Thursday, February 22, 2024

Keutamaan sholat ashar


1. Menjadi Sebab Seseorang Dimasukkan Ke Dalam Surga

Diriwayatkan oleh Bukhari dari Abu Musa Al-Asy’ari dikatakan jika Rasulullah SAW pernah bersabda siapa saja yang mengerjakan sholat pada dua waktu dingin (subuh dan ashar), maka dia akan masuk surga.

2. Malaikat Akan Berkumpul di Waktu Sholat Ashar

Berdasarkan hadis riwayat Bukhari, dari Abu Hurairah berkata jika Rasulullah SAW pernah bersabda tentang keutamaan sholat Ashar ini. Para malaikat akan berkumpul ketika sholat subuh dan sholat ashar, kemudian mereka akan naik menghadap Allah SWT untuk menyampaikan laporannya. Lalu, mereka akan menjawab jika mereka meninggalkan umat manusia dalam keadaan sholat dan mendatanginya kembali dalam keadaan sholat.

3. Termasuk Sholat Wustha

Sholat Ashar ini adalah sholat wustha yang telah diperintahkan dengan tegas oleh Allah SWT agar dijaga dan dilaksanakan dengan baik. Selain itu, kita juga harus menunaikan sholat ini dengan khusyu dan tidak lupa membaca niat sholat ashar.

4. Tidak Dihapuskan Amalannya

Rasulullah SAW pernah bersabda jika orang yang meninggalkan sholat ashar dengan sengaja, maka itu sama dengan menghapus amalannya. Dengan kata lain, jika dia secara sengaja tidak melaksanakan sholat ashar, maka akan dihapus seluruh amalnya pada hari itu dan telah sia-sia pahala yang didapatkan.

5. Wasiat Langsung dari Rasulullah SAW

Menjaga sholat ashar ini merupakan wasiat langsung dari Rasulullah SAW. Bahkan Rasulullah SAW sampai mengatakan agar umatnya tidak merasa keberatan untuk melaksanakan sholat sebelum matahari terbenam tersebut. Beliau juga mengibaratkan keutamaan melaksanakan sholat ini akan mampu melihat Rabb seperti melihat bulan pada saat bulan purnama, artinya tidak akan samar sama sekali.

6. Pembeda dari Orang Munafik

Keutamaan melaksanakan sholat ashar yang terakhir adalah dapat menjadi pembeda diri dengan orang-orang yang munafik. Selain itu, kita juga diperintahkan untuk melaksanakan sholat pada awal waktu agar tidak seperti orang-orang munafik tersebut.

Sebab, Rasulullah SAW pernah bersabda jika orang munafik akan duduk mengamati matahari dan baru melaksanakan sholat ketika waktunya akan habis atau matahari hampir tenggelam, sehingga dia akan mengerjakan sholatnya dengan cepat seperti patukan ayam.


Penyebab terjadinya bencana alam

Ini 4 Penyebab Terjadinya Bencana Alam Menurut Al-Quran

Bencana alam tidak hanya terjadi secara natural atau berasal dari faktor alam, tetapi juga bisa disebabkan oleh ulah perbuatan tangan manusia. Salah satunya, sebut saja bencana banjir. Perilaku buang sampah sembarangan, penebangan hutan yang berlebihan, hingga pembangunan di wilayah resapan air menjadi penyebab hadirnya bencana banjir, yang otomatis menimbulkan banyak kerugian.

Selain banjir, bencana alam gempa bumi yang kelihatannya hanya bisa terjadi karena pergerakan alami alam, nyatanya juga bisa terjadi karena ulah tangan manusia. Namun, bagaimana penyebab bencana alam dijelaskan dalam Al-Quran? Hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya bencana alam menurut Al-Quran? Simak uraiannya berikut ini.

Penyebab Terjadinya Bencana Alam Menurut Al-Quran

Apa yang kamu tabur, itu yang kamu tuai. Peribahasa ini menerangkan bahwa apa pun yang dikerjakan seseorang hari ini, akan membawa dampak pada dirinya di masa depan, entah itu perbuatan baik maupun buruk. Sejalan dengan hal tersebut, bencana alam yang terjadi hari ini juga pasti ada sebab yang mendahuluinya, entah itu faktor alam yang menua atau juga perbuatan manusia di masa lalu.

