Blog apoteker yang ingin menambah ilmu,wawasan,pengetahuan dan pengalaman. Meliputi artikel secara umum yang membuat bahagia dengan suka membaca. Dan menjadikan blog sebagai media menyalurkan hobi membaca, menulis dan sebagai usaha online "content writing". "Apoteker bahagia adalah Apoteker Try"
Sunday, January 21, 2024
Usaha memang tidak akan mengkhianati hasil
Saturday, January 20, 2024
Menjadi penyebab hancurnya rumah tangga orang lain adalah Dosa Besar
Merusak Rumah Tangga Orang Lain Adalah Dosa Besar
Merusak rumah tangga orang lain merupakan suatu perbuatan yang sangat dibanggakan oleh iblis dan dibenci oleh Allah SWT. Selain itu, perbuatan merusak keharmonisan sebuah keluarga juga dianggap sebagai bentuk pengkhianatan terhadap saudara sesama Muslim dan dianggap dosa besar.
Kasus perceraian yang disebabkan oleh rusaknya rumah tangga karena pihak ketiga, seolah sudah menjadi hal yang lumrah. Tidak sedikit dari mereka yang terang- terangan bahkan sengaja mengganggu keharmonisan rumah tangga orang lain.
Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak akan mengakui seorang perusak rumah tangga orang lain sebagai umatnya. Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda “...dan siapa merusak (hubungan) seorang wanita dari suaminya maka ia bukanlah dari (golongan) kami.” (HR Ahmad).
Hukum merusak rumah tangga orang lain. “Perbuatan ini termasuk salah satu dosa besar. Syariat melarang meminang pinangan saudaranya, apalagi menghancurkan hubungan pernikahan saudaranya. Perbuatan dosa ini tidak kurang dari perbuatan keji (zina). Menzalimi seseorang (suami) dengan merusak istrinya dan kejahatan terhadap ranjangnya lebih besar dibandingkan merampas hartanya secara zalim. Bahkan tidak ada (hukuman) yang setara di sisinya kecuali (dengan) mengalirkan darahnya.”
Tidak main-main, Imam Ibnul Qayyim sampai menyebutkan bahwa tidak ada hukuman yang lebih pantas bagi perusak rumah tangga orang berupa kehalalan mengalirkan darahnya. Artinya, perusak rumah tangga orang boleh dimusnahkan. Adapun di akhirat, perusak rumah tangga orang akan menjadi musuh Allah Swt., dengan neraka yang penuh penderitaan sebagai balasan baginya.
Selain menjadi musuh Allah SWT, perusak rumah tangga juga dikenai dua hukum, yakni hukum ukhrawi dan hukum duniawi.
Pertama, hukum ukhrawi. Merusak rumah tangga orang dibebani hukum ukhrawi sebab melanggar syariat-Nya. Para ulama bersepakat bahwa hukum mengganggu dan merusak hubungan (rumah tangga) adalah haram. Sehingga, siapa saja yang merusak hubungan akan mendapatkan dosa dan diancam siksa neraka.
Dosa besar adalah merusak seorang wanita agar terpisah dari suaminya dan merusak seorang suami agar terpisah dari istrinya.
Kedua, hukum duniawi. Para ulama berpendapat bahwa hakim berwenang menjatuhkan ta'zir (hukuman yang ketentuannya ditetapkan oleh hakim atau penguasa) dengan syarat tidak melebihi bobot 40 cambukan.
Sungguh mengerikan dampak dan hukuman bagi perusak rumah tangga orang. Semoga kita selamat dari bujuk rayu setan. Sehingga kita tidak terjerumus menjadi perusak rumah tangga orang. Dengan demikian, semoga kita tidak dicap sebagai musuh Allah Swt. Aamiin.
Rumah tua besar di Broni itu amanah orang tua
Amanah Adalah Sifat Terpuji dalam Islam, Pahami Arti, Dalil dan Bentuknya
Amanah adalah kata arab yang berasal dari kata Aminah dan diartikan sebagai keamanan, kedamaian dan keselamatan. Secara harfiah, amanah berarti kehandalan, kesetiaan dan kepercayaan. Kepercayaan meningkatkan integritas dan perilaku moral yang sehat yang melekat dalam gagasan kejujuran.
