agar tidak ada yang masuk. Sampai pada puncak kemarahannya, Muhammad bin Abu Bakar bertekad untuk membunuh Utsman. 

Karena pintu rumah dijaga, Muhammad bin Abu Bakar masuk dari atap dan mencengkeram jenggot Utsman. Sebelum masuk, Muhammad bin Abu Bakar sudah berpesan kepada dua laki-laki yang ada di sampingnya, “Jika aku sudah meringkusnya, masuklah kalian berdua dan pukullah Utsman sampai kalian membunuhnya.” Niatnya untuk membunuh ia urungkan begitu Utsman mengingatkan bahwa andai Abu Bakar (ayah Muhammad) melihat ini, pasti tidak senang. Begitu Muhammad bin Abu Bakar melepaskan Utsman, masuk dua orang laki-laki tadi dan memukul Utsman sampai terbunuh. Inna lillahi wa inna ilaihi rajiun.  Berdasarkan salah satu riwayat, As-Suyuti mencatat, pembunuh itu adalah pria dari penduduk Mesir dengan warna kulit sawo matang dan dijuluki dengan nama Himar. Sementara Ibnu Katsir menjelaskan, menurut Ibu Umar, nama pembunuh itu adalah Aswad bin Himran. 

Kisah Abu bakar as siddiq


Biografi Abu Bakar: Kelahiran hingga Memeluk Islam Tanpa Keraguan

Abu Bakar lahir dengan nama Abdullah bin Abu Quhafah at-Taimy (nama sebenarnya Utsman). Sementara ibunya bernama Ummu al-Khair (sebetulnya bernama Salma binti Sakhar). Jika nasab Abu Bakar dari bapaknya ditarik ke atas, maka akan bertemu dengan garis keturunan Nabi Muhammad pada Murrah bin Ka’ab. Ia lahir di Makkah pada 573 M atau lebih kurang dua tahun enam bulan setelah Tahun Gajah. Dari situ bisa diketahui bahwa Abu Bakar lebih muda 2,5 tahun dari Nabi Muhammad.  

Abu Bakar berasal dari keluarga pedagang yang kaya. Hal itu yang memengaruhi kehidupannya sehingga kelak ketika dewasa dia menjadi pedagang yang sukses. Keluarga berada juga membuat Abu Bakar menjadi pribadi yang terpelajar. Ia kerap kali pergi ke luar Makkah, ke Yaman, Syam, dan tempat lainnya. Kendati demikian, tidak ada informasi yang memadai—yang sampai kepada kita- mengenai masa kecil dan masa remaja Abu Bakar. Namun demikian, sebagaimana diketahui bahwa pada saat itu masyarakat Arab tengah berada dalam zaman jahiliyah—di mana mereka menyembah berhala, Abu Bakar juga diajarkan untuk menyembah berhala sejak kecil. Pernah suatu hari Abu Bakar meminta makanan dan pakaian kepada berhala. 

Tentu saja berhala itu tidak mengabulkan permintaannya. Karena kesabarannya habis, Abu Bakar mengangkat batu dan mengancam berhala tersebut; ‘Kamu bukan lah Tuhan kalau tidak bisa melindungi dirimu’. Seketika, berhala tersebut dipukul dengan batu hingga hancur. 
Maka sejak saat itu, Abu Bakar tidak lagi menyembah berhala.  Disebutkan Muhammad Husain Haekal dalam Abu Bakr as-Siddiq (2004), pada masa remaja—lepas dari masa anak-anak- Abu Bakar bekerja sebagai pedagang kain. Usahanya sukses. Dagangnya berkembang pesat. Ia memperoleh laba yang cukup besar. Di usianya yang masih muda itu, Abu Bakar menikah dengan Qutailah binti Abdul Uzza. Dari perkawinannya dengan Qutailah, Abu Bakar memiliki dua, yaitu Abdullah dan Asma.

Perihal nama, julukan, dan gelar 

Ali At-Tanthawy dalam Abu Bakar al-Shiddiq (1986) menjelaskan, nama Abu Bakar sebelum masuk Islam adalah Abdul Ka’bah. Ketika masuk Islam, Nabi Muhammad mengganti namanya menjadi Abdullah. Ulama Ahlussunnah dalam berbagai periwayatan kemudian lebih mengenal nama Abu Bakar as-Shiddiq. 

Ada juga yang berpendapat bahwa nama Abu Bakar sebelum memeluk Islam adalah Atiq. Mungkin nama ini dinisbatkan kepada Ka’bah yang lain, yaitu Baitul Atiq (Rumah Purba). Ada sejarah tersendiri terkait dengan nama Atiq ini. Jadi, sebelumnya ibu Abu Bakar tidak pernah memiliki anak laki-laki.

Ibunya kemudian bernazar, jika ia melahirkan anak laki-laki maka akan diberi nama Abdul Ka’bah dan akan disedekahkan kepada Ka’bah. Betul saja, anak yang dinanti-nantikan lahir. Setelah tumbuh besar, anak tersebut diberi nama Atiq (yang dibebaskan).   

Riwayat lain menyebutkan bahwa Atiq bukanlah nama Abu Bakar sebelum memeluk Islam, melainkan itu adalah julukan bagi dia karena kulitnya yang putih (atiq). Ada juga pendapat yang menyebut kalau julukan Atiq bagi Abu Bakar adalah pemberian Nabi Muhammad.