Sebagai pedoman hidup umat Islam, Al-Quran pun telah mencatat peristiwa-peristiwa masa lalu terkait bencana alam, agar menjadi pelajaran bagi manusia. Lewat Al-Quran, Allah Swt menjelaskan berbagai faktor penyebab terjadinya bencana alam di zaman nabi-nabi terdahulu. Berikut empat hal yang menjadi penyebab terjadinya bencana alam menurut Al-Quran :

Perbuatan Manusia

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)

Sesuai ayat di atas, Allah menjelaskan bahwa penyebab terjadinya bencana alam adalah karena perbuatan manusia sendiri. Bahkan, di masa ini hal-hal itu dapat dibuktikan secara ilmiah. Hutan yang digunduli, pembakaran bahan bakar fosil yang berlebihan, berkurangnya daerah resapan air, itu semua adalah perbuatan manusia yang menyebabkan terjadinya bencana alam.

Perbuatan manusia yang demikian itu tentu tidak mengindahkan perintah Allah Swt yang menganjurkan untuk tidak berlebih-lebihan dan tidak melampaui batas, sehingga alam pun kehilangan fungsinya.

Hal ini juga termasuk ke dalam perbuatan maksiat dan zalim. Di mana segelintir orang berbuat melampaui batas agar bisa hidup bermewah-mewahan dari hasil mengeksploitasi alam. Mereka menghancurkan Bumi demi kekayaan diri sendiri, dan tidak memikirkan orang lain yang akan terimbas bencana.

Banyaknya Dosa

Penggalan Al-Quran surah Al-An’am ayat 6 yang berbunyi “..dan Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri..” menunjukkan bahwa bencana yang terjadi pada suatu kaum disebabkan oleh menumpuknya dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia.

Seperti diketahui, di masa sekarang ini sudah sangat banyak pewajaran bagi dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia, terlebih pada generasi muda. Istilah One Night Stand atau Friends With Benefit (FWB) yang kini menjamur di kalangan generasi muda menunjukkan adanya pewajaran terhadap dosa-dosa zina. Bahkan, di masa ini mereka yang melakukan hal tersebut tidak merasa malu, justru segelintir di antaranya merasa bangga.

Tak hanya itu, minum minuman haram juga telah menjadi gaya hidup di zaman ini. Padahal, perbuatan tersebut termasuk ke dalam dosa, karena melanggar larangan Allah Swt untuk tidak meminum minuman yang memabukkan. Namun, di masa sekarang hal tersebut cenderung diwajarkan dengan alasan mencari hiburan saat penat. Selama perbuatan-perbuatan itu terus terjadi dalam masyarakat, lambat laun pun Allah akan menurunkan bencana kepada manusia seperti yang tertera dalam ayat di atas.

Mendustakan Agama Allah SWT

“Kemudian Kami berfirman kepada keduanya: “Pergilah kamu berdua kepada kaum yang mendustakan ayat-ayat Kami”. Maka Kami membinasakan mereka sehancur-hancurnya. Dan (telah Kami binasakan) kaum Nuh tatkala mereka mendustakan rasul-rasul. Kami tenggelamkan mereka dan kami jadikan (cerita) mereka itu pelajaran bagi manusia. Dan Kami telah menyediakan bagi orang-orang zalim azab yang pedih.” (QS. Al-Furqan: 36-37).

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah Swt akan menjatuhkan bencana, bisa dalam bentuk apa pun, kepada umat manusia yang mengingkari agama beserta utusan-Nya. Dalam ayat tersebut, Allah mencontohkan kaum Nabi Nuh yang tidak memedulikan ajaran Nabi Nuh, bahkan mereka secara terang-terangan menolak ajaran sang nabi dan menantangnya untuk mendatangkan azab.

Meski itu sudah terjadi jauh di masa para nabi, namun pendustaan terhadap agama Allah juga masih dilakukan hingga sekarang. Pendustaan tersebut dilakukan dalam banyak bentuk, seperti perbuatan melampaui batas, korupsi, pewajaran zina dan maksiat, pembunuhan dan sebagainya. Itu semua termasuk dalam perbuatan mendustakan agama Allah, karena telah jelas dalam Al-Quran bahwa hal-hal tersebut dilarang.

Kasih Sayang Allah SWT

Tak sedikit orang yang mengartikan bahwa bencana alam yang terjadi adalah bentuk dari kemurkaan Allah atas perbuatan buruk manusia. Padahal sebaliknya, hal ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada umat-Nya. Bencana termasuk juga musibah, dan ini juga merupakan peringatan dari Allah agar manusia kembali ke jalan-Nya. Dengan adanya musibah, Allah menghadirkan kesadaran kita bahwa kuasa-Nya melebihi apa pun, sehingga manusia perlu kembali kepada-Nya. Kebaikan dari peristiwa bencana yang didatangkan Allah dapat sahabat simak dalam Al-Quran surah Al-Baqaraha ayat 155-157.