Amanah adalah perilaku bersikap adil, tepat waktu dan menepati janji dan komitmen. Ini adalah aspek penting dari karakter Muslim. Kedamaian dalam masyarakat dicapai melalui keyakinan individu. Konsep amanah mengikat individu dengan masyarakat.
Lawan dari amanah adalah pengkhianatan yaitu gagal menjaga amanah dengan cara orang yang meninggalkannya seperti yang diharapkan atau diinginkan. Amanah pertama yang dipercayakan kepada kita adalah menjadi penyembah Allah (SWT) yang sejati dan hidup di dunia ini dengan mematuhi hukum dan perintah Allah.
Allah (SWT) memerintahkan kita dengan tegas untuk menunaikan Amanah dengan benar. Dia berkata: "Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu untuk menyerahkan amanat kepada pemiliknya dan bahwa ketika kamu memutuskan di antara orang-orang, kamu menilai dengan adil; sesungguhnya Allah memperingatkan kamu dengan apa yang baik; sesungguhnya Allah Maha Melihat, Mendengar." (Surah An Nisa:58).
Amanah pertama yang dipercayakan kepada kita adalah menjadi penyembah Allah (SWT) yang sejati dan hidup di dunia ini dengan mematuhi hukum dan perintah Allah. Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati (amanah atau amanah) Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu dengan sengaja melanggar amanahmu." (Surah Anfal: 27).
Menjaga kemampuan fisik seseorang dari melakukan hal-hal yang tidak disukai Allah, dan menjaga segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban orang lain juga merupakan bagian dari Amanah.
Dalil Tentang Amanah dalam Islam
Ungkapan 'Amanah' muncul beberapa kali dalam Quran. Ungkapan berupa Allah SWT yang berfirman tentang orang-orang yang beriman, berikut adalah ayat-ayat yang menyinggung tentang sikap amanah:
Surat al Ahzab ayat 72:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”. (QS. al-Ahzab:72).
Surat Al-Mukminun Ayat 8:
Artinya: "Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya."
Surat Al-Anfal Ayat 27:
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui". (QS: Al-Anfaal ayat 27).
Bentuk-Bentuk Amanah
1. Amanah terhadap Allah SWT
Setiap muslim memiliki amanah untuk taat terhadap perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya. Amanah ini diberikan kepada umat Islam melalui Al-Quran dan diperjelas oleh Nabi Muhammad SAW melalui hadis-hadisnya.
"Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah SWT dan Rasul [Muhammad], dan [juga] janganlah kalian mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui," (QS. Al-Anfal:27).
Contoh: mendirikan shalat, puasa, zakat, dan amalan lainnya.
2. Amanah terhadap sesama manusia
Islam memerintahkan umatnya untuk menunaikan amanah terhadap sesama manusia, terutama jika telah diberi kepercayaan oleh orang lain. Ketika seseorang diberi amanah, maka ia berkewajiban untuk mengembalikan hak kepada orang yang sudah memberikannya tanggung jawab tersebut.
Contoh: ketika seseorang diberi amanah sebagai pemimpin atau ketua kelompok, maka ia harus menunaikan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
3. Amanah terhadap diri sendiri
Amanah terhadap diri sendiri dilakukan dengan menjaga fisik dan kesehatan yang diberikan Allah SWT kepadanya. Tidak hanya kebugaran fisik, setiap muslim juga dituntut untuk memelihara kesehatan mental dan kesejahteraan diri sehingga dapat mencapai potensi maksimal dalam kehidupan sehari-harinya.
Nabi Muhammad SAW bersabda: “Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Seorang kepala negara akan diminta pertanggungjawaban perihal rakyat yang dipimpinnya. Seorang laki-laki menjadi pemimpin bagi keluarganya, ia akan diminta pertanggungjawaban terhadap perihal keluarganya. Seorang istri menjadi pemimpin, akan dimintai pertanggungjawabannya perihal pengurusan rumah dan anaknya. Dan seorang hamba menjadi pemimpin bagi harta tuannya, ia akan diminta pertanggungjawabannya. Ingat, setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawabannya," (H.R. Bukhari dan Muslim).
