Saturday, May 11, 2024

Swafoto untuk bahan CASN itu ada tujuannya ya


Bagi yang belum tahu, swafoto dilansir dari KBBI adalah potret diri yang diambil sendiri tanpa bantuan orang lain menggunakan kamera ponsel atau kamera digital dan biasanya diunggah ke media sosial atau lebih dikenal dengan selfie. 

Jadi sebenarnya swafoto dan selfie itu sama saja, karena arti selfie tidak jauh beda dengan swafoto. 

Swafoto ini bisa diambil menggunakan kamera depan maupun kamera belakang yang diarahkan ke diri sendiri.

Swafoto juga bisa dilakukan dengan mengarahkan kamera ke cermin sambil memotret diri sendiri. Karena itu tak heran saat ini kamera depan pada ponsel sering disebut dengan kamera selfie. 

Swafoto atau selfie yang merupakan potret diri menggunakan ponsel atau kamera sejenisnya seringnya dianggap sebagai narsisme. 

Namun, ternyata ada ilmu pengetahuan yang berkata bahwa selfie tidak melulu soal narsis diri.

para peneliti telah membuktikan bahwa selfie juga bisa menjadi alat yang berfungsi efektif dalam dunia kesehatan. Tak hanya itu, saat selfie yang bukan sekedar narsis tapi bisa untuk melindungi kesehatan fisik dan mental. 

Memang bisa ya? 7 alasan harus rutin selfie setiap hari!

1. Selfie Untuk Perawatan Diri

2. Selfie Dapat Meningkatkan Mood

3. Selfie Membuat Percaya Diri

4. Selfie Untuk Deteksi Penyakit

5. Selfie Untuk Menjaga Hubungan Sosial

6. Selfie Membantu Untuk Refleksi Diri

7. Selfie Sebagai Kenangan

Bila ada resep mpon - mpon jadikan saja Fitofarmaka ya

 


Fitofarmaka adalah obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia), bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.

Fitofarmaka Menjadi Unggulan Produk Dalam Negeri

Formularium Fitomarka merupakan pedoman acuan untuk pengembangan produk obat asli Indonesia di sarana pelayanan kesehatan, yang telah dilegalkan dalam Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/1163/2022 pada tanggal 19 Mei 2022.

Fitofarmaka berasal dari bahasa Yunani, phyto yang berarti tanaman dan pharmakon yang berarti obat. Fitofarmaka merupakan salah satu bentuk obat tradisional Indonesia.

Pengembangan obat tradisional di Indonesia digolongkan menjadi tiga. Pertama adalah jamu, yang keamanan dan khasiatnya dibuktikan secara uji klinis. Lebih dari 12.000 jenis jamu ada di Indonesia. Kedua, Obat Herbal Terstandar (OHT) yang telah melalui uji pra klinik (pada hewan percobaan) dan bahan bakunya yang telah terstandarisasi. Saat ini, terdapat sekitar 86 OHT di Indonesia.

Ketiga, adalah obat yang masuk dalam pengobatan esensial yang lebih lengkap yaitu fitofarmaka. Fitofarmaka adalah bagian OHT yang sudah melalui uji pra klinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia) dimana bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.

Saat ini, terdapat 24 jenis obat fitofarmaka di Indonesia yang sudah diproduksi, antara lain: obat imunomodulator, obat tukak lambung, obat anti diabetes untuk menurunkan gula darah, obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah, obat untuk melancarkan sirkulasi darah supaya tidak terjadi sumbatan di pembuluh darah, dan obat untuk meningkatkan albumin bagi pasien yang membutuhkan protein seperti pasien haemodialisa/cuci darah. Adapun standar pra syarat mutu uji klinik bahan baku herbal yang akan digunakan dalam produksi obat tradisional ditetapkan dalam Farmakope Herbal Indonesia. Dalam masa paska pengolahan panen tanaman obat, akan dilakukan pengujian obat tradisional yang bisa menjadi OHT atau fitofarmaka di laboratorium pengujian mutu, pembuatan simplicia dan saintifikasi jamu yang ada di seluruh Indonesia.

Fitofarmaka Berpotensi jadi Produk Farmasi Utama Dalam Negeri

Proses pembuatan fitofarmaka tidak sederhana. Butuh proses analisis dan proses penelitian lainnya. Hal tersebut harus melibatkan banyak stakeholder dan kerja sama secara sinergis, baik dengan peneliti, industri, maupun dengan perguruan tinggi. ada beberapa obat kimiawi yang dasarnya adalah fitofarmaka, seperti obat diabetes metformin.