Alih-alih murka, bencana merupakan bentuk kasih sayang Allah kepada manusia. Dia menciptakan, memurkai, dan menghukum manusia berdasarkan sifat kasih dan sayang-Nya, sifat tersebut dapat mengalahkan murka-Nya.

Dari beberapa uraian ayat-ayat Al-Quran di atas, dapat disimpulkan bahwa bencana alam tidak sepenuhnya sebuah fenomena alam. Apabila kita introspeksi diri secara arif, kita perlu mengakui bahwa bencana-bencana yang menimpa kita sebenarnya kita sendiri yang mengundang. Oleh sebab itu, marilah kita bermuhasabah dan berdoa kepada-Nya agar kita diberi kemudahan dan kekuatan dalam menghadapi musibah yang menimpa kita.

Hikmah dari musibah

Hikmah dan Pengertian Musibah dalam Islam yang Perlu Dipahami

Pengertian musibah dalam Islam adalah sesuatu yang mendatangkan kesulitan bagi manusia. Meski begitu, umat Muslim harus memahami bahwa musibah merupakan bagian dari ketetapan Allah SWT yang telah dituliskan terhadap takdir manusia.

Mengenai hal itu, Allah berfirman dalam surat At-Taghabun ayat 11 yang berbunyi :
Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Qs. At-Taghabun: 11).

Sederhananya, musibah adalah apa saja yang menyulitkan manusia dan membuatnya terganggu, menderita, atau merasa tidak nyaman. Bahkan, hal sederhana tali sandal putus saja dalam Islam itu termasuk ke dalam kategori musibah.

Imam Sa'id bin Al-Musayyib bercerita: "Tali sendal Umar ra terputus, dia berkata, "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." Orang-orang bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, tali sandalmu rusak?" Beliau menjawab, "Ya, setiap hal yang tidak disukai yang menimpa seorang Mukmin itu adalah musibah.""

Dalam Al-Qur'an, ada banyak ayat yang membahas tentang musibah. Deretan ayat ini dapat dijadikan sebagai pengingat bagi orang beriman agar mempersiapkan diri terhadap datangnya musibah. Ini juga dapat dijadikan sebagai petunjuk agar dapat menyikapi musibah sesuai dengan perintah Allah SWT. 

Dalam surat Al-Baqarah ayat 155-157, Allah berfirman :

Artinya: “(155) Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). (157) Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-Baqarah: 155-157).

Hikmah di Balik Musibah

Segala sesuatu yang terjadi di dunia adalah atas izin Allah. Dan Allah tidak akan menjadikan segala sesuatunya bernilai sia-sia. Allah selalu memberikan hikmah di balik segala hal yang menimpa manusia, termasuk musibah.

Umat muslim pun dapat mengambil hikmah dari sebuah musibah, di antaranya:

1. Pembuktian keimanan

Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 2-3 :

Artinya: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman." Dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." (Qs. Al-Ankabut: 2-3).

2. Menunjukan rasa cinta Allah SWT

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah)

3. Dinaikkan derajat oleh Allah SWT

Allah berfirman dalam surat Shad ayat 44 :

Artinya: "Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)." (Qs. Sad: 44)

4. Dihapuskan dosa

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri dari Abu Hurairah radhiyallahu anhuma, Nabi Muhammad bersabda :

“Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau khawatir, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari).

5. Balasan Surga

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:

"Allah berfirman, "Wahai anak Adam, jika engkau bersabar dan berharap ridha Allah saat mendapatkan hantaman pertama musibah, tidaklah ada pahala yang paling diridhai untukmu selain surga."" (HR. Ibnu Majah no. 1.597). 


Pergaulan ibarat pandai besi dan minyak wangi

Ibarat Penjual Minyak Wangi dan Pandai Besi

Berteman atau bersahabat adalah jalan penting yang bisa memengaruhi keadaan seseorang. Jika benar persahabatannya maka akan ada banyak ilmu, hikmah, dan manfaat yang bisa kita petik. Namun, jika salah cara dan sosok bertemannya maka percikan kesalahan itu juga akan menimpanya.

Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman yang salah. Tapi, tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang saleh.

Dalam sebuah hadits, Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan : 

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Hadits ini mengandung makna bahwa paling tidak ada dua kemungkinan jika bersahabat dengan teman yang baik; kita akan menjadi baik atau minimal kita mendapati kebaikan teman kita.

