Blog apoteker yang ingin menambah ilmu,wawasan,pengetahuan dan pengalaman. Meliputi artikel secara umum yang membuat bahagia dengan suka membaca. Dan menjadikan blog sebagai media menyalurkan hobi membaca, menulis dan sebagai usaha online "content writing". "Apoteker bahagia adalah Apoteker Try"
Wednesday, May 29, 2024
10 Jari digunakan untuk berdo'a
Monday, May 27, 2024
Azab menurut Islam
Alquran Menyebutkan 3 Macam Azab yang Berbeda, Begini Penjelasannya
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih.” (QS Al Baqarah ayat 174).
Ketiga, azab yang menghinakan. Adapun azab yang menghinakan yaitu azab yang lebih berat dari adzabul aliym. Maka orang-orang yang menyesatkan manusia dan yang menghina sesama manusia ketika di dunia, dan yang menindas manusia, bagi mereka di hari kiamat akan mendapatkan azab yang menghinakan mereka.
Mereka akan diazab di depan orang-orang yang dulu pernah dizaliminya, dan dibalas setiap jenis perbuatannya, maka Allah Taala menghinakannya sebagaimana dia melakukannya kepada manusia lain ketika hidupnya.
Artinya:
“Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, maka bagi mereka azab yang menghinakan.” (QS Al Hajj ayat 57).
Anak mempunyai hak di dalam kehidupan nya
Kedudukan Anak dalam Islam
Anak adalah amanah yang diletakkan pada pundak orang tua. Dalam haditsnya, Rasulullah SAW menjelaskan kondisi dan kedudukan anak serta orang tua.
Berikut haditsnya yang diceritakan Abu Hurairah RA :
Artinya: "Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Majusi, atau Nasrani." (HR Bukhari dan Muslim).
Pentingnya kedudukan anak mengingatkan orang tua untuk tidak menyia-nyiakan amanah tersebut.
Berikut kedudukan anak dalam Islam :
- Amanah dari Allah SWT
Anak adalah amanah dari Allah SWT yang dititipkan kepada orang tuanya. Untuk itu, anak harus dijaga dan dipelihara dengan baik agar dapat tumbuh dan berkembang, baik secara jasmani maupun rohani. Setiap manusia diciptakan untuk menjadi hamba-Nya.
Allah SWT berfirman dalam QS. Az-Zariyat ayat 56 sebagai berikut :
Artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat: 56)
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, kelak Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban orang tua tentang amanah yang diberikan itu. Apakah amanah tersebut ditunaikan dengan baik atau tidak.
- Anugerah dan nikmat dari Allah SWT
Anak merupakan anugerah dan nikmat yang berasal dari Allah SWT. Kehadiran anak dapat memberikan kebahagiaan bagi orang tuanya. Sebagaimana firman-Nya dalam QS. asy-Syura ayat 49-50 sebagai berikut :
Artinya: "Milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, memberikan anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak laki-laki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan jenis laki-laki dan perempuan, dan menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa." (QS. asy-Syura: 49-50)
- Ujian dan cobaan
Selain sebagai anugerah dan nikmat dari Allah SWT, anak juga menjadi ujian dan cobaan bagi orang tuanya. Hal ini ditegaskan dalam QS. At-Taghabun ayat 15 :
Artinya: "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar." (QS. At-Taghabun: 15)
Anak dapat membuat orang tua menjadi angkuh dan tidak mensyukuri nikmat Allah. Terkadang mereka merasa bangga dan paling tinggi dari orang lain.
- Penerus garis keturunan
Anak merupakan keturunan dari orang tua. Kelahirannya menjadi penerus cita-cita hidup dan kelestarian garis keturunan dari orang tuanya. Maka dari itu, penting bagi orang tua untuk mendidik anak dengan baik.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 133 :
Artinya: "Apakah kamu menjadi saksi saat maut akan menjemput Yakub, ketika dia berkata kepada anak-anaknya, "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab, "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu yaitu Ibrahim, Ismail dan Ishak, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami (hanya) berserah diri kepada-Nya." (QS. Al Baqarah: 133)
- Pelestari pahala orang tua
Anak sholeh adalah anak yang sikap dan perilakunya mencerminkan keimanan dan keislaman. Anak sholeh memiliki ketaatan dan kepasrahan terhadap hukum-hukum Allah SWT dan rasul-Nya. Ia juga memberikan manfaat bagi sesama. Keshalehan itulah yang akan menjamin terkabulnya doa untuk kedua orang tua.
Disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Muslim yang bersumber dari Abu Hurairah ra.
Artinya: "Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah bersabda: "Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya." (HR. Muslim)
- Makhluk independen
Anak adalah ciptaan Allah SWT yang memiliki takdirnya sendiri. Ia berdiri sendiri, terlepas dari paksaan dari individu lain termasuk orang tuanya.
