Antibiotik merupakan obat untuk melawan infeksi bakteri. Cara kerjanya dengan membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Jenis obat ini tidak efektif untuk mengatasi penyakit akibat infeksi virus, seperti flu atau influenza.Di sisi lain, penggunaannya tidak boleh sembarangan karena bisa menyebabkan resistensi dan membuat pengobatan jadi tidak optimal. Karena itu, pemakaiannya harus sesuai anjuran atau resep dari dokter.
Cara kerja antibiotik adalah menghentikan pertumbuhan dan membunuh bakteri. Tubuh membutuhkannya ketika imunitas tidak kuat lagi untuk menghancurkan bakteri.
Antibiotik bisa langsung bekerja pada tubuh. Namun, hasilnya tidak langsung terlihat dalam waktu 2 sampai 3 hari. Khasiatnya akan tergantung pada jenis infeksi dan intensitas keparahan penyakit.
Kebanyakan jenis obat antibiotik diminum selama 7 sampai 14 hari. Dalam beberapa kasus yang ringan, dokter biasanya meresepkan obat dalam waktu singkat, hanya dalam hitungan hari.
Meski sudah merasa lebih baik setelah beberapa hari, kamu perlu menghabiskannya guna mencegah resistensi. Di tahan ini, patogen penyebab penyakit menjadi kebal terhadap kandungan obat.
Manfaat Obat Antibiotik
Mengobati infeksi bakteri. Lantas, antibiotik obat untuk penyakit apa ? Beberapa di antaranya, radang tenggorokan, infeksi saluran kemih, dan infeksi bakteri E. coli.
Mengapa diberi antibiotik? Sebab, jenis obat ini mampu menekan pertumbuhan bakteri yang menyebabkan gangguan. Selain itu, obat juga efektif mengobati infeksi dengan membunuh patogen penyebab penyakit.
Mengonsumsi antibiotik saat tidak kamu perlukan tidak akan membantu dan justru menimbulkan efek samping. Karena itu, penting untuk mengikuti anjuran dokter saat memakai obat ini.
Pada umumnya, penggunaan obat antibiotik harus kamu habiskan untuk mencegah resistensi terhadap bakteri. Jika tidak diresepkan, jangan meminta dokter untuk memberikan jenis obat ini.
Peringatan Sebelum Menggunakan Antibiotik
- Saat kamu minum antibiotik, penting bagi untuk meminumnya secara bertanggung jawab dengan mengikuti hal berikut:
- Beri tahu dokter jika memiliki riwayat alergi antibiotik maupun jenis alergi lain.
- Kamu juga perlu memberi tahu riwayat kesehatan yang dimiliki, misalnya penyakit jantung atau penyakit hati.
- Selalu ikuti petunjuk resep dan anjuran dokter.
- Hindari menyimpan obat ini untuk kamu gunakan di masa mendatang.
- Jangan berbagi antibiotik yang dokter resepkan untuk orang lain.
- Habiskan obat meski telah merasa lebih baik. Berhenti meminumnya lebih cepat justru bisa membuat bakteri bertahan atau resisten dan menginfeksi tubuh kembali.
- Informasikan kepada dokter terkait obat-obatan lain yang sedang kamu konsumsi, termasuk pil KB, suplemen dan produk herbal.
- Beri tahu dokter apabila sedang hamil, sedang merencanakan kehamilan, atau tengah menyusui.
- Tunda vaksinasi bakteri hidup bila sedang menggunakan obat ini. Atau beri tahu dokter apabila telah mendapatkan vaksinasi bakteri jika diresepkan antibiotik.
- Pantang minum minuman beralkohol saat menjalani pengobatan antibiotik. Hal ini berpotensi menyebabkan efek samping.
- Temui dokter segera apabila mengalami reaksi alergi obat setelah meminum obat ini.
Efek Samping Antibiotik
- Diare.
- Mual.
- Muntah.
- Ruam.
- Sakit perut.
- Kepekaan terhadap sinar matahari, saat mengambil tetrasiklin.
- Penggunaan jangka panjang antibiotik tertentu dapat memicu infeksi jamur pada mulut, saluran pencernaan, dan vagina.
Sementara itu, beberapa efek samping antibiotik yang tidak biasa meliputi :
- Jumlah trombosit yang rendah, saat mengonsumsi sefalosporin, dan penisilin.
- Sakit dan nyeri yang parah, saat mengonsumsi fluoroquinolones.
- Gangguan pendengaran, saat mengonsumsi makrolida atau aminoglikosida.
- Granulosit rendah (sejenis leukosit) saat mengonsumsi penisilin.
- Pembentukan batu ginjal, saat mengonsumsi sulfonamida.
Pada sebagian kasus, orang berusia lanjut juga dapat mengalami infeksi bakteri C. difficile sebagai efek samping parah. Mereka mungkin berisiko mengalami radang usus, yang dapat menyebabkan diare berdarah yang parah.