Narkoba adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan obat terlarang. Selain "narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian Kesehatan RI adalah Napza yang merupakan singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Apa itu Penyalahgunaan Napza ?
Dampaknya bisa membahayakan kesehatan dan kehidupan penggunanya. Masalahnya dapat berupa kecanduan, gangguan mental dan emosional, bahkan kerusakan pada organ tubuh.
Itu sebabnya, penyalahgunaan napza merupakan masalah serius yang memerlukan tindakan preventif dan rehabilitatif. Termasuk upaya pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Jenis-Jenis Napza
Secara umum, terdapat 3 kategori napza. Ini penjelasannya masing-masing :
1. Narkotika
Narkotika terbagi atas tiga golongan, yaitu :
- Golongan I: Jenis narkotika yang penggunaannya untuk ilmu pengetahuan, bukan sebagai bentuk terapi, serta berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contohnya adalah ganja, heroin, kokain, morfin, opium.
- Golongan II: Merupakan jenis narkotika yang memiliki kegunaan dalam ilmu pengobatan, bisa untuk terapi, dan bisa menyebabkan ketergantungan yang tinggi. Contohnya adalah petidin, benzetidin, dan betametadol.
- Golongan III: Jenis narkotika yang memiliki manfaat untuk pengobatan, bisa dan sering digunakan dalam terapi kesehatan, serta memiliki risiko ringan memicu ketergantungan. Misalnya kodein dan turunannya.
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan perubahan fungsi kognitif, suasana perasaan, atau perilaku, serta menimbulkan ketergantungan.
3. Zat adiktif
Zat adiktif adalah bahan atau zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat menyebabkan ketergantungan. Contohnya alkohol, tembakau (nikotin), kafein, dan obat-obatan tertentu dengan potensi adiktif seperti opioid resep medis. Thinner atau zat sejenis lainnya seperti lem kayu, aseton, cat, bensin yang bila dihirup membuat mabuk merupakan kategori zat adiktif.Penyebab Penyalahgunaan Napza
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan penyalahgunaan napza :
1. Tekanan dalam kehidupan
Penyalahgunaan napza sering kali dilakukan untuk mengatasi masalah atau tekanan yang dihadapi seseorang dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut jurnal ilmiah berjudul Sources of Stress among Adults with Co-occurring Drug Use and Depressive Symptoms yang dipublikasikan di Journal of Urban Health, dalam survei yang dilakukan tahun 2016 ditemukan 43,3 persen orang yang menyalahgunakan napza juga mengalami masalah mental. Penggunaan napza kerap dijadikan sebagai cara untuk melarikan diri dari masalah namun pada akhirnya menjadi kecanduan.
2. Ketersediaan zat
Kemudahan akses untuk mendapatkan napza juga bisa menjadi faktor penyebabnya. Zat-zat tersebut bisa mereka dapat dari pasar gelap, apotek ilegal, atau bahkan ada toko-toko tertentu yang menjualnya secara terbuka.
3. Penyalahgunaan obat resep
Dosis atau durasi pemakaian obat resep yang tidak sesuai dengan yang telah dokter tentukan juga bisa menjadi penyebabnya. Beberapa jenis obat yang sering orang salah gunakan adalah obat penenang, obat penghilang rasa sakit, dan obat perangsang.
4. Kecanduan
Faktor psikologis juga bisa memicu penyalahgunaan napza. Contohnya seperti rasa ingin tahu, keinginan untuk merasakan efek psikologis dari zat-zat tersebut, atau adanya riwayat kecanduan di keluarga.
5. Pengaruh budaya dan masyarakat
Di banyak film, acara TV, dan buku, penggunaan narkoba dan alkohol kerap diasosiasikan dengan sesuatu yang elegan, tidak berbahaya, dan simbol pergaulan. Akibatnya, banyak remaja yang mencitrakan penggunaan napza sebagai identitas yang positif.
Menurut jurnal ilmiah berjudul Peer Pressure and Substance Use in Emerging Adulthood: A Latent Profile Analysis yang dipublikasikan di Substance Use & Misuse Journal, tekanan teman sebaya dapat sangat memengaruhi dorongan untuk menggunakan napza.
Jika di suatu lingkungan pertemanan remaja banyak yang menggunakan napza, maka ia mungkin saja memiliki keinginan untuk melakukan hal yang sama. Kondisi ini bisa terjadi karena remaja dan anak muda masih dalam masa transisi perkembangan psikologis dan pencarian jati diri.
6. Rasa ingin tahu
Beberapa remaja mulai menggunakan napza karena didorong oleh rasa penasaran. Contohnya, bagaimana rasa maupun sensasi saat menggunakan napza. Usia remaja memang penuh rasa ingin tahu dan keinginan untuk bereksperimen.
Dan mereka yang akhirnya mengalami kecanduan biasanya memiliki faktor lain yang berkontribusi terhadap berkembangnya kecanduan tersebut. Misalnya, depresi, kecemasan, kesedihan, hingga perceraian orang tua.
Faktor Risiko Penyalahgunaan Napza
Berikut sejumlah faktor yang dapat memengaruhi seseorang untuk menyalahgunakan napza:
- Faktor lingkungan. Seperti tekanan sosial, keluarga yang kurang harmonis, pergaulan dengan teman sebaya yang menggunakan obat terlarang, dan kurangnya pengawasan orang tua juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk melakukan penyalahgunaan napza.
- Beberapa faktor sosial. Contohnya seperti stigmatisasi terhadap penggunaan napza, adanya perbedaan gender dan ras, serta kurangnya akses terhadap sumber daya seperti pendidikan dan pekerjaan juga dapat meningkatkan risiko penyalahgunaan.