Obat tersebut dulunya adalah obat yang berasal dari daun yang kemudian diprdoduksi sebagai fitofarmaka di prancis. Lebih dari 50 tahun penggunaan metformin dan ternyata obat tersebut sudah bisa diekstrak unsur kimiawinya secara spesifik. Memang prosesnya tidak sederhana, butuh regulasi, butuh transformasi, butuh riset dan biaya.

KENALKAN FITOFARMAKA UNTUK DUNIA MEDIS
Fitofarmaka di Indonesia tak sepopuler jamu dan obat herbal terstandar meski ketiganya ada dalam satu kategori obat berbahan alam. Meski mengandung bahan tradisional, ia sudah disetarakan dengan obat modern karena beberapa alasan. Di antaranya karena proses pembuatannya yang telah terstandarisasi dan sudah ada uji klinik pada manusia dengan memenuhi syarat ilmiah. Karena keberadaannya yang masih asing inilah, maka dalam orasi pengukuhannya dikenalkan istilah obat Fitofarmaka.

Fitofarmaka jika dibanding jamu, jumlahnya sangat sedikit yang terdaftar di BPOM. Ada beberapa hal yang menghambat suatu produk obat untuk berstatus Fitofarmaka. Salah satu yang memperlama prosesnya ialah uji klinik pada manusia. “ Butuh biaya besar dan waktu yang lama ”. Sampai saat ini, obat-obatan Fitofarmaka bahkan belum dimasukkan dalam sistem JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Sehingga, penggunaannya di masyarakat kurang maksimal.

Dokter sudah bisa meresepkan OMAI fitofarmaka

Para dokter tak perlu ragu meresepkan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) fitofarmaka ke pasien, karena Kemenkes telah merilis Formularium Fitofarmaka. Pembiayaannya bisa menggunakan dana kapitasi JKN, kemudian menggunakan Dana Alokasi Khusus dan Dana Alokasi Umum. Fitofarmaka juga sudah masuk dalam katalog elektronik pemerintah.  peresepan Fitofarmaka atau obat dari bahan alam yang telah teruji klinis untuk pasien harus merujuk pada Formularium Fitofarmaka. Pemerintah mendorong kemandirian farmasi di Indonesia, salah satunya melalui pengembangan OMAI Fitofarmaka.
OMAI fitofarmaka dapat menjadi kunci utama kemandirian farmasi nasional, namun masih belum banyak dokter yang meresepkannya kepada pasien.

Yang paling penting adalah dukungan dari dokter Indonesia sendiri untuk kemudian kalau itu teruji klinis maka bisa diresepkan. Kalau sudah diresepkan, maka seharusnya dapat masuk fornas BPJS Kesehatan.

OMAI di Indonesia dibagi dalam tiga kelompok yakni Jamu yang berbasis empiris, Obat Herbal Terstandar (OHT) yang sudah melalui proses uji pra-klinik, dan fitofarmaka yang sudah melalui uji pra-klinik dan juga uji klinik.  pengembangan OMAI Fitofarmaka harus berbasis riset dan juga melibatkan kemitraan pentahelix. "IDI adalah organisai profesi, akan siap membantu kaitannya dengan riset, sosialisasi dan punya komitmen untuk mendorong ketahanan kemandirian kesehatan.

OMAI fitofarmaka memiliki potensi besar. Saat ini pun sudah banyak regulasi yang mendukung pengembangan Fitofarmaka. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2014 Pasal 3 menyebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan tradisional dengan memberikan kepastian hukum bagi pengguna dari pemberi pelayanan kesehatan tradisional.

Obat tradisional dalam regulasi di Indonesia merujuk pada obat-obatan dari bahan alam. Padahal pengembangan obat berbahan alam saat ini sudah dilakukan dengan teknologi modern. PT Dexa Medica sudah mengembangkan Obat Modern Asli Indonesia. Director of Research and Business Development Dexa Group, Prof. Raymond mengatakan obat berbahan alam harus memiliki standar dan teruji baik secara klinis maupun pra-klinis. Dexa Group, kata Prof Raymond, telah menerapkan teknologi modern dalam pengembangan OMAI. "Kita harus memastikan aspek keamanan OMAI. Badan POM sudah memiliki pharmacovigillance sehingga bisa memonitor aspek keamanan dari OMAI," kata Prof. Raymond. Dia mencontohkan produk OMAI Redacid yang mampu membantu mengatasi masalah lambung. Redacid juga masuk dalam Formularium Fitofarmaka yang diluncurkan Kementerian Kesehatan pada tahun 2022.

Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...