Sementara nama Abu Bakar banyak ditemukan dalam berbagai periwayatan. Dalam keterangan buku Abu Bakar as-Siddiq (Muhammad Husain Haekal, 2004), semula tidak dijelaskan alasan mengapa dia dijuluki Abu Bakar, namun penulis-penulis kemudian menyimpulkan bahwa dia dijuluki demikian karena dia adalah orang yang paling dini (bakr) memeluk Islam—di bandingkan dengan yang lainnya.  Ali al-Tanthawy memiliki alasan berbeda mengapa dia diberi julukan Abu Bakar. Menurut al-Tanthawy, al-bakru bermakna unta yang masih muda. 

Julukan bakran menunjukkan bahwa orang tersebut merupakan sosok pemimpin kabilah yang memiliki kedudukan yang sangat terpandang dan terhormat. Abdulullah dijuluki Abu Bakar karena kedudukannya yang terhormat di tengah Suku Quraisy, baik dari segi nasab maupun strata sosial.
Adapun gelar as-Siddiq, menurut pendapat yang masyhur, disematkan di belakang nama Abu Bakar setelah peristiwa Isra Mi’raj. Dia langsung membenarkan kisah Nabi Muhammad tentang Isra Mi’raj, sementara yang lainnya meragukannya—bahkan tidak mempercayainya.   Bagi mereka, Isra Mi’raj—perjalanan Nabi Muhammad dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Yerusalem, dan kemudian berlanjut ke Sidratul Muntaha dalam waktu satu malam- adalah sesuatu yang mustahil terjadi. Akan tetapi, Abu Bakar mempercayai Nabi Muhammad dan semua khabar yang datang dari langit. Tanpa meragukan sedikit pun. 

Menerima Islam tanpa ragu sedikit pun 

Ketika Nabi Muhammad menyerukan ajaran Islam, Abu Bakar langsung menerimanya dengan tanpa ragu sedikit pun. Dia menjadi laki-laki pertama yang memeluk agama Islam—tentunya setelah Nabi Muhammad. Dalam satu hadits, Nabi Muhammad menyampaikan testimoni terkait dengan masuk Islamnya Abu Bakar tanpa adanya keraguan di dalamnya. “Tidak seorang pun yang pernah kuajak memeluk Islam yang tidak tersendat-sendat dengan begitu berhati-hati dan ragu, kecuali Abu Bakar bin Abi Quhafah. Ia tidak menunggu-nunggu dan tidak ragu ketika kusampaikan kepadanya,” kata Nabi Muhammad. 

Lantas apa yang menyebabkan Abu Bakar menerima Islam denga begitu mudahnya? Dalam Abu Bakar as-Siddiq (Muhammad Husain Haekal, 2004), Abu Bakar sudah sangat mengenal Nabi Muhammad. Kejujurannya, kelurusan hatinya, dan kejernihan pikirannya. Sehingga apa pun yang disampaikan Nabi Muhammad, ia mempercayainya dengan penuh kemantapan. Tidak ada keraguan dalam hatinya tentang Nabi Muhammad.  Abu Bakar memang sudah mengenal Nabi Muhammad sebelum beliau diangkat menjadi seorang nabi dan rasul karena keduanya tinggal di kampung yang sama. Dia tinggal di sebuah kampung di Makkah di mana saudagar-saudagar kaya tinggal, termasuk Sayyidah Khadijah. Setelah menikah dengan Khadijah, Nabi Muhammad juga tinggal di daerah itu. Dari situ, keduanya saling mengenal satu sama lainnya. 

Di samping itu, Abu Bakar adalah seorang yang memiliki pandangan bahwa penyembahan berhala itu sebuah kebodohan dan kepalsuan belaka. Dalam Sirah Nabawiyah-nya, Ibnu Hisyam menggambarkan Abu Bakar sebagai orang yang sangat dan lembut terhadap kaumnya, jujur, memiliki kedudukan yang tinggi di tengah kaumnya, dan terhindar dari kebiasaan buruk kaum jahiliah seperti bermain wanita, minum minuman keras, dan lainnya. Seolah-olah Abu Bakar telah mengamalkan ajaran Islam, meskipun saat itu ajaran Islam belum diturunkan. Hal-hal itu juga yang membuat Abu Bakar mudah menerima Islam. 



Kisah Ali bin abi thalib

 


Kisah ‘Ali bin Abi Thalib dan non-Muslim di Pengadilan

Dalam kitab Hilyatul Awliya, diceritakan satu kisah yang diriwayatkan oleh ayahnya Ibrahim bin Yazid al-Taimi, bahwa ‘Ali pernah kehilangan baju besi yang sangat berharga baginya. Ternyata baju besi tersebut ada pada seorang Yahudi.

Kisah ini diriwayatkan dengan beragam versi, ada yang mengatakan orang yang memegang baju besi tersebut adalah Yahudi, ada juga yang menyatakan dia adalah seorang Nasrani. Namun terlepas dari itu semua, kisah ini mengandung pesan bahwa seorang pemimpin harus bersifat adil, meskipun kepada seorang non-muslim.

Baju besi tersebut hendak ditawarkan untuk dijual di sebuah pasar oleh orang non-Muslim itu. Melihat baju besi yang ia kenali ada di tangan orang tersebut, ‘Ali pun menghampirinya dan berkata, “Ini adalah baju besiku, beberapa hari lalu ia jatuh dari untaku di tempat itu (‘Ali menyebutkan suatu tempat).”