Persahabatan yang dilakukan karena Allah SWT (QS al-Hujurat, 49:10), “Teman-teman akrab pada hari itu (Qiyamat) menjadi musuh bagi yang lain kecuali persahabatan karena Ketakwaan.” (QS az-Zukhruf, 43:67). Semoga, dunia akhirat kita dipersahabatkan karena Allah SWT. 

Wednesday, February 21, 2024

Akibat makan haram menurut Islam

Hukum Memakan Makanan yang Haram 

Kehalalan makanan yang masuk ke perut sangat berpengaruh pada banyak hal. Salah satunya adalah masalah status dan nilai keimanan kepada Allah SWT. Makanan halal juga akan berpengaruh terhadap keberkahan hidup. Kalau tidak sengaja konsumsi makanan haram bagaimana?

Makanan haram adalah makanan yang dilarang oleh syariat Islam untuk dikonsumsi oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Dampak memakan makanan haram untuk tubuh ada lima hal, di antaranya:

1. Allah SWT Menolak Ibadahnya

Dampak yang pertama ketika seorang muslim dengan sengaja makan barang haram adalah tidak akan diterima amal ibadahnya walaupun ia dengan rajin mengerjakannya.

Ibnu Abbas meriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqash bahwasanya Rasulullah SAW menjawab pertanyaan Sa'ad, "Wahai Sa'ad, perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal), niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya. Dan demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amalnya selama 40 hari dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba, maka neraka lebih layak untuknya." (HR Thabrani). 

2. Doa-Doanya Tidak Dikabulkan

Rasulullah SAW bersabda, "Seorang laki-laki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan 'Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!' padahal, makanannya haram dan mulutnya disuapi dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterimanya doa itu?" (HR Muslim). 

3. Menipiskan Iman

Dampak ketiga memakan barang haram adalah dapat membuat iman seseorang menipis atau bahkan hilang. Apabila iman tersebut sudah terkikis, maka ia tidak akan digolongkan lagi bersama orang-orang mukmin.

Rasulullah SAW bersabda :

"Tidaklah peminum khamr, ketika ia meminum khamr termasuk seorang mukmin." (HR Bukhari dan Muslim). 

4. Mendapatkan Balasan Neraka

Seorang muslim yang dengan sengaja memakan makanan haram tidak akan mendapat balasan kecuali neraka.

Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW, beliau berkata, "Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya." (HR Tirmidzi). 

5. Mengeraskan Hati

Orang yang gemar atau sengaja makan makanan haram padahal sudah jelas makanan tersebut haram, maka konsekuensinya ia akan memiliki hati yang keras melebihi batu.

Apabila hati manusia sudah menjadi keras, maka ia akan sulit untuk menerima kebenaran dan akan terus berada dalam kesesatan.

Hukum Memakan Makanan yang Haram Tetapi Tidak Mengetahuinya

Seorang muslim sudah seharusnya menjaga makanan yang dia makan agar hanya barang yang halal saja yang masuk ke dalam perutnya. Dia harus selalu menghindari makanan yang diharamkan Allah SWT.

Namun dalam kehidupan ini tentu ada hal yang tidak bisa dikendalikan. Bagaimana hukum memakan makanan yang haram tetapi tidak mengetahuinya?

Apabila seseorang terpaksa atau dalam keadaan tak sengaja dan tak sadar memakan barang haram, maka ia wajib memuntahkan jika bisa.

Hukum memakan makanan yang haram tetapi tidak mengetahuinya tidak akan ditimpakan dosa bagi orang tersebut atas kemurahhatian Allah SWT. 


Manajemen waktu menurut islam

Prinsip Manajemen Waktu dalam Islam

Pada hakikatnya, semua manusia diberikan waktu oleh Allah SWT untuk menjalani kehidupannya di dunia. Ada seseorang yang dalam hidupnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan memperbanyak amalan-amalan sholih. Inilah orang yang berada dalam koridor produktif.

Ada pula seseorang yang diberikan waktu oleh Allah SWT untuk hidup di dunia namun tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena banyak waktu yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Bahkan yang lebih parah lagi, ada seseorang yang bukan hanya tidak dapat memanfaatkan waktunya dengan baik, justru ia lakukan untuk mengerjakan hal-hal yang negatif dan dilarang oleh Allah SWT. Dan dua contoh terakhir inilah manusia yang berada dalam koridor kehidupan yang salah.

