Tuesday, March 12, 2024

Mengendalikan amarah sesuai sunah Nabi Muhammad SAW


Marah merupakan salah satu ungkapan emosi yang terjadi secara alami. Rasulullah SAW mengajarkan cara untuk meredam emosi ketika marah. Ketahui caranya agar tak langsung tersulut emosi.

Apabila tengah menghadapi cobaan, umat muslim sebaiknya mencontoh sikap Rasulullah SAW yang selalu tenang dan sabar. Akan tetapi, sebagai manusia biasa, kita seringkali kesulitan dalam mengendalikan marah yang menggebu-gebu.

Rasulullah SAW sebagai suri tauladan telah mengajarkan pada umatnya tentang bagaimana mengendalikan marah, menjaga kestabilan emosi, dan juga berserah diri kepada Allah SWT.

Dalil Tentang Bahaya Marah

Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Imran ayat 134 terkait anjuran untuk menahan marah :

Artinya: "(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan."

Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW seraya berkata, "Ya Rasulullah, berilah aku nasihat untuk melakukan amal saleh!" Beliau menjawab, "Jangan marah!" Tetapi laki-laki itu bertanya lagi dan beliau pun menjawab, "Jangan marah!"

Pada riwayat yang lain, suatu ketika, 'Abdullah bin 'Amr Ra bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apa yang bisa menyelamatkan aku dari kemurkaan Allah SWT?" Rasulullah SAW menjawab, "Kendalikan marahmu!"

Nabi SAW bersabda kepada para sahabatnya, "Menurut kalian, siapakah orang yang kuat di antaramu?" Beberapa orang sahabat menjawab, "Orang yang kuat adalah orang yang tidak dapat dikalahkan oleh orang lain." Tetapi Rasulullah SAW bersabda, "Bukan. Bukan seperti itu. Orang yang kuat adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah."

Dalam hadits lainnya, Rasulullah bersabda, "Orang yang kuat bukanlah orang yang bertubuh kekar, tetapi orang yang bisa menguasai dirinya ketika marah."

Beliau pun menegaskan bahwa barangsiapa bisa menahan marahnya, maka Allah akan menutupi segala keaiban pada dirinya.

Cara Mengendalikan Marah

1. Menanamkan dalam hati untuk tidak marah kecuali karena Allah SWT

Contoh dari hal ini misalnya ketika melihat kemaksiatan yang merajalela, marah ketika melihat perbuatan yang zalim, dan lain sebagainya.

Dalam sebuah hadits dari Aisyah RA, dia berkata, "Rasulullah SAW tidak pernah sama sekali memukul sesuatu dengan tangannya, juga tidak pernah memukul wanita (istri), dan tidak pernah memukul seorang pembantu. Beliau memukul jika berjihad di jalan Allah. Dan tidaklah beliau disakiti dengan sesuatu sama sekali, lalu beliau membalas terhadap pelakunya.

Kecuali jika ada sesuatu di antara beliau membalas terhadap pelakunya. Kecuali jika ada sesuatu di antara perkara-perkara yang diharamkan Allah dilanggar, maka beliau akan membalas dengan hukuman karena Allah 'Azza wa jalla." (HR Muslim, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

2. Membaca Taawudz

Salah satu cara yang dicontohkan Rasulullah SAW untuk mengendalikan amarah adalah dengan membaca taawudz. Bacaan ini berfungsi sebagai perlindungan dari godaan setan yang terkutuk.

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Jika seseorang yang marah mengucapkan: 'A'uudzu billah (aku berlindung kepada Allah SWT)' niscaya akan reda kemarahannya." (HR Abu 'Adi dalam Kitab Al-Kaamil).

3. Duduk atau mengambil posisi tidur

Umumnya, orang yang sedang diselimuti amarah merasa dirinya paling tinggi, paling benar, paling sempurna, dan paling tidak bersalah. Setelah mengambil posisi duduk, orang yang sedang marah diharapkan bisa sedikit lebih tenang dari sebelumnya.

Dalam sebuah riwayat hadits dari Abu Dzar RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kalian marah, dan dia dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan itu marahnya bisa hilang. Jika belum juga hilang, hendak dia mengambil posisi tidur." (HR Ahmad 21348, Abu Daud 4782, dan perawinya dinilai shahih oleh Syu'aib Al-Arnauth).

4. Mengambil air wudhu

Cara ini juga sangat ampuh dalam mengendalikan dan meredakan amarah. Hal ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW, "Sesungguhnya marah itu dari setan dan terbuat dari api, dan api hanya bisa dipadamkan oleh air. Oleh karena itu, apabila seorang di antara kamu marah, maka berwudhulah!" (HR Abu Daud).