Orang non-Muslim tersebut mengingkari penuturan ‘Ali dan meminta sebuah keadilan di depan hakim. ‘Ali pun menyanggupinya dan membawa persoalan mereka kepada seorang hakim di pengadilan. Kala itu yang menjabat sebagai hakim adalah Syuraih. Melihat ‘Ali mendekat, Syuraih berpaling dari posisinya dan ‘Ali berkata, “Jika lawanku adalah seorang Muslim, aku akan setara dengannya di persidangan, tapi aku mendengar Rasulullah berkata, ‘Jangan setara dengan mereka (orang Yahudi) di persidangan, tetapi berlindunglah bersama mereka di jalan yang paling sempit. Jika mereka menangkapmu, maka pukullah mereka, dan jika mereka menyerangmu, maka perangilah mereka!.” 

Syuraih berkata, “Apapun yang kau inginkan wahai Amirul Mukminin.” ‘Ali berkata, “Baju besiku jatuh dari unta dan orang Yahudi ini mengambilnya.”  Syuraih berkata, “Bagaimana menurutmu, Yahudi?”  Orang tersebut berkata, “Baju besiku ini milikku.” 

Syuraih berkata, “Demi Allah, kamu benar wahai ‘Amirul Mukminin, itu adalah baju besimu, tetapi diperlukan dua orang saksi.”  Lalu ‘Ali memanggil Qanbar, hamba sahayanya, dan Hasan bin ‘Ali supaya mereka menyaksikan bahwa itu adalah baju besinya. Syuraih berkata, “Adapun kesaksian hamba sahayamu, kami telah menerimanya, tetapi kesaksian anakmu, kami tidak menerimanya.” 

“Aku tidak meragukan kejujuranmu, wahai Amirul Mu’minin, akan tetapi engkau tetap harus mendatangkan dua saksi yang bersaksi bahwa baju besi itu milikmu.” ‘Ali pun berencana mendatangkan anaknya, Hasan, sebagai saksi. Syuraih menjawab bahwa menjadikan anak sebagai saksi dalam persidangan adalah hal yang dilarang. ‘Ali pun kaget, seorang yang ahli surga, bahkan tidak boleh dijadikan saksi?!” Kata ‘Ali. ‘Ali melanjutnya, “Aku pernah mendengar dari Rasulullah saw: Artinya, “Hasan dan Husain adalah pemudanya ahli surga.” Syuraih tetap tegas menolak sikap ‘Ali yang terus meminta untuk menjadikan Hasan sebagai saksi, sebab anaknya lah yang tahu betul bahwa baju besi tersebut adalah milik ‘Ali. 

Setelah proses birokrat yang dinilai cukup sulit, ‘Ali pun rela melepas baju besi kesayangannya. “Ambil saja,” kata ‘Ali kepada orang tersebut disebabkan ketiadaan saksi. Ia pun kaget dengan sikap ‘Ali yang tiba-tiba mengikhlaskan baju besinya. Tiba-tiba non-Muslim tersebut berkata kepada ‘Ali, “Aku bersaksi bahwa baju besi itu adalah milikmu, wahai ‘Amirul Mukminin.”  

Kemudian dia berkata dengan heran, “‘Amirul Mukminin telah menggugatku di hadapan hakimnya, dan hakim tersebut malah memvonisnya!, aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah.”  Maka orang non-Muslim itu masuk Islam karena melihat keadilan dalam peradilan yang terjadi antara ‘Ali dan Syuraih, serta putusan yang ditentukan dengan kebenaran dan juga sikap ‘Amirul Mu’minin yang penuh penerimaan pada putusan hakim. Tanpa keberatan, orang Yahudi itu pun masuk Islam.

Kisah Umar bin Khattab

Kisah Umar bin Khattab sebagai Pemimpin yang Berintegritas

Umar bin Khattab merupakan khulafaur rasyidin kedua setelah Abu Bakar As-Shiddiq. Selain dikenal tegas, selama memimpin umat Islam ia disebut sebagai pemimpin yang memiliki integritas tinggi. Karena itu, ia layak bila dijadikan contoh atau teladan bagi pemimpin masa kini.
 

Dalam sebuah riwayat disebutkan, di suatu malam datanglah utusan dari Azerbaijan ke kota Madinah untuk menjumpai Umar bin Khattab. Namun, karena hari sudah larut malam, utusan itu memutuskan untuk tidur di Masjid Nabawi, agar keesokan harinya bisa segera menghadap Umar. Namun, ketika hendak tidur utusan itu dikejutkan oleh suara tangisan di keheningan malam, memohon kepada Allah SWT.


“Ya Tuhanku, aku sedang berdiri di depan pintu-Mu. Apakah Engkau menerima taubatku supaya aku bisa mengucap selamat kepada diriku, atau Engkau menolaknya supaya aku menyampaikan ungkapan duka cita kepada diriku.”


Utusan dari Azerbaijan tersebut tertarik dengan kalimat yang ia dengar. Perlahan ia mendekat dan bertanya. “Wahai saudaraku, jika aku boleh tahu siapakah dirimu?” Di tengah heningnya malam orang tersebut menjawab, “Aku Umar bin Khattab”. Utusan Azerbaijan tersebut terkejut bukan kepalang. Ia tidak menyangka bahwa orang yang dijumpainya adalah Amirul Mukminin. Segera utusan itu memperkenalkan diri kepada Umar. (Baca Muhammad Husain Haekal, Umar bin Khattab)


“Semoga Allah merahmatimu, Aku takut kalau aku tidur semalam suntuk akan menghilangkan diriku di hadapan Allah dan jika aku tidur sepanjang siang hari berarti menghilangkan diriku di hadapan rakyat,” jawab Khalifah Umar.


Seusai shalat fajar, Umar mengajak tamunya itu singgah di rumahnya. Ia berkata kepada istrinya, “Wahai Ummu Kultsum, sugguhkan makanan yang ada. Kita kedatangan tamu jauh dari Azerbaijan.”