Contoh: menjaga kesehatan dan tidak melukai diri sendiri.
Friday, January 19, 2024
Do'a yang tidak ditolak Allah SWT
3 Orang yang Doanya Tidak Terhalang Menurut Hadits
Artinya: Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Tiga orang yang doanya tidak tertolak: pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi, Allah akan mengangkatnya di bawah naungan awan pada hari kiamat, pintu-pintu langit akan dibukakan untuknya seraya berfirman: Demi keagunganKu, sungguh Aku akan menolongmu meski setelah beberapa saat." (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad).
Berdasarkan hadits di atas, tiga orang yang tidak tertolak doanya adalah pemimipin yang adil, orang yang bepuasa, dan orang yang terzalimi. Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki berpendapat mengenai golongan pertama yakni pemimpin yang adil.
Mereka adalah orang-orang yang mematahkan 'duri' orang-orang zalim dan pelaku kriminal. Ia menjadi sandaran kaum dhuafa dan orang-orang miskin.
Golongan kedua yakni orang yang berpuasa sampai ia berbuka meliputi orang-orang yang berpuasa sunnah maupun wajib. Khususnya puasa di bulan Ramadhan.
"Terkabulnya do'a orang yang berpuasa disebabkan kuatnya unsur kedekatan diri kepada Allah SWT, mengosongkan jiwa dari perkara mubah dan godaan syahwat," demikian keterangan Sayyid Alwi bin Abbas Al-Maliki.
Terakhir adalah golongan orang yang dizalimi. Menurut buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq karangan Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi terkabulnya doa orang yang dizalimi menjadi salah satu bukti dahsyatnya kezaliman yang dibenci Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 102,
Artinya: Demikianlah siksaan Tuhanmu apabila Dia mengazab (penduduk) negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya siksaan-Nya sangat pedih lagi sangat berat.
Meski demikian, sejatinya, semua doa dikabulkan oleh Allah SWT. Namun, tentang waktu terkabulnya hanya Allah yang tahu dan menurut kebijaksanaanNya.
Hadits riwayat Ahmad juga menyebutkan, Allah SWT memiliki cara tersendiri untuk mengabulkan doa-doa dari hambaNya yang memohon pertolongan. Rasulullah SAW dalam haditsnya menjelaskan beberapa cara Allah mengabulkan permintaan dari hambaNya. Dari Abu Sa'id yang mengutip sabda Rasulullah SAW,
Artinya: "Tidaklah seorang muslim memanjatkan doa pada Allah selama tidak mengandung dosa dan memutuskan silaturahmi melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: (1) Allah akan segera mengabulkan doanya, (2) Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak, dan (3) Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal." Para sahabat lantas mengatakan, "Kalau begitu kami akan memperbanyak berdoa." Rasulullah lantas berkata, "Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do'a - do'a kalian." (HR Ahmad).
Menjadi muslim sejati
Muslim Sejati Pantang Pikirkan Diri Sendiri
Insan senantiasa berkeinginan membuktikan ketakwaannya dengan peduli untuk berbagi terhadap saudara Muslim lainnya. Saling membina persahabatan, persaudaraan dan persatuan dan berbagi pada sesama umat Islam cukup banyak disampaikan dalam al-Quran.
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali Imron [3]: 134).
Ayat ini panduan strategis Muslim untuk menjadi pribadi yang memiliki arti bagi agama dan kehidupan. Allah memberikan panduan praktis terkait apa yang mesti dilakukan setiap Muslim untuk menjadi insan takwa, yakni tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi juga saudaranya yang lain.
Sebaliknya berupaya memberikan yang terbaik bagi sesama, baik dalam kondisi lapang maupun sempit, suka maupun terpaksa, sehat maupun sakit dan dalam seluruh keadaan.
Ibn Katsir dalam tafsirnya mengatakan, orang yang bertakwa adalah orang yang tidak hanya memikirkan diri sendiri. Tetapi orang yang disibukkkan oleh perkara-perkara yang membuatnya tunduk dan taat kepada Allah Ta’ala, berinfak di jalan-Nya dan juga berbuat baik dengan segala macam kebajikan, kepada kerabat maupun kepada saudara seiman lainnya.