5. Tetap sabar atau diam

Meskipun marah adalah salah satu sifat yang manusiawi karena manusia memiliki emosi, sejatinya marah tidak menyelesaikan masalah. Oleh karenanya, dengan tidak banyak berbicara dan melakukan hal-hal yang nantinya akan mengacaukan keadaan, hendaknya seseorang yang tengah marah bersabar atau berdiam diri.

Demikian cara mengendalikan marah sesuai ajaran Rasulullah SAW. Semoga kita semua dapat meneladani sikap Rasulullah SAW dalam menghadapi amarah.

Pahala dalam Islam


Pahala Paling Besar dalam Islam

1. Berdzikir sepanjang waktu

Sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menerangkan bahwa berdzikir setiap hari sebanyak seratus kali, setara dengan memerdekakan sepuluh budak dan mendapatkan seratus kebaikan serta dihapus seratus dosanya.“

(Tidak ada illah yang berhaq diibadahi selain Allah yang tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kekuasaan dan puji-pujian, dan dia berkuasa atas segala sesuatu), pada setiap hari seratus kali maka baginya seimbang dengan memerdekakan sepuluh budak sahaya dan tertulis baginya seratus kebaikan dan dihapus daripadanya seratus dosa dan menjadi perlindungan baginya sepanjang hari itu hingga sore hari. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama dari yang berbuat seperti itu atau yang lebih banyak dari pada itu.” (disepakati oleh Bukhari dan Muslim).

2. Bersedekah

Bersedekah kepada orang lain dengan tujuan tulus untuk membantu, juga termasuk sebagai amalan dengan pahala yang besar. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWT :

"Dan infakkan dari sebagian dari apa yang telah kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata (menyesali), Ya Rabb ku sekiranya Engkau berkenan menunda (kematianku) sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang saleh.” (QS Al-Munafiquun: 10).

“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir. Tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan ganjaran bagi siapa yang dikehendakiNya dan Allah maha luas lagi maha mengetahui.” (QS Al-Baqarah: 261).

3. Menunaikan puasa Ramadan dan puasa Syawal

Selain termasuk rukun Islam, berpuasa di bulan Ramadan juga termasuk sebagai amalan yang bisa memberikan pahala terbesar. Apalagi, jika setelah itu kamu melanjutkan berpuasa enam hari di bulan Syawal sebagaimana dijelaskan dalam QS Al-An'am ayat 160 : 

“Barang siapa yang membawa amalan yang baik maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya, dan bagi siapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi balasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS Al-An’am: 160)

Terdapat pula sebuah hadis yang senantiasa menerangkan makna yang sama :

“Barang siapa puasa pada bulan Ramadan kemudian diikuti dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka akan seperti berpuasa selama satu tahun.” (HR.Muslim) 

4. Salat tepat waktu

Diriwayatkan dalam sebuah hadis yang disahihkan oleh Al-Bani dalam Misykaatul Mashaabih (1251), Allah SWT takjub melihat seorang lelaki bangun dari pembaringan dan kasur, kemudian meninggalkan keluarga dan kekasihnya untuk salat.

"Allah SWT berkata: Wahai malaikat-malaikatku, lihatlah hamba-Ku itu, ia bangun dari pembaringan dan kasurnya, meninggalkan keluarga dan kekasihnya untuk mengerjakan salat karena mengharapkan pahala di sisi-Ku dan merindukan apa yang ada di sisi-Ku.” (HR.Ahmad dan disahihkan oleh Al-Bani dalam Misykaatul Mashaabih (1251))

5. Mengajarkan ilmu dan memberikan amal jariah

Kebaikan lain yang dapat memberikan pahala besar adalah ilmu yang diajarkan dan disebarluaskan, anak saleh, Al-Qur'an yang diwariskan, masjid dan rumah yang dibangun, dan sedekah yang diinfakkan.

Hal ini tercantum dalam hadis riwayat Ibnu Majah berikut :

“Di antara yang akan ditemui seorang mukmin dari amal dan kebaikannya sepeninggalnya adalah ilmunya yang diajarkan dan disebarluaskan, anak saleh yang ditinggalkannya, Al-Qur’an yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun dan ia gunakan untuk fi sabilillah, sungai (mata air) yang ia gali, dan sedekah yang ia infak kan dari harta kejayaannya semasa sehatnya dan semasa hidupnya. Niscaya itu akan ditemuinya sepeninggalnya.” (HR.Ibnu Majah, dianggap hasan ole al-Bani).

6. Salat di Masjidil Haram

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majja, Allah berfirman jika salat di Masjidil Haram lebih baik daripada seratus ribu salat di masjid lain. 