Kita tidak mempunyai makanan, kecuali roti dan garam,” jawab istri Umar. “Tidak mengapa,” kata Umar. Akhirnya mereka berdua makan roti dengan garam.


“Walikota Azerbaijan menyuruhku menyampaikan hadiah ini untuk Amirul Mukminin,” kata utusan Azerbaijan seusai makan, sembari menunjukan sebuah bungkusan.


“Bukalah bungkusan ini dan lihat apa isinya!” perintah Umar. Setelah dibuka, ternyata berisi gula-gula. “Ini adalah gula-gula khusus buatan Azerbaijan,” utusan itu menjelaskan. “Apakah semua kaum muslimin mendapatkan kiriman gula-gula ini?” tanya Umar.


Utusan itu tertegun atas pertanyaan Umar, kemudian menjawab, “Oh tidak Baginda, gula-gula ini khusus untuk Amirul Mukminin”. Mendengar jawaban itu, Umar tampak amat marah. Segera ia memerintahkan kepada utusan Azerbaijan untuk membawa gula-gula tersebut ke masjid dan membagi-bagikannya kepada fakir miskin.

 

“Barang ini haram masuk ke dalam perutku, kecuali jika kaum muslimin memakannya juga,” kata Umar dengan nada agak marah. “Dan engkau cepatlah kembali ke Azerbaijan, beritahukan kepada yang mengutusmu, bahwa jika ia mengulangi ini kembali, aku akan memecat dari jabatannya!”

 

Azerbaijan adalah sebuah wilayah di Iran. Kaum Muslim pertama kali memasuki wilayah tersebut antara 19-23 H/639-643 M. Gubernur pertamanya Hudzaifah bin Al-Yaman, lalu Umar mengangkat Utbah bin Farqad sebagai gubernur wilayah Tabriz/Azerbaijan, menggantikan Hudzaifah.

 

Kepemimpinan Umar bin Khattab yang menekankan kepentingan orang banyak juga terlihat ketika rumah gubuk seorang Yahudi berusaha digusur oleh Gubernur Mesir, Amr bin Ash.

 

Saat itu, Amr bin Ash berencana akan membangun sebuat masjid besar di tempat gubuk tersebut dan otomatis harus menggusur gubuk reot Yahudi itu. Lalu dipanggillah si Yahudi itu untuk diajak diskusi agar gubuk tersebut dibeli dan dibayar dua kali lipat.

 

Akan tetapi si Yahudi tersebut bersikeras tidak mau pindah karena dia tidak punya tempat lain selain di situ. Karena sama-sama bersikeras, akhirnya turun perintah dari Gubernur Amr bin Ash untuk tetap menggusur gubuk tersebut.

 

KH Abdurrahman Arroisi dalam salah satu jilid bukunya 30 Kisah Teladan (1989) menjelaskan, si Yahudi merasa dilakukan tidak adil, menangis berurai airmatanya, kemudian dia melapor kepada khalifah, karena di atas gubernur masih ada yang lebih tinggi. Dia berangkat dari Mesir ke Madinah untuk bertemu dengan Khalifah Sayyidina Umar bin Khattab.

 

Sepanjang jalan si Yahudi ini berharap-harap cemas dengan membanding bandingkan kalau gubernurnya saja istananya begitu mewah, bagaimana lagi istanya khalifahnya? Kalau gubernunya saja galak main gusur apalagi khalifahnya dan saya bukan orang Islam apa ditanggapi jika mengadu?”

 

Sesampai di Madinah dia bertemu dengan seorang yang sedang tidur-tiduran di bawah pohon Kurma, dia hampiri dan bertanya, bapak tau dimana khalifah Umar bin Khattab? Dijawab orang tersebut, ya saya tau, Di mana Istananya? Istananya di atas lumpur, pengawalnya yatim piatu, janda-janda tua, orang miskin dan orang tidak mampu.

 

Pakaian kebesarannya malu dan taqwa. Si Yahudi tadi malah bingung dan lalu bertanya sekarang orangnya dimana pak? Ya dihadapan tuan sekarang. Gemetar yahudi ini keringat bercucuran, dia tidak menyangka bahwa didepannya adalah seorang khalifah yang sangat jauh berbeda dengan gubernurnya di Mesir.

 

Sayiddina umar bertanya, kamu dari mana dan apa keperluanmu? Yahudi itu cerita panjang lebar tentang kelakuan Gubernur Amr bin Ash yang akan menggusur gubuk reotnya di Mesir sana. Setelah mendengar ceritanya panjang lebar, Sayyidina Umar menyuruh Yahudi tersebut mengambil sepotong tulang unta dari tempat sampah didekat situ.

 

Lalu diambil pedangnya kemudian digariskan tulang tersebut lurus dengan ujung pedangnya, dan disuruhnya yahudi itu untuk memberikannya kepada Gubernur Amr bin Ash. Makin bingung si yahudi ini dan dia menuruti perintah Khalifah Sayyidina Umar tersebut.

 

Sesampai di Mesir, Yahudi inipun langsung menyampaikan pesan sayyidina Umar dengan memberikan sepotong tulang tadi kepada Gubernur Amr bin Ash. Begitu dikasih tulang, Amr bin Ash melihat ada garis lurus dengan ujung pedang, gemeter dan badannya keluar keringat dingin lalu dia langsung menyuruh kepala proyek untuk membatalkan penggusuran gubuk yahudi tadi.