Dengan demikian, maka akan terbina kerukunan sesama Muslim yang persaudaraan, pemaafan dan hubungan baik lebih diutamakan daripada keegoisan dan kesombongan serta gengsi pribadi, sehingga terciptalah persatuan dan kesatuan umat Islam. Suatu modal paling penting bagi setiap Muslim untuk menjadi pribadi yang bertakwa.
Kepedulian dan Kebersamaan
Seperti kita ketahui, Ramadhan di tahun ini, sebagian umat Islam di negara-negara lain, menjalani puasa dengan situasi yang sangat buruk. Ada yang harus menderita karena pembantaian Zionis di Palestina, pembantaian Suku Rohingya serta kesewenang-wenangan penguasa tangan besi di Suriah.
Keberadaan mereka memang cukup jauh dari negeri kita. Tetapi, adalah kewajiban umat Islam Indonesia juga untuk turut serta membantu saudara seiman kita yang sedang mengalami kesulitan dan penderitaan?
Sesungguhnya umat Islam satu dengan umat Islam lainnya ibarat satu tubuh atau satu bangunan, kata Nabi. Sudah semestinya saling membantu dan saling melindungi. Karena setiap Muslim hakikatnya adalah bersuadara.
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al Hujurat [49]: 10).
Oleh karena itu Allah sangat suka kepada Muslim yang mau membina persahabatan, persaudaraan dan persatuan layaknya bangunan yang kokoh, lebih-lebih dalam upaya membela agama Allah (QS. 61: 4).
Apabila hal itu terwujud, maka jaminan Allah akan menyertai kehidupan umat Islam. Rasul bersabda, “Allah akan terus menolong seorang hamba selama hamba itu senantiasa menolong saudaranya.” (HR. Bukhari).
Dalam hadits Nabi lain disebutkan, “Jika seorang Muslim mendoakan saudaranya dari kejauhan, maka malaikat akan mengucapkan: ‘Amin, dan bagimu sepertinya,” (HR. Muslim).
Rasulullah mengecam umat Islam yang tidak peduli nasib saudara seiman.
“Barangsiapa yang tidak peduli urusan kaum Muslimin, Maka Dia bukan golonganku.” (Al-Hadits).
“Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah, dan barang siapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka” (HR. Al-Hakim dan Baihaqi).
Untuk itu mari kita tata kembali hati dan hidup kita untuk bermanfaat dan bermakna bagi sesama. Sungguh tidak artinya hidup ini, manakala hanya untuk kesenangan pribadi.
Thursday, January 18, 2024
Hasad itu penyakit hati
Pengertian Hasad, Penyebab, dan Dampaknya Menurut Islam
Iri hati dan dengki, dalam Islam, adalah sikap yang harus dihindari oleh setiap muslim.
Mengenai larangan memiliki sikap dengki dan iri disebutkan dalam sebuah hadis Nabi Muhammad saw. berikut ini :
Artinya: "Janganlah kamu saling mendengki, jangan saling mencari kesalah orang lain, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi. Janganlah kamu membeli barang yang sedang ditawar orang lain. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lain, karena itu tidak boleh menganiayanya, menelantarkannya, membohonginya, menghinakannya. Takwa itu di sini (Nabi memberi isyarat ke dadanya tiga kali). Cukuplah bagi seseorang dikatakan buruk, apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap orang muslim atas muslim lainnya adalah haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya. (HR. Muslim, 2563).
Pengertian hasad
Hasad merupakan salah satu akhlak yang buruk yang benar-benar tidak ada manfaatnya.
Secara etimologi, kata “hasad” artinya adalah menaruh perasaan marah (benci, tidak suka) karena sesuatu yang memberi keberuntungan terhadap orang lain.
Hasad merupakan rasa benci di dalam hari terhadap kenikmatan yang didapatkan oleh orang lain dengan maksud supaya nikmat yang orang miliki hilang atau berpindah kepadanya.
Penyebab timbulnya hasad
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan adanya sifat hasad.
1. Permusuhan
Salah satu penyebab timbulnya sifat hasad yang pertama adalah adanya permusuhan, yang di mana seseorang atau salah satu pihak tidak menyukai pihak lain.