“Salat di masjid-Ku (Masjid Nabawi) lebih baik dari seribu kali dari seribu kali salat di masjid lainnya kecuali di Masjidil Haram (Makkah). Dan salat di Masjidil Haram lebih baik dari 100.000 (seratus ribu) salat di masjid lainnya.” (HR.Ibnu Majjah, dishahihkan oleh al-Bani)

7. Menjenguk orang sakit

Hal sederhana seperti menjenguk orang sakit, ternyata juga termasuk sebagai amalan kebaikan dengan pahala yang berlimpah. Ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits berikut:

“Tiada seorang muslim yang menjenguk seorang muslim pada waktu pagi melainkan dia didoakan oleh 70.000 malaikat hingga sore hari. Dan ia menjenguk pada sore hari maka ia didoakan oleh 70.000 malaikat hingga pagi harinya. Dan akan mendapatkan jaminan buah-buahan yang siap dipetik di dalam surga.”(HR Tirmidzi dan dianggap sahih oleh Al-Bani).

8. Bersabar

Bersabar juga dikatakan sebagai amalan kebaikan dengan pahala yang paling besar. Ini bisa terjadi karena terkadang bersabar sangat sulit dilakukan.

Pada hadits riwayat Tirmidzi, dikatakan bahwa orang yang bersabar akan diberikan sejuta kebaikan dan dihapuskan sejuta keburukannya oleh Allah SWT.

“(Tiada tuhan selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki kerajaan dan pujian, yang menghidupkan dan mematikan dan Dialah maha hidup dan tidak akan pernah mati, di tangan-Nya segala kebaikan dan Dia maha kuasa atas segala sesuatu), niscaya Allah akan memberikan kepadanya seribu-seribu (sejuta) kebaikan dan menghapus seribu-seribu (sejuta) keburukan serta diangkat kedudukannya seribu-seribu (sejuta) derajat. Dalam riwayat lain dikatakan: Niscaya Allah akan membangunkan rumah di dalam surga.” (HR.Tirmidzi dan Al-Bani menganggapnya hasan).

9. Mendoakan orang lain

Pernah mendengar pernyataan bahwa doa baik yang dipanjatkan akan kembali lagi kepada orang yang mendoakannya? Nah, hal tersebut ternyata benar adanya sebagaimana diterangkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ath-Thabrani :

“Barang siapa yang mendoakan mukmin laki-laki ataupun perempuan, niscaya Allah akan memberi pahala kebaikan dari setiap mukmin laki-laki dan perempuan yang didoakannya.” (HR Ath-Thabrani dan dianggap hasan oleh Al-Bani).

 


Puasa menurut Islam

Puasa dalam Islam: Pengertian, Syariat, dan Macam-Macamnya

Puasa dalam ajaran islam adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilakukan oleh pemeluknya. Dalam Al-Qur'an, kewajiban untuk mengerjakan ibadah puasa telah tertuang dalam firman Allah SWT pada surat AL-Baqarah ayat 183 :

Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS Al-Baqarah: 183).

Sementara itu, kewajiban menunaikan puasa sebagai salah satu rukun Islam juga disebutkan dalam hadits sebagai berikut :

Artinya: Dari Abdullah bin Umar radhiyallahi 'anhuma dia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Islam itu dibangun di atas lima dasar: persaksian (syahadat) bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, haji (ke Baitullah), dan puasa di bulan Ramadhan." (HR Bukhari dan Muslim).

Puasa menurut bahasa berasal dari kata 'imsak' yang artinya menahan dan 'kalf' yang bermakna mencegah dari sesuatu. Berdasarkan arti tersebut, puasa menurut bahasa dapat dimaknai sebagai sesuatu yang sifatnya menahan dan mencegah dalam bentuk apapun, termasuk untuk tidak makan dan minum secara disengaja.

Selain itu, puasa dalam bahasa arab disebut sebagai 'shaum' atau 'shiyam' yang menurut bahasa juga bermakna al-Imsak, yaitu menahan diri atau berpantang dari suatu perbuatan tertentu. Secara sederhana, puasa merupakan upaya untuk menahan diri, tidak makan dan tidak minum, atau menahan diri dari suatu perbuatan.

Pengertian puasa memang dapat diartikan dalam banyak hal. Dengan kata lain, sebagian ulama turut memaknai puasa sebagai perbuatan menahan diri dari perbuatan fi'li yang berupa dua macam syahwat, yaitu syahwat perut dan syahwat kemaluan serta menahan diri dari segala sesuatu agar tidak masuk ke dalam perut.

Puasa Menurut Al-Quran dan Sunah menyebutkan bahwa perintah untuk melakukan puasa bagi umat Islam pertama kali disyariatkan pada tanggal 10 Syaban di tahun kedua Hijriah setelah Nabi Muhammad SAW hijrah ke Kota Madinah.