 

Amr bin Ash berkata kepada Yahudi itu, ini nasihat pahit buat saya dari amirul mukminin Umar bin Khattab, seolah-olah beliau bilang ‘hai Amr bin Ash, jangan mentang-mentang lagi berkuasa, pada suatu saat kamu akan jadi tulang-tulang seperti ini.


Kisah wafatnya Abu Thalib



Kisah Wafatnya Abu Thalib di Bulan Rajab dan Status Keimanannya

Bulan Rajab mengingatkan kita duka lara yang sedang dirasakan oleh Nabi Muhammad saw saat itu. Di tengah kekejaman kaum Quraisy yang semakin merajalela, orang-orang tercinta Nabi justru meninggal dunia, salah satunya Abu Thalib, seorang paman yang selalu membelanya penuh pengorbanan.

Pembelaan Abu Thalib terhadap Nabi 

Sejak Abdul Muthalib (kakek Nabi) wafat, usia Nabi Muhammad masih kanak-kanak, yaitu baru delapan tahun dua bulan sepuluh hari. Pengasuhan Nabi kemudian diserahkan kepada Abu Thalib, sang paman. Seperti kakeknya dulu, kasih sayang Abu Thalib kepada Nabi juga begitu besar. Bahkan ia mendahulukan kepentingan Nabi dibanding anak-anaknya sendiri. 

Kesetiaan dan kasih sayang Abu Thalib kepada keponakannya itu berlangsung cukup lama, yaitu selama lebih dari empat puluh tahun hingga ia wafat. Bahkan ia rela jika harus menyatakan musuh pada kerabat-kerabat yang berani menyakiti dan menentang Rasulullah.

Pernah suatu hari kaum Quraisy meneror Abu Thalib dan mengancam akan menghabisi nyawanya jika tidak mau menghentikan aktivitas dakwah Nabi Muhammad. Ia sempat khawatir dengan ancaman itu sehingga meminta Rasulullah untuk menyudahi kegiatan dakwah. Setelah dibujuk, ternyata Nabi tetap kuat untuk melanjutkan misi risalahnya. Mendengar itu, Abu Thalib kembali tegar membelanya. 

Rupanya ancaman kaum Quraisy untuk menghabisi Abu Thalib itu sebatas gertakan. Buktinya, begitu mereka tahu bahwa Rasulullah tetap melanjutkan kegiatan dakwah, mereka tidak merealisasikan ancaman tersebut. Mereka kemudian memikirkan cara lain hingga akhirnya mendatangi Abu Thalib untuk kedua kalinya.

Kedatangan mereka kali ini dengan membawa Ammarah bin Walid bin Mughirah, seorang pemuda Quraisy yang paling tampan. Mereka akan membujuk Abu Thalib untuk menukar Ammarah dengan Nabi Muhammad untuk dibunuh. Abu Thalib menolak tegas tawaran itu. Kaum Quraisy pun pulang dengan kecewa. 

Ringkas hikayat, Abu Thalib jatuh sakit. Kian hari semakin parah yang hingga tinggal menunggu saat-saat kematiannya. Akhirnya ia pun berpamit untuk selamanya pada bulan Rajab tahun kesepuluh dari kenabian. Pendapat lain mengatakan bahwa ia wafat pada bulan Ramadhan, selang tiga bulan setelah wafatnya Siti Khadijah. 

Saat detik-detik kematiannya, Rasulullah berada di sampingnya dan berkata, “Wahai paman, ucapkanlah la ilaha illallah, satu kalimat yang dapat engkau jadikan hujah di sisi Allah.” Sementara Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah al-Makhzumi yang juga berada di situ menyela, “Wahai Abu Thalib, apakah engkau tidak menyukai agama Abdul Muthalib?” Keduanya terus mengulangi ucapan itu hingga kalimat yang keluar dari mulut Abu Thalib adalah tetap berada pada agama Abdul Muthalib. 

Status keimanan Abu Thalib Mengenai status keimanan Abu Thalib sendiri ulama berbeda pendapat. Ada yang berpendapat Abu Thalib wafat dalam keadaan tidak beriman karena sampai detik terakhir kewafatan tidak mengucapkan kalimat syahadat. Dari pemaparan di atas, Abu Thalib tetap berpegang pada agama Abdul Muthalib. Argumen ini juga dilandasi beberapa hadits Nabi, di antaranya sabda Nabi berikut:

Artinya: Dari Abbas bin Abdul Mutthalib dia berkata: "Wahai Rasulullah, apakah anda dapat memberi manfaat kepada Abu Thalib, karena dia telah mengasuhmu dan terkadang marah (untuk memberikan pembelaan) kepadamu." Beliau menjawab: "Ya, ia berada di bagian neraka yang dangkal, dan kalaulah bukan karena diriku, niscaya berada di dasar neraka." (HR Bukhari dan Muslim).

Kemudian hadits berikut:

Artinya: “Semoga syafaatku berguna baginya pada hari kiamat, sehingga dia tidak diletakkan dalam neraka yang dalam, yang tingginya sebatas kedua mata kakinya, namun itu pun menjadikan ubun-ubun kepalanya mendidih.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Selain itu juga hadits yang mengatakan Abu Thalib masuk neraka dengan mendapat siksa neraka paling ringan. 

Artinya: “Dari Ibnu Abas bahwa Rasulullah saw bersabda: "Penduduk neraka yang siksanya paling ringan adalah Abu Thalib.” (HR Muslim). 

Sementara kelompok ulama yang meyakini Abu Thalib wafat dalam keadaan beriman adalah dari kalangan Asy’ariyah. Bahkan seorang Mufti Makkah Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan menulis kitab khusus yang membantah tuduhan Abu Thalib wafat dalam keadaan kafir. 

