Tuesday, January 9, 2024

Ingin nasib berubah ? dimulai dari pilihan dan diri sendiri

 Allah SWT Tak akan Mengubah Nasib Orang yang Tidak Berusaha


Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum yang tidak berusaha. Hal ini disebutkan dalam Al-Qur'an surah Ar Ra'd.

Ayat yang menyebutkan bahwa Allah SWT tidak akan mengubah nasib orang yang tidak berusaha adalah surah Ar Ra'd ayat 11. Allah SWT berfirman,

Artinya: "Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS Ar Ra'd: 11)

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, melalui surah Ar Ra'd ayat 11 Allah SWT menceritakan perihal ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu dan semua makhluk-Nya. Allah SWT mendengar semuanya atas sesuatu yang dirahasiakan orang-orang atau yang berterus-terang. Sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya yang lain :

Artinya: "Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. (QS Thaha: 7)

Dijelaskan lebih lanjut, Allah SWT memiliki malaikat-malaikat yang selalu menjaga hamba-Nya secara bergiliran, ada yang di malam hari, ada pula yang di siang hari untuk menjaga manusia dari hal-hal yang buruk dan kecelakaan-kecelakaan. Tugas secara bergiliran ini juga dilakukan oleh malaikat pencatat amal baik dan amal buruk seseorang.

Selanjutnya, Allah SWT menerangkan mengenai nasib suatu kaum. Menurut sebuah riwayat Ibnu Abu Hatim dari Abu Sa'id Al-Asyaj, dari Hafs ibn Gayyas, dari Asy'as, dari Jahm, dari Ibrahim yang mengatakan bahwa Allah SWT pernah memerintahkan kepada salah seorang nabi dari kalangan bani Israil,

"Hendaklah kamu katakan kepada kaummu bahwa tidak ada suatu penduduk kota pun-dan tidak ada penghuni suatu ahli bait pun- yang tadinya berada dalam ketaatan kepada Allah, lalu mereka berpaling dari ketaatan dan mengerjakan maksiat kepada Allah, melainkan Allah memalingkan dari mereka hal-hal yang mereka sukai, kemudian menggantikannya dengan hal-hal yang tidak mereka sukai."

Selanjutnya Jahm ibnu Ibrahim mengatakan bahwa bukti kebenaran tersebut termuat dalam Al-Qur'an, yakni pada firman Allah SWT yang mengatakan : 

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra'd: 11)

Keadaan atau nasib suatu kaum tersebut turut dijelaskan Abul-Hafiz Muhammad ibn Usman ibnu Abu Abu Syaibah dalam kitabnya yang berjudul Sifatul 'Arsy.

Disebutkan, Khalifah Ali bin Abi Thalib berkhutbah di atas mimbar Kufah. Antara lain ia mengatakan, "Apabila aku berdiam diri tidak berbicara kepada Rasulullah SAW, maka beliaulah yang memulainya kepadaku; dan apabila aku menanyakan suatu berita kepadanya, dia menceritakannya kepadaku. Dan dia menceritakan kepadaku suatu hadis dari Allah SWT yang menyebutkan:

"Tuhan berfirman, 'Demi Kemuliaan, Keagungan, dan Ketinggian-Ku di atas 'Arasy; tiada suatu (penduduk) kota pun, dan tiada pula suatu ahli bait pun yang tadinya mengerjakan hal yang Aku benci yaitu berbuat durhaka terhadap-Ku, kemudian mereka berpaling dari perbuatan durhaka itu menuju kepada perbuatan yang Aku sukai, yaitu taat kepada-Ku, melainkan Aku palingkan dari mereka hal yang tidak mereka sukai, yaitu azab-Ku; dan Aku berikan kepada mereka hal yang mereka sukai, yaitu rahmat-Ku'."

Imam Ibnu Katsir mengatakan hadits tersebut gharib, di dalamnya terdapat nama yang tidak dikenal.


Tidak mudah untuk mencintai ya


Cinta....
Bagi saya itu rahmat dari Allah SWT..
Mencintai dan berkasih sayang karena Allah SWT itu anugerah terindah..
Sebab siapa yang tidak menyayangi tidak akan di sayangi..

