Monday, December 11, 2023

Penyakit impotensi pada pria

 


Apa itu Impotensi?

Impotensi atau disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan pria untuk mendapatkan dan mempertahankan ereksi. Masalah ini memengaruhi kemampuan pria untuk melakukan hubungan seksual. 

Impotensi merupakan kondisi yang sangat umum dan dapat terjadi pada semua usia. Masalah ini bisa bersifat sementara atau kronis dan dapat terjadi akibat masalah fisik, psikologis, atau gaya hidup.

Selain mengalami masalah ereksi, pengidap impotensi juga berisiko mengalami masalah lainnya. Contohnya seperti penurunan gairah seksual, hingga kesulitan mencapai klimaks saat berhubungan seksual.

Penyebab Impotensi

Gairah seksual pria adalah proses kompleks yang melibatkan otak, hormon, emosi, saraf, otot, dan pembuluh darah. Disfungsi ereksi atau impotensi dapat terjadi karena adanya masalah dengan salah satu dari peran tersebut. 

Selain itu, stres dan masalah kesehatan mental juga dapat menjadi penyebab atau memperburuk disfungsi ereksi. Secara umum, impotensi bisa terjadi karena masalah fisik dan psikologis. 

1. Proses penuaan

Impotensi atau disfungsi ereksi bisa menjadi bagian dari proses penuaan karena tubuh mengalami perubahan seiring bertambahnya usia. Beberapa faktor penyebabnya, meliputi:

  • Penurunan kadar hormon testosteron.
  • Penumpukan plak dalam pembuluh darah.
  • Mengalami gangguan saraf.
  • Mengidap kondisi medis kronis, seperti diabetes atau hipertensi.

Semua ini itu memengaruhi kemampuan pria untuk mencapai atau mempertahankan ereksi. Namun, tidak semua pria akan mengalami impotensi saat penuaan jika menerapkan pola hidup sehat.

2. Gaya hidup  tidak sehat

Terdapat beberapa pola hidup yang dapat meningkatkan risiko impotensi, seperti:

  • Penyalahgunaan narkoba dan alkohol, terutama jika pengidap merupakan pengguna narkoba jangka panjang atau peminum berat.
  • Penggunaan tembakau yang dapat membatasi aliran darah yang menuju ke pembuluh darah dan arteri. Kondisi ini meningkatkan risiko terjadinya masalah kesehatan kronis yang berujung pada disfungsi ereksi.
  • Kelebihan berat badan, terutama jika mengalami obesitas.

3. Faktor penyakit atau kondisi medis

Pada banyak kasus, disfungsi ereksi disebabkan oleh sesuatu yang bersifat fisik atau berasal dari tubuh. Penyebab umumnya termasuk:

  • Penyakit jantung.
  • Pembuluh darah tersumbat (aterosklerosis).
  • Kolesterol tinggi.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Diabetes.
  • Kegemukan.
  • Sindrom metabolik, kondisi yang melibatkan peningkatan tekanan darah, kadar insulin, lemak tubuh di sekitar pinggang dan kolesterol tinggi.
  • Penyakit Parkinson.
  • Multiple sclerosis.
  • Penggunaan obat resep tertentu.
  • Menggunakan tembakau.
  • Penyakit Peyronie, perkembangan jaringan parut di dalam penis.
  • Pecandu alkohol dan bentuk penyalahgunaan zat lainnya.
  • Gangguan tidur.
  • Menjalani perawatan untuk kanker prostat atau pembesaran prostat.
  • Operasi atau cedera yang memengaruhi area panggul atau sumsum tulang belakang.

Selain itu, impotensi juga bisa terjadi karena kadar hormon testosteron pada pria yang rendah.

4. Faktor psikologis

Sementara itu, penyebab terjadinya impotensi pada pria dari sisi psikologis, di antaranya:

  • Depresi, stres, gangguan kecemasan berlebihan, atau kondisi kesehatan mental lainnya.
  • Masalah hubungan yang terjadi karena stres dan komunikasi yang buruk. 

5. Cedera

Cedera pada daerah panggul atau organ seksual dapat merusak saraf, pembuluh darah, atau jaringan ereksi. Hal ini dapat mengganggu aliran darah atau sinyal saraf untuk mempertahankan ereksi. 

6. Efek samping obat-obatan

Beberapa jenis obat yang dapat meningkatkan risiko impotensi di masa depan, antara lain:

  • Obat antihistamin.
  • Obat tekanan darah tinggi.
  • Golongan antidepresan.
  • Obat untuk mengatasi masalah atau kondisi prostat.