Setiap manusia yang lahir di dunia akan mempertanggungjawabkan seluruh perbuatannya sendiri. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah SWT dalam QS. an-Najm ayat 39-41 sebagai berikut :
Artinya: "dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya, dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna," (QS. an-Najm: 39-41)
Ciri anak percaya diri
Rasa percaya diri yang baik, bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan. Ini seperti kebahagiaan, semangat belajar, kemampuan bersosialisasi, dan ketahanan mental. Mengenai rasa percaya diri ini, setiap anak memiliki kepercayaan diri dengan kualitas yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Beberapa anak punya rasa percaya diri tinggi, tapi beberapa anak lainnya hanya punya rasa percaya diri yang rendah.
Ada beberapa tanda ketika anak punya rasa percaya diri tinggi. Beberapa tanda tersebut antaranya sebagai berikut.
Mampu bersosialisasi dengan baik
Anak dengan rasa percaya diri yang baik, cenderung mampu berinteraksi atau bersosialisasi dengan orang lain secara positif. Mereka tidak merasa takut atau cemas dalam situasi sosial apapun. Anak-anak ini bisa dengan nyaman menjalin komunikasi dengan berbagai orang. Umumnya, mereka cenderung menetapkan batasan dan menghormati diri sendiri pun orang lain dengan lebih baik.
Anak Bahagia
Rasa percaya diri yang baik seringkali terkait dengan kebahagiaan. Anak yang memiliki rasa percaya diri yang baik dan positif, cenderung lebih bahagia karena mampu mengatasi tantangan dan menghargai prestasi mereka. Bahkan jika yang membuat mereka bahagia adalah hal-hal yang sekecil apapun.
Semangat Belajar
Tingginya rasa percaya diri bisa memotivasi anak untuk terus belajar dan berkembang. Anak yang percaya diri, cenderung memiliki semangat belajar yang tinggi. Mereka juga berusaha mencapai tujuan akademisnya dengan lebih baik.
Berani Mengambil Risiko
Seseorang dengan rasa percaya diri yang baik, tidak takut mengambil risiko. Mereka melihat setiap tantangan sebagai peluang untuk terus bertumbuh dan berkembang. Anak-anak yang percaya diri, tidak pernah menganggap tantangan atau risiko sebagai ancaman yang menakutkan.
Mampu Mengatasi Kegagalan dengan Baik
Rasa percaya diri yang kuat, membantu seseorang untuk mengatasi kegagalan dengan sikap positif. Mereka melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar dan bukan sebagai hambatan yang tidak dapat diatasi. Mereka umumnya bisa menyelesaikan masalah dan mengatasi berbagai kegagalan dengan baik. Mereka juga senantiasa berpikir bijaksana serta dewasa meski usianya terbilang masih sangat belia.
Tidak Mudah Putus Asa
Rasa percaya diri yang kuat membantu anak untuk tetap optimis dan tidak mudah putus asa. Mereka akan senantiasa dalam menghadapi tantangan hidup. Anak dengan percaya diri tinggi, memiliki keyakinan bahwa mereka bisa mengatasi rintangan dan mengubah keadaan menjadi lebih baik pun positif.
Rasa percaya diri yang baik merupakan pondasi penting untuk kesuksesan dan kesejahteraan seseorang. Anak-anak penting untuk diberikan stimulasi agar ia lebih percaya diri sejak usianya sejak sedini mungkin. Dengan mengenali tanda percaya diri pada anak, kita bisa membantu mengembangkan dan memelihara kepercayaan diri tersebut dengan lebih baik.
Semoga informasi ini bermanfaat.
Suka travelling bila dengan mahram saja
Perbaiki dan Luruskan niat karena Allah SWT
Sunday, May 26, 2024
Belajar meniru kebiasaan Nabi Muhammad SAW
Arti Tasyabbuh, Perbuatan yang Dilarang dalam Ajaran Islam
Perilaku tasyabbuh sangat dilarang dalam Islam karena dapat menimbulkan bahaya bagi keimanan dan akhlak seseorang. Tasyabbuh terbagi menjadi beberapa jenis, kenali juga dampak, dan cara menghindarinya.
Pengertian Tasyabbuh
Secara etimologi, tasyabbuh berasal dari kata dasar shabaha yang berarti menyerupai atau meniru. Dalam konteks agama Islam, tasyabbuh diartikan sebagai perilaku meniru-niru orang kafir atau orang yang tidak beriman. Tasyabbuh dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti dalam gaya berpakaian, perilaku, bahasa, dan kebiasaan. Definisi tasyabbuh adalah seseorang yang membebani diri untuk menyerupai selainnya berkenaan dengan segala sifat atau sebagiannya saja.