Memang jika dipahami sekilas, hadits-hadits tersebut menyatakan bahwa Abu Thalib wafat dalam keadaan tidak beriman, tetapi jika dipahami lebih teliti, maka akan menemukan makna sebaliknya, yaitu Abu Thalib wafat dalam keadaan beriman. 

Menurut Al-Barzanji, keengganan Abu Thalib mengucapkan kalimat syahadat pada detik-detik kewafatannya karena khawatir akan keselamatan Nabi Muhammad, mengingat pada saat itu ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah al-Makhzumi, dua tokoh kafir Quraisy yang cukup berpengaruh. Hanya saja, lanjut Al-Barzanji, ada kemungkinan Abu Thalib mengucapkan kalimat syahadat. Sebab, saat Abu Thalib menjelang wafat, seorang sahabat Nabi bernama Abbas melihat Abu Thalib menggerak-gerakkan mulutnya mengucapkan kalimat syahadat. 

Kesaksian Abbas ini kemudian dikabarkan kepada Nabi. Berikutnya, Al-Barzanji juga mengomentari bahwa dalam beberapa hadits, Abu Thalib dijelaskan memperoleh syafaat Nabi, hal ini jelas ia wafat dalam keadaan beriman. Sebab, syafaat hanya bisa diperoleh orang mukmin. 

Selain itu, Al-Barzanji juga menegaskan bahwa hadits yang menjelaskan bahwa Abu Thalib mendapat siksa neraka paling ringan bukan karena kemusyrikannya, tapi sebatas dosa maksiat. Sebab, jika statusnya kafir, tidak mungkin ia mendapat siksa paling ringan karena levelnya akan membawahi siksa seorang mukmin yang bermaksiat. 

Secara teori, seharusnya siksa orang kafir lebih berat dibanding seorang mukmin ahli maksiat. Walhasil, Al-Barzanji berkesimpulan, pihak yang mengatakan Abu Thalib wafat dalam keadaan tidak beriman hanya berdasar interpretasi literal dari hadits-hadits Nabi. Tapi sejatinya, jika ditelaah lebih dalam, justru akan dipahami sebaliknya. 

Sholat 5 waktu itu kewajiban dalam islam

 

Sholat 5 waktu adalah ibadah yang wajib ditunaikan muslim setiap harinya sepanjang hidupnya. Dalil tentang sholat 5 waktu bersandar pada Al-Qur'an dan hadits.

Dalil tentang Sholat 5 Waktu

Dikutip dari laman resmi Kementerian Agama, disebutkan bahwa Al-Qur'an tidak secara eksplisit menyusun ayat-ayat yang memerintahkan pelaksanaan sholat lima waktu. Namun, ada beberapa ayat yang menjelaskan tentang perintah sholat.

1. Surah Al-Baqarah: 43

Artinya: "Tegakkanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk."

2. Surah Al-Baqarah: 45

Artinya: "Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya (sholat) itu benar-benar berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk."

3. Surah An-Nisa: 103

Artinya: "Apabila kamu telah menyelesaikan sholat, berdzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah sholat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya sholat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin."

4. Surah Hud: 114

Artinya: "Dirikanlah sholat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)."

5. Surah Al-Isra': 78

Artinya: "Dirikanlah salat sejak matahari tergelincir sampai gelapnya malam dan (laksanakan pula sholat) Subuh. Sesungguhnya sholat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat)."

6. Surah Al-Kautsar: 2

Artinya: "Maka, laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah!"

Meninggalkan salat lima waktu dengan sengaja tergolong ke dalam dosa besar yang paling besar dan lebih besar dosanya dari membunuh, merampas harta orang lain, berzina, mencuri, dan minum minuman keras.

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (salat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Rasulullah SAW bersabda: “Shalat adalah tiang agama, maka siapa yang mendirikan shalat, berarti ia menegakkan sendi-sendi agama, dan siapa yang meninggalkan shalat, berarti ia telah meruntuhkan sendi-sendi agama.” Maka tegakkan tiang-tiang agama itu, agar kita tidak termasuk sebagai orang yang meruntuhkan agama.
Orang yang sengaja meninggalkan Sholat maka neraka tempatnya. Sedangkan satu hari di neraka sama dengan 1000 hari di dunia. Sholat merupakan amalan pertama yang dihisab pada Hari Kiamat. Jika shalatnya rusak maka rusaklah seluruh amalannya yang lain.

Waspada gangguan BPD

 


Sumber terjadinya marah dalam Islam yaitu disebabkan oleh setan maka dengan begitu mohon perlindungan Allah SWT agar terhindar dari godaan setan, caranya yaitu dengan banyak membaca Ta'awwudz.

Marah merupakan salah satu cara untuk meluapkan emosi negatif. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan meluapkan emosi melalui kemarahan, selama dilakukan dalam batas yang wajar. Namun hati-hati jika hal ini terlalu sering dilakukan, apalagi tanpa alasan yang tidak jelas. Suka marah-marah tanpa alasan yang jelas bisa menjadi salah satu tanda gangguan BPD, apa itu?

Sering marah-marah bisa menjadi gejala gangguan BPD (borderline personality disorder) atau gangguan kepribadian ambang. Kondisi ini merupakan gangguan mental yang ditandai dengan suasana hati serta citra diri yang sering berubah-ubah dan perilaku yang impulsif. Seseorang yang mengalami BPD memiliki cara pikir, cara pandang, serta perasaan yang berbeda dibanding orang lain pada umumnya.