Gejala Impotensi

Gejala impotensi dapat bervariasi pada setiap pria yang mengalaminya. Beberapa gejala umum dari kondisi ini di antaranya:

  • Tidak bisa ereksi sama sekali.
  • Mengalami ereksi, tetapi tidak sering.
  • Mengalami kesulitan menjaga ereksi cukup lama untuk berhubungan seks.
  • Kurangnya keinginan untuk berhubungan seks.

Komplikasi Impotensi

Komplikasi yang mungkin terjadi akibat impotensi, di antaranya:

1. Gangguan psikologis

Penelitian berjudul Stress management and erectile dysfunction: a pilot comparative study yang terbit pada Journal Andrologia menemukan, impotensi merupakan kelainan kompleks yang dapat memicu stres kronis.

Studi juga menerangkan bahwa stres tersebut bisa memperburuk gejala disfungsi ereksi atau impotensi yang sudah ada.  

2. Masalah hubungan

Impotensi menciptakan ketegangan, kecemasan, dan ketidakpuasan dalam hubungan pasangan. Pasangan mungkin merasa ditolak atau merasa kurang diinginkan.

Kehilangan keintiman seksual juga dapat mengurangi kebersamaan dan komunikasi dalam hubungan. Hal ini pada gilirannya dapat mengganggu kualitas hubungan itu sendiri. 

3. Penurunan kepercayaan diri

Kesulitan dalam mencapai atau mempertahankan ereksi dapat mengurangi kepercayaan diri dan harga diri pria. Hal ini menimbulkan meragukan pada diri sendiri dalam kemampuannya untuk memuaskan pasangan. 

4. Gangguan emosional

Impotensi memicu perasaan seperti malu, marah, frustasi, dan cemas pada pria yang mengalaminya. Semua emosi tersebut dapat memengaruhi kesejahteraan emosionalnya secara keseluruhan.

5. Isolasi sosial

Pengidap mungkin merasa malu atau rendah diri. Hal ini dapat membuat mereka cenderung menjauh dari aktivitas sosial dan hubungan intim, yang pada gilirannya bisa mengakibatkan isolasi sosial. 

Pencegahan Impotensi

Cara terbaik untuk mencegah impotensi adalah mengubah pola hidup menjadi lebih sehat dan mengelola setiap kondisi kesehatan yang ada. Sebagai contohnya: 

  1. Mengelola diabetes, penyakit jantung, atau kondisi kesehatan kronis lainnya.
  2. Melakukan pemeriksaan rutin dan tes skrining medis.
  3. Berhenti merokok, menghindari konsumsi minuman beralkohol, dan tidak menggunakan obat-obatan terlarang.
  4. Berolahraga secara teratur.
  5. Sebisa mungkin menghindari atau mengatasi stres maupun kondisi mental lain yang sedang dialami.
  6. Mendapatkan bantuan profesional untuk mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya.
  7. Jangan terlalu lama duduk, berdiri atau bergerak secara teratur.
  8. Batasi konsumsi makanan cepat saji dan makanan tinggi garam.
  9. Periksa dan kendalikan kadar kolesterol dalam tubuh.
  10. Terapkan diet sehat dengan konsumsi makanan rendah lemak jenuh dan tinggi serat.
  11. Menjaga kesehatan mental dengan konseling atau dukungan psikologis jika diperlukan.

Pasal 378 KUHP tentang penipuan


Bunyi dan Unsur Pasal 378 KUHP tentang Penipuan

Bunyi Pasal 378 KUHP

Tindak pidana penipuan diatur dalam Pasal 378 KUHP lama yang saat artikel ini diterbitkan masih berlaku dan Pasal 492 UU 1/2023 tentang KUHP baru yang berlaku 3 tahun sejak tanggal diundangkan.

Bunyi Pasal 378 KUHP tentang tindak pidana penipuan adalah :

Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.

Kejahatan pada Pasal 378 KUHP dinamakan “penipuan”, yang mana penipu itu pekerjaannya:

  • membujuk orang supaya memberikan barang, membuat utang atau menghapuskan piutang;
  • maksud pembujukan itu ialah hendak menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hak;
  • membujuknya itu dengan memakai nama palsu atau keadaan palsu, akal cerdik (tipu muslihat), atau karangan perkataan bohong.