Saya bukan tipe perempuan yang mudah untuk jatuh cinta, namun bila saya sampai jatuh cinta berarti ada kesamaan didiri seseorang dengan diri saya. Karena saya selalu belajar menyayangi diri saya karena Allah SWT. Sebagai bentuk rasa syukur saya kepada Allah SWT.
Mempertahankan seseorang yang dicintai untuk satu hal yang diluar ekspektasi malah bisa sampai menyakiti, bila bukan karena Allah SWT itu tidak mungkin !

Cinta itu bukan hanya sekedar rasa sayang, ada kesetiaan, kepercayaan, kejujuran dan pengorbanan karena Allah SWT. Jadi cinta itu hadir bilamana Allah SWT ridho dengan suatu hubungan yang tentunya halal. Tidak ada cinta tanpa status halal.

Saya pernah punya impian untuk bisa menua bersama pasangan halal saya agar bisa berkeliling Indonesia dan dunia sebagai rasa syukur saya. Walaupun sekarang impian itu sudah sirna untuk yang pertama, tidak akan menutup kemungkinan untuk yang terakhir. Hanya Allah SWT yang tahu kapan saat dan waktu yang tepat jodoh dunia - akhirat itu menghampiri saya dan tentunya juga bisa menjadi like father like son bagi anak saya. Bukan hanya bisa mengimami saya juga bisa menjadi imam untuk anak saya.

Kriteria saya tentunya dengan jarak usia yang tidak terlalu jauh dari saya karena saya menanti figur jodoh bukan figur ayah. Dengan kemiripian sifat ataupun hobi yang  sama dan mempunyai tujuan hidup yang sama. Sama -  sama mengharapkan keridhoan Allah SWT. Selain syarat mutlak agama dan akhlak, yang selanjutnya kemapanan dan profesi karena pengalaman yang sudah pernah saya lalui. Tidak mudah seorang perempuan untuk berusaha menjaga wibawa suami dengan penghasilan melebihi suami. Sudah berusaha semaksimalpun untuk menjaga wibawa nya tetap saja merasa diremehkan. Karena ex.suami saya mempunyai inner child yang tidak bisa dia sembuhi sendiri.

Alhamdulillah..saya berusaha untuk tidak memberikan inner child itu pada anak saya. Karena saya merasa tidak begitu parah luka inner child saya dan saya selalu yakin, Allah SWT selalu menyembuhkan setiap luka yang saya rasakan.

Dengan selalu bersyukur membuat saya berbahagia karena Allah SWT. Dan rasa cinta dihati saya selalu ada untuk makhluk ciptaan Allah SWT yang Allah SWT sayangi dan ridhoi. Ridho Allah SWT menjadi sumber kekuatan saya untuk belajar menjalani skenario hidup dari Allah SWT.

Selalu ingat, boleh jadi saya suka Allah SWT tidak suka karena belum tentu itu baik untuk saya dan boleh jadi saya tidak suka namun Allah SWT suka karena itu baik untuk saya. Allah SWT Maha mengetahui sedangkan saya tidak. Karena Allah SWT mempunyai 99 sifat Allah SWT, asmaul husna yang wajib kita percayai. Setiap apa yang dirasakan dihati, sebut saja sifatnya dan memintalah hanya kepada Allah SWT. Pasti Allah SWT kabulkan bila itu yang terbaik untuk hamba - Nya. Tetap istiqomah ya mengharap ridhonya Allah SWT. Istiqomah itu ringan, yang berat itu siksaan Allah SWT. Subhanallah.


Hijrahnya Nabi Muhammad SAW

Sejarah Peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari kota Mekah ke Madinah menjadi salah satu peristiwa bersejarah bagi umat Islam. Peristiwa hijrah ini menurut beberapa sumber terjadi pada tahun 622 Masehi.

Hijrahnya Nabi Muhammad SAW sendiri menjadi tonggak penting dalam sejarah Islam dan menandai dimulainya kalender Islam.