Perintah menunaikan ibadah puasa ini disyariatkan setelah diturunkannya perintah untuk mengganti arah kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram.

Sejak saat itu, Rasulullah SAW mulai menjalankan ibadah puasa Ramadhan. yang pertama kalinya hingga di akhir kehidupannya sebanyak sembilan kali dalam sembilan tahun.

Syariat puasa Ramadhan kemudian menjadi rukun Islam yang kelima. Apabila seorang umat yang mengaku Islam tidak melakukan kewajiban puasa wajib di bulan Ramadhan, maka ia termasuk mengingkari rukun Islam. Pengingkaran rukun Islam tersebut kemudian akan menyebabkan batalnya keislaman seseorang.

Meskipun puasa menjadi salah satu kewajiban, dalam syariat Islam juga terdapat beberapa macam puasa yang tidak menjadi kewajiban atau disunahkan.

Dalam ajaran Islam macam-macam puasa terbagi menjadi 4 yakni:

1. Puasa Wajib

Puasa wajib adalah puasa yang wajib dilakukan oleh umat Islam untuk menunaikan perintah dari Allah SWT sehingga seseorang yang meninggalkan puasa wajib akan mendapat balasan dosa. Puasa wajib juga terbagi menjadi 3 macam puasa, di antaranya yaitu :

Puasa Ramadhan, yakni puasa yang dilakukan setiap hari selama satu bulan penuh saat bulan Ramadhan dari waktu terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.

Puasa Nazar, yakni puasa yang dilakukan oleh orang yang bernazar puasa sebab menginginkan sesuatu sebelumnya. Puasa Nazar wajib dilaksanakan setelah keinginan tersebut tercapai sehingga bagi orang yang tidak melaksanakan nazarnya akan mendapat dosa dan dikenai denda atau kifarat.

Puasa Kifarat, yakni puasa yang dilakukan untuk menebus dosa sebab telah melakukan hubungan suami-istri pada waktu siang hari ketika bulan Ramadhan. Puasa kifarat dilakukan untuk membayar denda puasa Ramadhan dengan berpuasa selama dua bulan berturut-turut.

2. Puasa Sunah

Puasa sunah merupakan puasa yang disunahkan oleh Rasulullah SAW. Meskipun tidak wajib untuk dilakukan, puasa sunnah menjadi anjuran yang dapat menambah pahala bagi orang yang melaksanakannya. Di antara berbagai macam puasa sunah yang dilakukan oleh Rasulullah yaitu sebagai berikut:

Puasa hari Arafah, yaitu dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah oleh orang yang tidak berhaji.

Puasa Tasu'a dan Puasa Asyura, yaitu puasa yang dilakukan pada tanggal 9 dan 10 Muharram.

Puasa 6 hari di bulan Syawal.

Puasa di bulan Sya'ban.

Puasa Senin dan Kamis.

Puasa 3 hari setiap pertengahan bulan.

Puasa Nabiyullah Daud, yaitu puasa yang dilakukan dengan satu hari puasa dan satu hari tidak secara berturut-turut.

3. Puasa Makruh

Puasa makruh adalah puasa yang hukumnya makruh. Artinya, puasa tersebut lebih dianjurkan untuk tidak dilakukan. Apabila dilakukan, maka tidak akan mendapat pahala apapun. Beberapa di antara macam-macam puasa makruh yaitu sebagai berikut:

Berpuasa pada hari Jum'at, hukumnya makruh kecuali jika seseorang telah berpuasa di hari sebelum atau setelahnya (di hari kamis atau sabtu).

Puasa setahun penuh (puasa dahr), menurut Rasulullah SAW orang yang berpuasa setahun penuh dipandang tidak berpuasa dan tidak berbuka (HR Muslim).

Puasa Wishal, yaitu puasa yang tidak memakai sahur maupun berbuka.

4. Puasa Haram

Puasa haram adalah puasa yang dilakukan pada hari yang diharamkan untuk seluruh umat Islam. Apabila seorang muslim menunaikan puasa haram, maka ia akan mendapat dosa. Sebaliknya, apabila seorang muslim tidak melakukan puasa di hari yang diharamkan, maka ia akan mendapatkan pahala.

Hari-hari yang diharamkan untuk melakukan puasa, yaitu di antaranya :

Puasa pada tanggal 1 Syawal dan 10 Dzulhijjah.

Puasa hari Tasyrik, yaitu tanggal 11, 12, dan 13 bulan Dzulhijjah.

Puasa pada hari yang diragukan.

Itulah pengertian puasa, syariat, dan macam-macamnya dalam ajaran Islam. Semoga umat muslim dapat senantiasa mengerjakan kewajiban berpuasa, baik puasa wajib maupun puasa sunnah, serta tidak melakukan puasa di hari-hari yang diharamkan.

Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...