Tips anti galau dalam islam

Cara Mengatasi Galau dalam Islam

1. Perbanyak melakukan ibadah

Menunaikan sholat dan senantiasa berdoa serta menyerahkan diri kita benar-benar hanya pada Allah SWT akan membuat hati menjadi lebih lebih tenang. Memang ketenangan itu tidak datang secara tiba-tiba, tetapi rasakanlah bahwa pelan-pelan hati akan menjadi semakin rileks. 

2. Perbanyak membaca Al-Qur’an 

Ibnu Mas’ud mengatakan, “Kalau perasaan tak tenteram, jiwa gelisah dan pikiran kusut menimpamu, maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat; pertama, tempat orang membaca Al Quran, engkau baca Al Quran atau kau dengarkan dengan baik orang membacanya. Kedua, engkau pergi ke majelis ilmu yang mengingatkan hatimu kepada Allah SWT. Ketiga, engkau cari waktu dan tempat yang sunyi, di sana engkau berkhalwat mengabdikan diri kepada Allah SWT.”

3. Berprasangka baik kepada Allah SWT

Jika kita merasa gelisah dan sulit mendapatkan kesulitan yang datang terus-menerus maka jangan pernah berprasangka buruk kepada Allah SWT sebaliknya kita harus terus berprasangka baik pada Allah. Jangan menyalahkan Allah karena sesungguhnya Allah selalu menyertai kesulitan dengan kemudahan. 

Seperti yang tertuang dalam QS. Al-Insyirah ayat 5 yang berbunyi “maka sungguh bersama kesulitan itu ada kemudahan”. Jadi, janganlah terburu-buru menyalahkan Allah atas segala yang terjadi pada diri kita, karena yakinlah akan ada makna dibalik semua peristiwa yang dialami dalam hidup. 

Berdzikir hingga Menjaga Wudhu

Kisah ayah yang mengadukan anaknya durhaka



“ Sesuaikan Antara Cita-Cita di Masa Depan dengan Tindakan di Masa Sekarang ”

Setiap manusia pasti menginginkan hal yang terbaik bagi dirinya di masa yang akan datang. Dalam konteks sebagai seorang mukmin yang beriman kepada Allah Swt. tentu saja ingin yang terbaik di dunia dan akhirat. Untuk mencapai keinginan atau cita-cita tersebut manusia harus menyusun rencana yang sebaik-baiknya, berusaha maksimal, berdoa tanpa pernah henti, dan terakhir pasrah kepada ketetapan Allah Swt.

Kita ambil contoh dari sebuah peristiwa ketika seorang ayah bersama anaknya yang menemui Khalifah ‘Umar ibn Khathab, dalam pertemuan itu si ayah mengadu kepada sang khalifah bahwa anaknya ini sangat tidak patuh dan durhaka kepadanya. “Apa benar yang disampaikan ayahmu kepadaku? bahwa engkau mendurhakainya?,” tanya sang Khalifah kepada sang anak.

“Benar wahai Khalifah, wahai Khalifah, saya telah durhaka kepadanya, wahai Khalifah, apakah hanya anak yang memiliki kewajiban untuk tidak mendurakai orang tuanya?, apakah orang tua tidak memiliki kewajiban kepada anaknya?,” tanya sang anak kembali kepada Khalifah. Kemudian Khalifah menjawab “Tidak wahai anak muda.” Khalifah Umar menyambung jawabannya “Orang tua setidaknya memiliki tiga kewajiban kepada anak yang harus ia penuhi. Pertama, hendaknya seorang ayah mencarikan ibu yang baik untuk anaknya. Kedua, hendaknya orang tua itu menamaimu dengan nama yang baik. Ketiga, hendaknya orang tua itu mengajarkanmu Al-Qur’an dan agama Islam,” tegas Umar.

Mendengar jawaban Umar, lalu anak itu berkata “Jika itu hak anak yang harus dipenuhi oleh orang tua, ketahuilah wahai Khalifah, Sesungguhnya aku tidak mendapatkan satupun dari yang telah engkau sebutkan tadi. Yang pertama, ibuku adalah seorang budak yang dibeli ayahku di pasar. Yang kedua, mereka menamaiku dengan nama yang buruk. Yang ketiga, aku tidak pernah sekalipun diajarkannya Al-Qur’an. Bahkan ayahku pun tidak paham ilmu Al-Qur’an dan ilmu agama Islam.”

Setelah mendengar penjelasan si anak, Khalifah Umar r.a. berkata kepada ayahnya “Aku telah mendengar aduanmu dan penjelasan anakmu, sesungguhnya yang bersalah dan yang harus dihukum adalah engkau. Karena sebagai ayah, kau tidak memberikan hak anakmu.”