Mengenal BPD dan Gejala Lainnya

Gangguan ini bisa menyebabkan pengidapnya mengalami penurunan kualitas hidup, Salah satunya dalam menjalin hubungan dalam keluarga, teman, dan lingkungan pekerjaan. Gangguan ini umumnya muncul pada periode menjelas usia dewasa. Dengan penanganan berupa psikoterapi dan pemberian obat, borderline personality disorder dapat diatasi seiring dengan bertambahnya usia.

Gejala gangguan kepribadian ini biasanya muncul pada usia remaja menjelang dewasa dan dapat bertahan hingga usia dewasa. Gejala yang muncul dapat berupa gejala yang ringan hingga berat. Gejala tersebut dapat digolongkan menjadi empat bagian, yaitu :

  • Kondisi suasana hati yang tidak stabil. Kondisi ini biasanya bertahan selama beberapa jam. Seperti merasa hampa atau kosong, serta kesulitan mengendalikan amarah.
  • Gangguan pola pikir dan persepsi. Seperti tiba-tiba memikirkan bahwa dirinya buruk dan merasa takut akan diabaikan, sehingga melakukan perbuatan yang ekstrim.
  • Perilaku impulsif. Perilaku ini cenderung membahayakan dirinya sendiri atau melakukan tindakan ceroboh dan tidak bertanggung jawab. Contohnya, melukai diri sendiri, mencoba bunuh diri, melakukan hubungan intim tanpa pengaman, penyalahgunaan alkohol, atau makan berlebihan.
  • Menjalin hubungan yang intens, tetapi tidak stabil. Kondisi ini ditandai dengan bisa sangat mengidolakan seseorang dan tiba-tiba menganggap orang tersebut bersikap kejam atau tidak peduli.
  • Namun, tidak semua pengidap BPD mengalami seluruh gejala tersebut. Sebagian hanya mengalami beberapa gejala. Tingkat keparahan, frekuensi, serta durasi terjadinya gejala bisa berbeda-beda pada setiap pengidap yang tergantung pada kondisi gangguan yang dialami.

Sementara itu, penyebab pasti borderline personality disorder belum dapat diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang diduga dapat memicu terjadinya kondisi ini adalah:

  • Lingkungan. Sejumlah faktor lingkungan yang negatif diduga dapat menimbulkan gangguan kepribadian ini. Contohnya, riwayat pelecehan dan penyiksaan semasa kecil, atau dicampakkan oleh orangtua.
  • Genetik. Menurut beberapa penelitian, gangguan kepribadian dapat diturunkan secara genetik.
  • Kelainan pada otak. Menurut penelitian, pengidap BPD memiliki perubahan struktur dan fungsi pada otak, terutama pada area yang mengatur impuls dan emosi. Pada pengidap BPD juga diduga terdapat kelainan fungsi dari zat kimia otak atau neurotransmitter yang berperan dalam pengaturan emosi.
  • Ciri kepribadian tertentu. beberapa tipe kepribadian lebih berisiko untuk mengalami BPD misalnya, kepribadian agresif dan impulsif.

Faktor-faktor di atas dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami BPD. Namun, bukan berarti seseorang pasti akan mengalami gangguan kepribadian BPD jika memiliki faktor risiko tersebut. BPD juga tidak mustahil dialami oleh seseorang yang tidak memiliki satu pun dari faktor risiko di atas.

Di samping itu, jika tidak mendapatkan pengobatan yang sesuai, pengidap borderline personality disorder (BPD) berisiko mengganggu berbagai aspek dalam kehidupan pengidap. Gangguan BPD bisa menyebabkan pengidapnya kesulitan dan mengalami hubungan sarat konflik, sehingga mengakibatkan stress, depresi, penyalahgunaan obat terlarang, gangguan kecemasan, hingga keinginan bunuh diri.

Makanan dengan kandungan bergizi 4 Sehat 5 Sempurna

 


Empat Sehat Lima Sempurna adalah pola makan yang terdiri dari kombinasi gizi lengkap yaitu protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral yang baik bagi tubuh. Menu makanan yang masuk ke dalam Empat Sehat Lima Sempurna di antaranya: Makanan pokok seperti nasi, umbi-umbian, kentang, tepung terigu, oat, dan jagung.

Makanan 4 sehat 5 sempurna adalah makanan yang terdapat kandungan gizi lengkap di dalamnya. Kandungannya mulai dari protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Makanan 4 sehat terdiri dari beberapa jenis. Yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah-buahan.

Konsep “Empat Sehat Lima Sempurna” menekankan pada konsumsi nasi, lauk pauk, sayur, buah dan memandang susu sebagai bahan pangan yang menyempurnakan. Sementara konsep "Gizi Seimbang" dimaknai sebagai susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh.

Makanan yang sehat adalah makanan yang mengandung berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Tubuh manusia membutuhkan bermacam nutrisi untuk menjaga tubuh tetap sehat dan pertumbuhan yang agar dapat berjalan dengan optimal.

    Jenis Makanan Sehat yang Baik untuk Kesehatan

  • Sayuran. Sayuran adalah salah satu jenis makanan sehat karena tentunya kaya akan nutrisi dan gizi yang baik untuk kesehatan tubuh. 
  • Buah.
  • Kacang-kacangan dan biji-bijian.
  • Makanan laut dan berbagai jenis ikan. 
  • Daging dan telur.
  • Susu dan produk olahannya.