Hijrah adalah titik balik penting bagi Islam karena tidak hanya memberikan tempat berlindung yang aman bagi Nabi dan para pengikutnya, tetapi juga memungkinkan Islam untuk menyebar dan berkembang.

Orang-orang Madinah menyambut Nabi dan para pengikutnya dengan tangan terbuka, dan agama Islam segera mendapatkan banyak pemeluk baru.

Hijrah juga menandai berdirinya negara Islam pertama di Madinah, di mana Nabi Muhammad menjabat sebagai pemimpin politik dan agama. Prinsip keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang yang digariskan pada masa kepemimpinannya menjadi panutan umat Islam hingga saat ini.

Latar Belakang 

Sebelum Hijrah, Nabi Muhammad SAW adalah pemimpin komunitas Muslim di Mekah. Namun, dia dan pengikutnya mengalami penindasan dan persekusi dari penguasa Mekah yang tidak senang dengan ajaran baru Islam. Sebagai akibat dari persekusi ini, Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya memutuskan untuk mencari tempat yang lebih aman untuk menjalankan ajaran Islam.

Persiapan Hijrah Nabi Muhammad SAW

Sebelum Hijrah, Nabi Muhammad SAW melakukan persiapan yang matang. Dia menetapkan jadwal dan rute yang akan diambil selama perjalanan ke Madinah. Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan kepada para pengikutnya tentang cara menjalankan hidup yang baik dan benar serta memperkuat keimanan mereka.

Ada Museum di Makkah - Madinah


1. The Holy Quran Exhibition Madinah

Selain untuk tujuan ibadah dan berkunjung ke makam Nabi Muhammad, ada satu tempat yang tidak boleh lewatkan, yaitu The Holy Quran Exhibition Madinah. Harus reservasi dan hanya pada waktu-waktu tertentu saja museum ini dibuka.

Museum ini memuat sejarah Al Quran dan proses penulisannya. Al Quran yang asli itu nggak pakai tanda baca sama sekali alias arab gundul. Nah, kita juga bisa melihat sejak kapan Al Quran itu mulai diberikan tanda baca untuk mempermudah umat muslim membaca dan memaknainya.

Selain itu koleksi museum ini juga beragam. Ada berbagai kitab Al Quran yang langka, ada koleksi kaligrafi yang telah menjadi karya seni Islam yang terkenal. Ukuran Al Quran juga beragam. Ada Al Quran raksasa berukuran 143 x 80 cm dengan berat 154 kg. Ada juga kaligrafi bertinta emas yang ditulis tangan oleh Sultan Mahmud II, Kesultanan Usmaniyah. Setelah selesai tour museum Al Quran, kita bisa beli Al Quran di sini untuk dihibahkan menjadi koleksi Masjidil Haram. Kalau ada yang ingin punya amal jariyah beribu-ribu kali lipat, memang banyak jamaah dari Indonesia yang beli Al Quran di sini.

2. Exhibition of Two Holy Mosque Architecture

Museum ini berisi benda-benda bersejarah yang berhubungan dengan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Exhibition of Two Holy Mosque Architecture memiliki 7 ruangan. Dimulai dari reception hall, Masjid Al Ahram hall, Ka'bah hall, The Photographic hall, Inscription and Manuscript hall, The Prophet's mosque hall, dan Zam Zam Well hall. Secara keseluruhan, museum ini merupakan perwujudan miniatur 2 masjid yang menjadi pusat ibadah yang melengkapi Rukun Islam semua umat Muslim.

Museum eksibisi ini juga memajang koleksi manuskrip dan ukiran dari perpustakaan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, beberapa foto tua, dan barang-barang antik. Di antara koleksi-koleksi itu, yang menjadi pusat perhatian adalah salah satu pilah kayu Ka'bah, tangga kayu, pintu Ka'bah yang usianya bahkan ada yang lebih tua dari tahun hijrah. Berarti masih sangat orisinal dan dijaga sekali. Di sini pula kita dapat melihat perkembangan pembangunan Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. 