Adapun ungkapan "untuk menyerupai selainnya" mencakup segala jenis yang bisa diserupai. Baik yang boleh diserupai atau yang tidak boleh. Baik dari makhluk berakal dari kalangan manusia, orang kafir, ajam, dan ahli bid'ah; atau dari kalangan yang tidak berakal seperti berbagai jenis binatang.
Larangan Tasyabbuh
Agama Islam melarang keras tasyabbuh sehingga hukumnya adalah haram. Umat muslim yang keimanannya masih lemah sangatlah rentan pada tasyabbuh karena belum memiliki pondasi yang kuat dalam meneguhkan pendirian.
Dalam Al-Quran, Allah SWT telah berfirman dalam Al-Qur'an surat Ar Rum ayat 31-32:
Artinya: "Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang musyrik (menyekutukan Allah), yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka dan menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka."
Selain itu, dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka." (HR Abu Dawud)
Dari ayat Al-Qur'an dan hadits di atas, dapat disimpulkan bahwa tasyabbuh sangat dilarang dalam Islam karena dapat menimbulkan bahaya bagi keimanan dan akhlak seseorang. Dalil tersebut juga sebagai bentuk peringatan bagi siapa saja yang melakukan hal yang dilarang dalam syariat maka akan mendapatkan balasan dari-Nya.
Jenis-Jenis Tasyabbuh
Dalam Islam, tasyabbuh dibagi menjadi dua jenis, yaitu tasyabbuh dalam hal ibadah dan tasyabbuh dalam hal adat kebiasaan. Tasyabbuh dalam hal ibadah terjadi ketika seseorang meniru-niru cara ibadah orang kafir atau orang yang tidak beriman. Contohnya adalah meniru-niru doa atau ritual ibadah yang dilakukan oleh agama lain.
Sedangkan tasyabbuh dalam hal adat kebiasaan terjadi ketika seseorang meniru-niru cara hidup atau kebiasaan orang kafir atau orang yang tidak beriman. Contohnya adalah meniru-niru gaya berpakaian, bahasa, dan perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Dampak Tasyabbuh
Tasyabbuh dapat menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi keimanan dan akhlak seseorang. Dampak dari tasyabbuh antara lain:
1. Merusak Keimanan
Perilaku tasyabbuh dapat merusak keimanan seseorang karena menyerupai cara hidup dan kebiasaan orang kafir atau orang yang tidak beriman. Hal ini dapat membuat seseorang merasa tidak percaya diri dengan keimanan yang dimilikinya.
Bahwa tasyabbuh termasuk ke dalam salah satu penyakit iman selain syirik, munafik, fasik, dan ghuluw. Sebisa mungkin, umat muslim harus menghindari dan menjauhinya.
2. Merusak Akhlak
Tasyabbuh juga dapat merusak akhlak seseorang karena menyerupai perilaku orang kafir atau orang yang tidak beriman. Hal ini dapat membuat seseorang kehilangan nilai-nilai moral dan etika yang baik.
3. Membuat Seseorang Terjerumus dalam Kesesatan
Perilaku tasyabbuh dapat membuat seseorang terjerumus dalam kesesatan karena menyerupai cara hidup dan kebiasaan orang kafir atau orang yang tidak beriman. Hal ini dapat membuat seseorang kehilangan arah dan tujuan hidup yang sebenarnya.
Cara Menghindari Tasyabbuh
Untuk menghindari tasyabbuh, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Memperkuat Iman dan Akhlak
Memperkuat iman dan akhlak adalah cara terbaik untuk menghindari tasyabbuh. Dengan memperkuat iman dan akhlak, seseorang akan lebih mudah menghindari perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
2. Menjaga Identitas Islam
Menjaga identitas Islam adalah cara lain untuk menghindari tasyabbuh. Hal ini dapat dilakukan dengan memperkuat pengetahuan tentang ajaran Islam dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menghindari Pergaulan yang Buruk
Menghindari pergaulan yang buruk juga dapat membantu menghindari tasyabbuh. Pergaulan yang buruk dapat membuat seseorang terjerumus dalam perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa tasyabbuh adalah perilaku meniru-niru orang kafir atau orang yang tidak beriman. Tasyabbuh dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti dalam gaya berpakaian, perilaku, bahasa, dan kebiasaan.
Sebagai umat muslim, kita semua harus pandai menjaga diri dan meningkatkan keimanan agar tidak memiliki sikap tasyabbuh. Naudzubillah.
Dibaca dengan hati !
Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera
MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...
-
Urusan hutang piutang telah diatur dalam Islam, sebab persoalan ini bukan hanya dilakukan orang yang kurang mampu saja melainkan...
-
Obat Wajib Apotek “ Obat dengan penanda huruf K dalam lingkaran merah, yang dikenal dengan Obat Keras, seharusnya hanya dapat diserahkan...
-
Alhamdulillah..mahar itu kerelaan calon istri jadi untuk saya dikala itu, karena memang sudah ada rencana akan menikah setahun setelah memul...