Dari untaian kisah di atas, sudah dapat kita pastikan bahwa kaidah “Apa yang kita tanam, kelak itulah yang akan kita petik” adalah hukum yang sudah terbukti dan apa adanya. Dalam kisah itu, kita memetik pelajaran bahwa, jika seorang orang tua mencita-citakan anaknya menjadi anak yang baik, patuh, sholeh, pintar, dan lain-lain. Orang tua wajib menanamkan poin-poin tersebut kepada sang anak sejak dini. Jika tidak, jangan harap sang anak akan menjadi seperti apa yang dicita-citakan. Jika diri sang anak berkeinginan menjadi anak yang baik dan sholeh, ajarkan kepadanya tentang agama Islam sejak dini.

Jika ingin anaknya menjadi anak yang pintar, bimbing dan selalu dukunglah ia ketika belajar, dan sebagainya. Karena kita harus menyesuaikan antara cita-cita kita di masa depan dengan tindakan kita di masa sekarang. Mengapa demikian?, karena tindakan kita saat ini akan berperan penuh dengan apa yang akan terjadi di masa depan. Kita di masa ini adalah tindakan kita di masa lalu, dan kita di masa depan adalah tindakan kita di masa sekarang. Hal ini sesuai firman Allah Swt.: “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik kepada dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian dari kejahatan) itu untuk dirimu sendiri” (Q.S. al-Isra:7)

Mulailah Menanam Kebaikan-kebaikan

Sebagaimana sudah disinggung di atas bahwa sebagai seorang mukmin yang beriman kepada Allah Swt., tentu saja cita-cita kita adalah ingin mendapatkan yang terbaik di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, untuk mencapai cita-cita itu, hal pertama yang hendaknya kita lakukan adalah menanam kebaikan. Allah Swt. berfirman:

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS An-Nahl:128)

Kebaikan itu sebaik namanya. Orang-orang yang pertama kali akan merasakan manfaat dari kebaikan adalah mereka yang melakukannya. Dalam kutipan ayat tersebut, Allah menjelaskan bahwa Allah akan berserta dengan orang-orang bertakwa dan orang-orang yang berbuat baik.

Adapun contoh kecil dari sifat-sifat baik yang dapat kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari misalnya dengan ramah terhadap sesama, saling tolong-menolong dalam kebaikan, membudayakan anak untuk suka membaca, anak muda hormat terhadap yang lebih tua, yang lebih tua mengayomi anak muda, dan sebagainya. Insyaallah jika ini yang kita lakukan, kelak kebaikan yang akan datang kepada kita, baik itu di dunia ataupun di akhirat. Rasulullah saw. bersabda “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya” (H.R. Ahmad).

Lakukanlah dengan Ikhlas

Sebagai penutup, setelah kita memiliki cita-cita yang terbaik di dunia dan akhirat, dan memulainya dengan menanam kebaikan-kebaikan, maka jangan lupa saat beramal kebaikan, iringilah dengan niat ikhlas karena Allah Swt.

Memaknai kata “Ikhlas” dalam segi bahasa, ikhlas berarti bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti niat mengharap rida Allah semata dalam beramal tanpa menyekutukan-Nya. Maka orang yang ikhlas dalam berbuat baik adalah orang yang niat tulus melakukan kebaikannya demi Allah semata. Tidak dicampuri sedikitpun sifat riya.

Oleh karena itu, mari kita berlindung kepada Allah dari perbuatan yang dapat mengugurkan amalan ini. Juga selalu senantiasa menebarkan kebaikan tersebut dengan rasa ikhlas. Karena, agar kita benar-benar mendapatkan manfaat yang kita berikan kepada orang lain, kita harus ikhlas, karena ikhlas adalah salah satu kunci diterimanya amalan kita.

Kemudian, menyandarkan segala sesuatu kepada Allah, bukan kepada ciptaan-Nya. Agar kita tak merasa kecewa ketika dikecewakan, tidak merasa marah jika ada yang menyakiti, dan tidak merasa iri jika orang lain mendapat lebih banyak rezeki. Adapun salah satu ciri dari orang yang ikhlas dalam beramal adalah senang dan bersungguh-sungguh dalam beramal, baik saat sendiri atau sedang bersama orang banyak, baik ada pujian atau celaan. Wallahu a’lam bisshawab.

Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...