3. Alamoudi Museum Makkah

Lokasi museum ini di pinggiran Kota Mekah, katanya sekitar 15 menit naik bus dari Masjidil Haram. Bangunan museumnya ini terbilang unik karena temboknya menyerupai tembok bangunan arsitektur Arab zaman dulu. Kita juga bisa melihat wujud 3 dimensi Hajar Aswad.

Ada beberapa properti peradaban budaya Arab masa dulu yang terlihat dari perlengkapan sehari-hari, bentuk rumah, arsitekturnya, bentuk sumur, hingga pernak-pernik rumah lainnya. Model dapur orang Arab zaman dulu beda sekali. Bangunannya rata-rata berasal dari bahan pelepah kurma dan tanah. Pakaian tradisional Arab dan peralatan perangnya juga di-display sehingga kita serasa kembali ke suasana Mekah tempo dulu. 

Tempat Mustajab di Makkah dan Madinah yang harus dikunjungi

1. Multazam

Lokasi pertama yang menjadi tempat mustajab untuk berdoa adalah Multazam. Multazam adalah tempat atau jarak antara sudut Hajar Aswad dan pintu Ka’bah. Multazam merupakan tempat paling utama di Tanah Suci, maka cucurkanlah air mata seraya memohon ampunan kepada Allah Swt. Apabila memungkinkan, pegang pula pintu Ka’bah. Mintalah kebaikan dan kebahagiaan untuk dunia dan akhiratmu.

2. Hijir Ismail

Di bawah Mizab atau pancuran Ka’bah. Talang air ini terletak di arah Hijir Ismail. Pada zaman Nabi Ibrahim As, Mizab belum ada. Talang ini dibuat oleh suku Quraisy. bersamaan dengan dibuatnya atap Ka’bah. Di bagian depannya tertulis lafal bismillahi ar-rahman ar-rahim. Sedangkan, di sisi kirinya tertulis kalimat dalam bahasa Arab yang artinya, “talang ini diperbaharui pelayan dua Tanah Suci, Fahd bin Abdul aziz Al Sa’ud, Raja Arab Saudi.” Usai bertawaf, jemaah haji atau umrah biasanya menyempatkan diri berlama-lama memanjatkan doa di sini.

3. Rukun Yamani

Rukun Yamani dan Hajar Aswad (Mekkah). Rukun adalah sandi atau tiang, yakni empat sudut Ka’bah yang diberi nama Rukun Aswad, Rukun Iraqi, Rukun Syami, dan Rukun Yamani. Rukun Aswad dikenal dengan Hajar Aswad yang merupakan posisi “batu hitam” yang menurut sebagian riwayat adalah batu yang menggantung setinggi 1,5 meter dari atas tanah. Saat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mendapat perintah dari Allah untuk meninggikan pondasi Ka’bah, Hajar Aswad dijadikan salah satu fondasi.

4. Di Dalam Ka’bah

Meski bagian dalam Ka’bah tak bisa dimasuki oleh sembarang orang, namun ruangan ini dipercaya sebagai tempat yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah Saw pernah membawa Aisyah Ra ke Hijir Ismail saat Aisyah meminta izin untuk salat di dalam Ka’bah. Saat itu, Rasullah Saw bersabda, “salatlah di sini kalau ingin salat di dalam Ka’bah, karena ini termasuk bagian dari Ka’bah.”

Oleh karena itu, tidak dibenarkan seseorang bertawaf dalam area Hijir Ismail, karena Hijir Ismail merupakan bagian dari Ka’bah. Saat haji dan umrah, jemaah harus antre masuk ke dalam Hijir Ismail yang tidak terlalu luas. Usai salat sunah mutlak, mereka biasanya memuaskan diri berdoa di sini.

5. Sai antara Sofa dan Marwah

Sai adalah berjalan sebanyak 7 kali putaran antara Bukit Shafa dan Marwah. Prosesnya dilakukan setelah tawaf, dimulai dari Bukit Shafa dan diakhiri di Bukit Marwah. Tak ada bacaan wajib, namun disarankan berdoa sesuai kemampuan dan beristigfar.