Manfaat Mengonsumsi Makanan Sehat

  • Membantu Anda panjang umur.
  • Menjaga kulit, gigi dan mata tetap sehat.
  • Mendukung otot.
  • Meningkatkan imunitas tubuh.
  • Memperkuat tulang.
  • Menurunkan risiko dari penyakit jantung, diabetes tipe 2 dan kanker.
  • Membantu kehamilan dan menyusui.
  • Membantu mempertahankan berat badan yang sehat.
Karena itu, ciri-ciri makanan sehat itu adalah makanan yang memiliki kandungan zat gizi menunjang kesehatan tubuh yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral.

Kebiasaan mengonsumsi makanan yang kurang sehat bisa meningkatkan risiko timbulnya penyakit, menghambat perkembangan tubuh, mengurangi kecerdasan otak, mengurangi fungsi gerak anggota badan, bahkan dapat menimbulkan kematian.

Jenis Makanan Tidak Sehat 

Karena bisa memberi dampak yang tidak baik, penting untuk mengetahui jenis makanan apa saja yang masuk dalam kelompok makanan tidak sehat. Ada beberapa jenis makanan yang bisa dikategorikan tidak sehat dan sebaiknya dibatasi konsumsinya, seperti: 

  • Gorengan

Kandungan kalori pada gorengan terbilang tinggi. Begitu juga dengan kandungan lemak dan oksidan yang terdapat di dalamnya. Bila dikonsumsi terlalu sering, gorengan dapat menjadi makanan tidak sehat karena gorengan merupakan salah satu penyebab obesitas, memicu hyperlipidemia, dan dapat menjadi salah satu penyebab penyakit jantung koroner.

  • Makanan Kalengan 

Makanan kalengan memang terlihat lebih mudah dimakan dan menarik. Namun, gizi makanan kalengan tidak memadai ketika sudah dikemas dalam kaleng, tidak seperti makanan segar. Nilai gizinya sudah berkurang drastis. Kandungan vitamin dan protein makan kalengan kebanyakan sudah rusak saat proses pengalengan itu dilakukan.

  • Makanan Asinan 

Makanan asinan juga termasuk makanan tidak sehat karena mengandung kadar garam tinggi. Sebab, pada saat proses pengasinan dibutuhkan tambahan garam dalam jumlah sangat banyak. 

Makanan yang memiliki kadar garam melebihi batas normal akan menambah beban beberapa organ dalam tubuh seperti ginjal, usus, dan selaput lendir pada lambung. Selain itu, penyakit darah tinggi, atau hipertensi juga rentan dipicu oleh makanan asin.

  • Daging Olahan 

Daging olahan termasuk makanan yang tidak sehat karena saat proses pengolahan, daging akan diberi bahan tambahan bahan pengawet dan pewarna. Daging olahan juga mengandung amonium nitrit yang menjadi salah satu penyebab kanker. Jika sering memakan daging olahan dalam jumlah banyak, menjadikan tekanan darah kurang stabil dan kinerja ginjal terganggu.

  • Daging Berlemak dan Jeroan 

Dua jenis daging ini memang mengandung banyak protein, vitamin dan mineral. Namun, karena memiliki kandungan kolesterol dan lemak jenuh dalam jumlah yang tinggi, makanan ini menjadi tidak sehat. Makan daging berlemak dan jeroan dalam jumlah besar bisa memicu timbulnya penyakit jantung koroner, kanker usus besar dan lain-lain.

  • Olahan Keju 

Olahan keju sebenarnya bermanfaat bagi tubuh jika dimakan sewajarnya. Namun, berbagai macam makanan yang memiliki bahan dasar keju, seperti kue, jika dimakan berlebihan, akan berbahaya bagi tubuh. 

Saat dikonsumsi berlebihan, olahan keju bisa menyebabkan gairah makan menurun, gula darah naik, berat badan meningkat. Jika gairah makan menurun, perut akan sering kosong dan menjadi rentan terhadap berbagai penyakit.

  • Mi Instan 

Mi instan masuk dalam kategori makanan tidak sehat karena memiliki banyak sekali bahaya jika dikonsumsi berlebihan. Sebab, berbagai bahan baku dan bahan pelengkap yang digunakan dalam pembuatan mi instan membuat mi tidak disarankan untuk dikonsumsi.

  • Banyak Gula Tambahan 

Makanan dan minuman yang ditambahkan gula harus dihindari. Konsumsi gula dalam jumlah besar, bisa memicu terjadinya resistensi insulin pada tubuh dan menyebabkan berbagai penyakit serius, termasuk diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Selain itu, junk food atau makanan cepat saji seperti ayam goreng, kentang goreng, burger, dan keripik juga harus dihindari. Tingkat kalori pada makanan cepat saji tinggi, tetapi nilai nutrisinya rendah. Dorongan untuk makan berlebihan juga bisa ditimbulkan oleh makanan cepat saji.

Makanan atau minuman yang tidak sehat lainnya, seperti es krim, daging olahan, keju olahan dan juga es krim harus dihindari. Namun, apabila kamu ingin, sebaiknya hanya dilakukan sesekali saja.

Imbangi Makanan Sehat dengan Hidup Sehat

Menghindari konsumsi makanan tidak sehat nyatanya akan memberi banyak manfaat, salah satunya mencegah risiko penyakit. Mari mulai konsumsi makanan sehat yang seimbang, demi menjaga dan meningkatkan kesehatan tubuh. Agar tidak bosan, coba berkreasi dan kombinasikan berbagai jenis makanan sehat dalam variasi sajian yang menarik setiap harinya. Jangan lupa untuk melengkapi pola makan sehat dengan pola hidup yang sehat pula, yakni dengan memperbanyak konsumsi air putih, istirahat yang cukup, dan rutin olahraga. 

Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...