2. Kekalahan
Dalam sebuah kompetisi tidak semua orang dapat menerima kekalahan, hal tersebut berdampak timbulnya penyakit hati yang disebut hasad.
3. Sombong
Sifat sombong yang ada dalam hati seseorang akan dapat menimbulkan penyakit hari seperti iri dengki dengan keberhasilan orang lain.
Dampak dari sifat hasad
Terdapat beberapa keburukan yang ditimbulkan dari sifat hasad, antara lain:
- Hati yang tidak tenang dan fisik yang sakit,
- Rendahnya martabat dan derajat karena tidak disenangi banyak orang,
- Sulit mendapatkan teman,
- Terakhir, dan yang paling ditakutkan, yaitu mendapatkan murkaNya Allah karena tidak memiliki sifat syukur dan melawan ketetapanNya.
Hiu Megalodon
Mengenal Hiu Megalodon, Penguasa Lautan yang Sudah Punah
Tak heran jika hiu megalodon dijuluki sebagai hewan penguasa lautan. Sebabnya, hampir seluruh makhluk laut menakuti hiu raksasa yang satu ini. Namun siapa sangka, hiu yang begitu ganas ini telah punah.
Hiu megalodon atau Otodus megalodon yang artinya gigi besar, merupakan hiu prasejarah terbesar yang pernah hidup di lautan. Selain bisa tumbuh hingga 18 meter atau 60 kaki, ikan raksasa purba ini juga memiliki rahang selebar 3 meter dengan total 276 gigi tajamnya. Bukan main besarnya!
Setelah bertahun-tahun menghilang dari lautan dan menjadi sebuah misteri, kini para ilmuwan telah menemukan titik terang. Hiu megalodon pun dinyatakan telah punah sekitar tiga juta tahun yang lalu.
Penyebab punahnya hiu megalodon pun kian masih menjadi tanda tanya. Lantas, kenapa hiu megalodon bisa punah? Untuk mengetahui jawabannya. Yuk, simak penjelasannya di artikel berikut ini.
Hasil studi yang mempelajari fosil gigi dari raksasa laut mengungkap bahwa adanya persaingan antara predator ganas lainnya seperti para leluhur hiu putih besar, ditengarai menjadi salah satu penyebab punahnya hiu megalodon ini.
Lantaran keduanya terus bersaing demi mendapatkan mangsa untuk dimakan. Lama-kelamaan, mangsa kedua ikan tersebut mulai menipis. Kemudian disusul oleh hilangnya habitat mereka akibat perubahan permukaan laut.
Perlu untuk diketahui, hiu putih besar memiliki suhu tubuh sekitar 20 hingga 30 derajat celsius. Sedangkan suhu tubuh hiu megalodon mencapai 35 sampai 40 derajat celsius.
Hasil itu menunjukkan bahwa suhu tubuh hiu megalodon jauh lebih tinggi daripada hiu putih besar. Dengan begitu, megalodon memiliki metabolisme yang aktif sehingga hewan purba ini memerlukan banyak makanan.
Sangat disayangkan, ketika terjadi perubahan iklim yang mulai menghangat, semua mangsa hiu megalodon bergerak menuju permukaan yang lebih tinggi dan lebih dingin.
"Perubahan iklim yang berpadu dengan pergeseran tempat tinggal hewan-hewan laut menjadi 'senjata' kepunahan bagi hiu terbesar yang pernah ada di Bumi ini".
Dengan demikian, hal tersebut membuat hiu megalodon kelaparan karena langkanya mangsa untuk dimakannya dan mulai munculnya pesaing dengan ikan predator lainnya yang mendorong hiu megalodon berakhir punah.
Dibaca dengan hati !
Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera
MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...
-
Urusan hutang piutang telah diatur dalam Islam, sebab persoalan ini bukan hanya dilakukan orang yang kurang mampu saja melainkan...
-
Obat Wajib Apotek “ Obat dengan penanda huruf K dalam lingkaran merah, yang dikenal dengan Obat Keras, seharusnya hanya dapat diserahkan...
-
Alhamdulillah..mahar itu kerelaan calon istri jadi untuk saya dikala itu, karena memang sudah ada rencana akan menikah setahun setelah memul...