6. Belakang Maqam Ibrahim

Jika berhaji atau umrah, sesudah melaksanakan tawaf tujuh putaran dan berdoa sejenak di Multazam, umat Islam disunahkan salat di belakang Maqam Ibrahim. Maqam Ibrahim sendiri lokasinya masih di dekat Ka’bah, tak jauh dari Multazam.

7. Muzdalifah dan Mina

Muzdalifah, kawasan antara Mina dan Arafah. Lokasinya sekitar 10 km dari Makkah. Muzdalifah panjangnya kurang dari 4 km, berada pada satu wilayah sempit antara dua gunung yang berdekatan setelah Arafah. Sedangkan Mina, kawasan berbukit panjangnya 3-5 km, letaknya antara Mekah dan Muzdalifah. Jaraknya dari Mekah sekitar 7 km. Di Mina terdapat jamarat

8. Raudhah

Di Masjid Nabawi terdapat Raudhah, yaitu tempat antara mimbar dan kediaman Rasulullah Muhammad Saw. Semasa beliau hidup, lokasi ini menjadi salah satu tempat istimewa bagi masyarakat muslim. Doa yang dipanjatkan di Raudhah diyakini akan dikabulkan Allah Swt. Untuk mencapai Raudhah yang menjadi dambaan, umat Islam harus berebut sebelum masuk ke tempat itu untuk salat, zikir, berdoa, dan membaca Al-Qur’an. 

Wallaahu a’lam..

Sejarah awal berdirinya Ka'bah



Ka’bah disebut sebagai Baitul Haram (rumah suci), Baitullah (rumah Allah), Baitul Ateeq (rumah tua) dan Awalul Bait (rumah pertama). Salah satu bangunan yang memiliki posisi penting dalam sejarah peradaban Islam. Karena ka’bah merupakan tempat suci umat Islam di seluruh dunia. Bangunan yang juga menjadi kiblat arah shalat ini ternyata memiliki sejarah yang panjang. 

Sejarah Masjidil Haram tidak lepas dari pembangunan ka’bah jauh sebelum Nabi Adam diciptakan. Setelah Nabi Adam dan Hawa turun ke bumi, mereka diperintahkan oleh Allah untuk membangun bangunan di sebuah lembah yang bernama Bakkah (saat ini menjadi bagian dari Kota Mekah.

Namun, bangunan tersebut hancur akibat air bah pada masa Nabi Nuh. Selama beberapa abad kemudian, Allah memerintahkan kepada Nabi Ibrahim dan putranya Nabi Ismail, untuk membangun sebuah bangunan di tengah perempatan kota Mekah untuk dijadikan tempat beribadah. Mereka berdualah yang pertama kali meletakkan Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim di sekitar ka’bah.

Ulama sekaligus ahli sejarah Arab Saudi, Wahab bin Munabbih berkata: “Ka’bah dibangun oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, kemudian ‘Amaliqah, kemudian Jurhum, kemudian Qushai bin Kilab dari kabilah Quraiys. Mereka orang-orang Quraisy membangun Ka’bah dari bebatuan yang berasal dari lembah yang mereka pikul di pundak mereka, tinggi bangunan mencapai 20 hasta. Jarak antara bangunan Ka’bah dan perintah membangunnya selama 5 tahun, dan antara pintu keluar dan bangunannya selama 15 tahun.

Kisah pembangunan Ka’bah pun tertulis dalam Alquran surat Al Baqarah ayat 127, yang berbunyi:

Dan (ingatlah) ketika Ibrahim meninggikan pondasi Baitullah bersama Ismail, (seraya berdoa), “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah: 127)

Selepas dibangun, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman bahwa ka’bah merupakan tempat suci bagi umat Islam. Selain itu, ka’bah diperintahkan untuk menjadi tempat shalat, tawaf dan i’tikaf. (Lihat Quran surat Al Baqarah ayat 125)

Ada kisah yang terkenal ketika kaum Qurays tersebut membangun Ka’bah, ketika sampai di pojok (tempat hajar aswad) mereka berselisih siapa yang lebih berhak untuk mengembalikannya?