- Faktor psikologis. Seperti rendahnya harga diri, depresi, dan kecemasan juga dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami penyalahgunaan obat-obatan terlarang.
- Faktor lainnya. Seperti orang dengan riwayat penyalahgunaan obat-obatan terlarang di masa lalu, adanya gangguan kesehatan mental, kurangnya keterampilan interpersonal, atau perilaku impulsif dan agresif dapat meningkatkan risiko kondisi ini.
Fase dan Gejala Penyalahgunaan Napza
Ada beberapa fase yang akan dilalui. Akhirnya, mereka terjerumus ke dalam penyalahgunaan napza. Berikut penjelasannya :
1. Tahap eksperimen
Pada tahap ini, seseorang mencoba obat untuk pertama kalinya. Biasanya, penggunaan obat hanya sekali atau beberapa kali, dan tidak ada keinginan untuk melakukannya lagi.
2. Tahap penggunaan sosial
Memasuki fase ini, penggunaan obat dilakukan secara sosial, misalnya dalam acara pesta. Pemakaiannya masih perlu kamu lakukan sesekali dan tidak menjadi kebiasaan.
3. Tahap penggunaan rutin
Jika seseorang telah masuk pada tahap penggunaan rutin, mereka mulai mengalami ketergantungan fisik dan psikologis terhadap obat. Penggunaan secara rutin membuat mereka sulit untuk berhenti.
4. Tahap penyalahgunaan obat
Pada fase ini, seseorang sudah mengalami ketergantungan fisik dan psikologis yang kuat terhadap obat. Penggunaan obat dilakukan secara terus-menerus dan tidak terkendali. Gejala-gejala yang muncul bisa berupa penurunan kesehatan fisik dan mental, perubahan perilaku, dan gangguan kehidupan sosial dan pekerjaan.
Efek samping dan Komplikasi Penyalahgunaan Napza
Berikut yang dapat terjadi:
1. Gangguan mental
Penyalahgunaan napza dapat menyebabkan gangguan mental seperti depresi, kecemasan, psikosis, dan bisa memperburuk gangguan mental yang sudah ada.
2. Kerusakan organ tubuh
Pemakaian obat-obatan terlarang secara rutin dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh, terutama hati dan ginjal. Penggunaan narkoba yang disuntikkan juga dapat menyebabkan infeksi HIV, hepatitis, dan endokarditis.
3. Overdosis
Komplikasi yang paling serius adalah overdosis yang dapat menyebabkan kematian. Overdosis terjadi ketika seseorang mengonsumsi obat dalam dosis yang sangat tinggi sehingga tubuh tidak dapat mengatasinya.
4. Gangguan kognitif
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan kognitif seperti kehilangan memori jangka pendek, kesulitan berkonsentrasi, dan gangguan fungsi eksekutif.
5. Masalah sosial dan hukum
Seseorang yang menggunakan obat-obat terlarang dapat memicu sederet masalah. Contohnya seperti masalah keuangan, masalah dalam pekerjaan, dan konflik dalam hubungan interpersonal. Mereka juga punya kecenderungan untuk berkonflik dengan hukum.
6. Ketergantungan
Penggunaan berulang dan jangka panjang dari napza dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikologis. Pengguna mungkin mengembangkan toleransi terhadap efek zat, sehingga mereka memerlukan dosis yang lebih tinggi untuk mencapai efek yang sama.
7. Risiko penyakit menular
Penggunaan napza melalui pemakaian jarum suntik yang bersamaan dapat meningkatkan risiko penularan penyakit menular seperti HIV dan Hepatitis C. Hal ini terjadi karena jarum yang tercemar darah pengguna sebelumnya.
Pencegahan Penyalahgunaan Napza
Terkait pencegahan, berikut adalah beberapa cara untuk mencegah penyalahgunaan napza:
1. Edukasi
Memberikan pendidikan dan informasi yang akurat tentang napza pada masyarakat, terutama pada generasi muda. Program edukasi ini harus memasukkan informasi tentang risiko dan bahaya penyalahgunaan napza.
2. Penegakan hukum
Menegakkan hukum dan peraturan tentang pemakaian zat-zat terlarang dapat membantu mencegah penyalahgunaan. Ini termasuk hukuman yang tegas bagi pelakunya dan pengawasan ketat pada peredaran dan penjualan napza.
3. Menjaga lingkungan yang sehat
Lingkungan yang sehat, baik di rumah, di tempat kerja, atau di komunitas, dapat membantu mencegah seseorang terjerumus dalam penyalahgunaan obat terlarang. Caranya bisa dengan menyediakan tempat rekreasi yang sehat, kesempatan pendidikan dan pelatihan, serta menyediakan dukungan emosional dan sosial.
4. Penggunaan terapi pengganti
Terapi pengganti seperti metadon dan naltrekson dapat membantu orang yang telah kecanduan opioid atau alkohol untuk menghentikan penggunaan napza dan menghindari ketergantungan.
5. Pemantauan
Pemantauan terhadap penggunaan obat yang dokter resepkan dapat mencegah penyalahgunaan napza.
6. Peran keluarga dan pengasuhan
Keluarga memiliki peran penting dalam pencegahan penyalahgunaan napza. Pengasuhan yang baik, komunikasi terbuka, dan perhatian yang tepat dari anggota keluarga, dapat membantu mengurangi risiko anak-anak dan remaja terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.
7. Pembinaan dan aktivitas positif
Menyediakan kegiatan dan kesempatan positif untuk anak-anak dan remaja. Misalnya seperti kegiatan olahraga, seni, dan klub sosial, dapat membantu mengalihkan perhatian dari godaan penyalahgunaan napza. Aktivitas-aktivitas ini juga dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri dan keterampilan sosial mereka.