Polifarmasi adalah penggunaan lebih atau sama 5 macam obat secara bersamaan setiap hari. Yang bisa diberikan pada semua pasien, terutama harus diperhatikan pada pasien pediatrik. Polifarmasi pada pasien anak belum memiliki definisi baku dan beragam, tetapi secara umum polifarmasi adalah penggunaan ≥5 macam obat selama >1 hari. Polifarmasi pada pasien anak berisiko berbahaya karena dapat meningkatkan efek samping obat, interaksi antar obat, medication error, dan biaya pengobatan. Selain itu, polifarmasi berisiko menurunkan kepatuhan pasien.
Penyebab Pasien Anak Diberikan Polifarmasi atau Racikan
Polifarmasi pada pasien anak dapat ditemukan pada kasus rawat inap maupun rawat jalan. Hal ini karena pasien anak sering mendapatkan dosis yang diekstrapolasi dari dosis pasien dewasa atau karena tidak tersedianya bentuk sediaan obat yang sesuai. Oleh karenanya, obat untuk pasien anak kadang diresepkan dalam bentuk racikan (pulveres) yang terdiri dari beberapa macam obat, yang sangat memungkinkan terjadinya masalah terkait pengobatan atau medication-related problems (MRPs).
Polifarmasi pada anak sering ditemukan pada pasien anak dengan penyakit kronis, pasien anak dengan gangguan neurologis, maupun pasien psikiatri anak. Masalah medis yang kompleks pada anak umumnya mendapat peresepan dari banyak dokter spesialisasi yang berbeda. Selain itu, deprescribing pasien anak sering menemui kendala.
Deprescribing adalah proses pengurangan, penghentian, atau penggantian obat, untuk meningkatkan efek terapi. Pada pasien anak, keputusan pembaharuan obat kadang tidak dilakukan oleh dokter peresep awal, dan dokter yang melakukan deprescribing juga tidak mempertanyakan penilaian klinis dari dokter peresep awal.
Orang tua atau caregiver pasien anak mungkin enggan untuk melakukan pembaharuan terhadap pengobatan. Hal ini terutama jika tujuan terapeutik tidak pernah dikomunikasikan atau dipahami pada saat awal pemberian resep asli.
Optimalisasi Regimen Pengobatan
- Menggali informasi bersama dengan caregiver mengenai keamanan (misalnya efek samping obat), kualitas hidup pasien (misalnya gejala yang belum teratasi), kualitas hidup keluarga yang merawat (misalnya kesulitan untuk pemberian obat).
- Memberikan edukasi ke keluarga atau caregiver mengenai cara pemberian obat yang tepat.
- Membuat rencana deprescribing berupa penyesuaian obat, termasuk penggantian atau penurunan dosis, penggantian jam pemberian obat, penggantian formulasi obat, penggantian dengan obat alternatif yang tidak berinteraksi, bahkan penghentian obat.
- Bila sudah dilaksanakan review secara komprehensif dan telah disampaikan dengan baik ke dokter penulis resep, maka upaya penyelesaian adalah dengan deprescribing.
- Merencanakan konsultasi ulang ke dokter yang turut memberikan resep obat.
- Membuat rencana pemeriksaan tambahan yang diperlukan.
Khusus untuk deprescribing, dilakukan jika polifarmasi berpotensi lebih merugikan daripada manfaatnya. Deprescribing dilakukan dengan menurunkan dosis, mengganti obat dengan yang tidak berinteraksi, menghentikan obat yang berinteraksi, dan selalu memonitoring bersama dengan klinisi dan perawat. Tujuan deprescribing untuk meningkatkan keamanan dan kualitas hidup pasien, serta mencegah efek samping obat.
Kesimpulan
Polifarmasi pada pasien anak merupakan masalah serius, karena akan meningkatkan risiko efek samping obat, interaksi antar obat, medication error, berkurangnya kepatuhan, dan pembengkakan biaya pengobatan. Penyebab polifarmasi pada pasien anak umumnya adalah diekstrapolasi dari dosis pasien dewasa, tidak ada sediaan obat yang sesuai, dan kesulitan dalam deprescribing.
Orang tua atau caregiver seringkali tidak dikomunikasikan terkait peresepan obat untuk anaknya, sehingga mereka enggan melakukan pembaharuan terhadap pengobatan. Salah satu upaya menghentikan polifarmasi yang berbahaya pada anak adalah dengan melakukan intervensi pediatric medication therapy management (pMTM) dan deprescribing.
Upaya ini memerlukan kerjasama antara para tenaga kesehatan untuk mencapai pengobatan yang optimal. Masih perlu dilakukan penelitian mengenai pMTM dan deprescribing agar dapat diterapkan di banyak rumah sakit atau klinik, sehingga mendapatkan pasien anak diberikan obat dengan dosis efektif terkecil dan jumlah sesedikit mungkin.