Sampai satu sama lain dari mereka beradu argumen lalu salah satunya berkata: “Kami sepakat untuk memberikannya kepada seseorang yang pertama kali mendatangi jalan ini. Maka Rasulullah ï·º yang pertama kali mendatanginya, ia pada saat itu masih seorang pemuda, mereka sudah menjadikannya hakim (penentu) untuk memutuskan peletakan hajar aswad.

Maka Rasulullah meletakkan kainnya, dan meyuruh ketua setiap kabilah untuk memegang tiap ujung kain tersebut, mereka pun mengangkat kain tersebut untuk dibawa kepada Rasulullah SAW dan beliaulah yang meletakan hajar aswad tersebut pada tempatnya.

Sahabat, awalnya bangunan Ka’bah terdiri atas dua pintu dan letak pintunya berada di atas tanah, tidak seperti sekarang yang pintunya agak tinggi. Sejak Nabi Ibrahim ‘Alahissallam hingga sepeninggal Rasulullah SAW, Ka’bah telah mengalami pemugaran. Nabi Muhammad SAW pernah mengurungkan niatnya untuk merenovasi kembali Ka’bah karena kaumnya baru saja masuk Islam.

Ketika masa Abdullah bin Zubair memerintah daerah Hijaz, bangunan itu dibangun kembali yaitu di atas fondasi Nabi Ibrahim. Namun ketika terjadi peperangan dengan Abdul Malik bin Marwan penguasa daerah Syam (Suriah, Yordania dan Lebanon sekarang) dan Palestina, terjadi kebakaran pada Ka’bah akibat tembakan peluru pelontar yang dimiliki pasukan Syam.

Abdul Malik bin Marwan yang kemudian menjadi khalifah, melakukan renovasi kembali Ka’bah berdasarkan bangunan pada masa Nabi Muhammad SAW dan bukan berdasarkan fondasi Nabi Ibrahim. Ka’bah dalam sejarah selanjutnya beberapa kali mengalami kerusakan akibat peperangan dan umur bangunan.

Ketika masa pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid pada masa kekhalifahan Abbasiyyah, khalifah berencana merenovasi kembali Ka’bah sesuai pondasi Nabi Ibrahim dan yang diinginkan Nabi Muhammad SAW. Namun dicegah oleh salah seorang ulama terkemuka yakni Imam Malik karena dikhawatirkan nanti bangunan suci itu dijadikan ajang bongkar pasang para penguasa sesudah dia. Sehingga bangunan Ka’bah tetap sesuai masa renovasi khalifah Abdul Malik bin Marwan sampai yang sekarang.

Hajar Aswad , batu disudut ka'bah yang dimuliakan Allah SWT

Sejarah dan Makna Hajar Aswad


Hajar aswad mempunyai makna penting bagi pelaksanaan ibadah umrah dan haji karena menjadi tempat permulaan dan berakhirnya tawaf. Hampir seluruh umat muslim yang beribadah ke Tanah Suci pasti memiliki keinginan menyentuh atau mencium Hajar Aswad.

Mengutip dari buku Ensiklopedia Fikih Indonesia karya Ahmad Sarwat, hajar aswad maknanya adalah batu hitam. Batu tersebut berada di salah satu sudut Ka'bah, tepatnya di sebelah tenggara.

Hajar aswad berbentuk seperti telur dengan warna hitam kemerah-merahan. Di dalamnya terdapat titik-titik merah campur kuning sebanyak 30 buah dan dibingkai dengan perak setebal 10 cm buatan Abdullah bin Zubair, seorang sahabat Rasulullah SAW.

Hajar aswad bukanlah batu biasa atau sembarang batu. Keberadaannya mengandung sejarah dan makna yang luar biasa. Lantas seperti apa sejarahnya?

Sejarah Hajar Aswad

Dikemukakan dalam buku Sejarah Ka'bah karya Prof. Dr. Ali Husni Al-Kharbuthli, Hajar Aswad adalah batu terakhir yang digunakan Nabi Ibrahim untuk menyempurnakan bangunan Ka'bah. Konon, batu tersebut merupakan pemberian dari malaikat Jibril AS.