Orang-orang yang berada dalam koridor yang salah dalam memanfaatkan waktu ini sebenarnya sudah mendapat peringatan akan pentingnya waktu. Misal dalam hadits Nabi Muhammad SAW :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lainnya semisal itu pula). (HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976)

Dari hadits diatas dapat dipahami secara umum bahwa sesungguhnya manusia dapat menjadi rugi dikarenakan waktu yang Allah swt berikan kepada manusia. Jika manusia lalai atau lebih dominan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam hidupnya maka akan menjadi suatu petaka. Bagaimana tidak, hidup yang seharusnya dijadikan mazro’atul akhiroh (menanam bekal akhirat), justru disia-siakan. Atau memang ingin sengsara hidup di akhirat?

Untuk melihat hadits yang lebih menampar manusia untuk senantiasa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya adalah sebagai berikut, dimana Rasulullah saw pernah bersabda kepada seorang laki-laki dan menasihatinya,

Artinya: “Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu.” (HR Nasai dan Baihaqi).

Inti dari Hadits diatas adalah Nabi Muhammad ingin memberikan peneguran kepada manusia yang tidak produktif dan menyepelekan arti sebuah kehidupan. Manusia saat ini tahu benar bahwa mereka diciptakan semata untuk beribadah kepada Allah swt. Menyibukkan diri dengan segala kegiatan peribadahan. Tidak ada alasan untuk membuang-buang waktu. Semua ini menuntut produktifitas manusia. Jika betul memang ingin meraih kedudukan bahagia dunia dan akhirat.

Sebagai contoh perilaku-perilaku manusia yang dianggap tidak produktif oleh Nabi Muhammad swt terdapat dalam Hadits sebagai berikut :

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan, dan banyak tidur.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, 5:48).

Banyak tidur, banyak makan dan banyak bicara adalah komponen penghabis waktu yang begitu digemari manusia. Intinya adalah mengisi waktu dengan perihal yang tak bernilai. Tentu masih banyak hal yang tak bernilai yang menjadi contoh dalam kehidupan manusia. Yang perlu disadari lalu dijauhi. Jika tidak, manusia akan rugi segala-galanya. Karena banyak karya yang bisa diselami setiap manusia. Maknanya adalah menyibukkan diri dalam hal produktif, demi hidup yang bahagia dan beruntung. Sebelum terlambat.

Hikmah dari ujian yang diberikan Allah SWT

Hikmah di Balik Ujian dari Allah yang Dapat Dipetik Umat Muslim

Allah SWT memiliki banyak cara untuk menunjukkan kasih sayangnya sekaligus menguji kecintaan manusia kepada-Nya. Salah satunya yaitu dengan memberikan cobaan atau ujian kepada mereka.

Setiap manusia mengalami ujian dengan kadar yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman dalam Alquran:

Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan, sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka, sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3)

Melalui ayat tersebut, Allah SWT menegaskan bahwa Dia tidak hanya memberikan ujian kepada umat yang mengingkari-Nya. Umat muslim yang beriman kepada-Nya pun tak luput dari cobaan. Harapannya agar mereka dapat mengambil hikmah di balik ujian dari Allah SWT. Apa saja hikmah tersebut?

1. Diangkat Derajatnya

Seperti yang dijelaskan, Allah SWT menguji keimanan seorang umat-Nya lewat cobaan. Bukan karena tidak sayang, cobaan itu sesungguhnya merupakan wujud cinta dan kasih sayang Allah kepada mereka.

Barang yang sabar, ikhlas, dan tetap beriman kepada-Nya di tengah terpaan ujian, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya ke tingkat yang lebih mulia. Dia berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah Swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt. Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Mujadalah: 11).

2. Menghapus Dosa

Allah SWT tidak menginginkan seorang hamba kembali kepada-Nya berlumurkan dosa dan membawa banyak kemaksiatan. Oleh sebab itu, Allah memberikan ujian untuk menghapuskan dosa-dosanya.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus-menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan bahkan sampai kesusahan yang menusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya.

3. Mendapat Pahala

Ujian hidup yang diberikan oleh Allah SWT sejatinya merupakan cara-Nya mempersiapkan manusia menerima kenikmatan yang jauh lebih besar. Semakin berat ujian yang dialami, semakin besar pula nikmat yang akan diperoleh seseorang. Jadi, bersabarlah dalam menghadapi ujian tersebut. Jalani dengan ikhlas agar mendapat ridha Allah SWT.

Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia yang akan meraih ridha Allah. Barang siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah No. 4031, hasan kata Syaikh Al-Albani). 

4. Mendapat Petunjuk

Umat Muslim yang menjalani cobaan dengan penuh kesabaran akan memperoleh banyak keutamaan. Kepada mereka, Allah SWT akan memberikan petunjuk, berkat, dan juga rahmat-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut:

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...