Dalam sejarahnya, Imam Ath-Thabari menyebutkan kala itu Nabi Ismail ingin menyempurnakan Ka'bah dengan sebuah benda, tetapi Nabi Ibrahim berkata, "Jangan! Carilah batu seperti yang aku perintahkan."

Nabi Ismail pun pergi mencari batu. Namun, ketika ia kembali ternyata Nabi Ibrahim sudah meletakkan sebuah batu hitam. Nabi Ismail kemudian bertanya, "Wahai ayah, dari manakah engkau mendapatkan batu itu?"

Nabi Ibrahim menjawab, "Yang membawa batu ini adalah dia yang tidak dapat menunggumu, yaitu Jibril. Ia membawanya dari langit."

Muslim H. Nasution menyebutkan dalam buku Tapak Sejarah Seputar Makkah-Madinah, bahwa batu Hajar Aswad bukanlah batu yang berasal dari bumi, melainkan batu yang sengaja dibawa oleh malaikat Jibril dari surga. Hal ini bersandar pada riwayat hadits Rasulullah SAW yang menyatakan:

Artinya: "Hajar Aswad adalah batu dari batu-batuan surga." (HR At-Tirmidzi).

Sementara dalam riwayat lain dikatakan bahwa pada awalnya batu Hajar Aswad berwarna putih. Akan tetapi, lama-kelamaan warnanya berubah menjadi hitam kemerah-merahan sehingga dinamakan sebagai Hajar Aswad yang berarti 'batu hitam'.

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Hajar Aswad turun dari surga berwarna lebih putih dari susu lalu berubah warnanya menjadi hitam akibat dosa-dosa Bani Adam." (HR Tirmidzi).

Makna Hajar Aswad bagi Umat Islam

Makna Hajar Aswad hakikatnya dapat diketahui dari keutamaan-keutamaan yang melekat di dalamnya. Dilansir dari buku Sejarah Hajar Aswad & Maqam Ibrahim karya Prof. Dr. Said Muhammad Bakdasy, berikut di antara makna Hajar Aswad bagi umat Islam :

1. Tangan Kanan Allah di Muka Bumi

Hajar Aswad dipercayai sebagai tangan kanan Allah SWT di muka bumi yang bisa disalami oleh hamba-Nya. Keagungan Hajar Aswad ini disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa Rasulullah SAW pernah berkata:

"Hajar Aswad adalah tangan kanan Allah di bumi." (HR Dailami).

2. Bagian dari Batu Yaqut Surga

Hajar Aswad bukanlah sekadar batu pada umumnya, melainkan diyakini sebagai bagian dari batu yaqut surga.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr bin Ash RA, ia berkata, "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, 'Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim merupakan dua batu yakut yang menjadi bagian dari batu yakut surga. Jika saja Allah tidak menghapus cahayanya, maka kedua batu itu akan menerangi Timur dan Barat." (HR at-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan Ibnu Hibban).

3. Batu yang Pernah Dicium Rasulullah SAW

Hajar Aswad menyimpan keistimewaan di dalamnya, sebab Rasulullah SAW pernah menciumnya ketika tawaf di Baitullah dan diikuti oleh para sahabat. Dalam sebuah riwayat Umar bin Khattab berkata:

Artinya: "Sesungguhnya aku menciummu dan aku tahu bahwa engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudharat (bahaya), tidak bisa pula mendatangkan manfaat. Seandainya bukan karena aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menciummu, maka aku tidak akan menciummu." (HR Muslim).

4. Menjadi Saksi di Hari Kiamat

Sebuah riwayat juga menyebutkan bahwa hajar Aswad kelak akan menjadi saksi di hari kiamat. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata Rasulullah SAW bersabda:

"Sesungguhnya Hajar Aswad memiliki lidah dan bibir yang dapat memberikan kesaksian terhadap orang yang mencium atau menyentuhnya pada hari Kiamat dengan jujur." (Shahih Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Sunan Ibnu Majah).

Itulah sejarah dan makna Hajar Aswad sebagai batu yang berada di sudut Ka'bah dan diyakini berasal dari surga. 
Wallahu 'alam.


Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...