Thursday, April 11, 2024

Saya cucu dari pengurus Nadhlatul Ulama di Jambi


Kota Jambi, Kamis 11 April 2024

Alhamdulillah..saya bersyukur bisa menjadi cucu dari almh. Siti Nurmala binti Imang Ismail. Karena menurut saya, menjadi almh yang merantau ikut suami itu tidak mudah. Harus belajar dengan kebiasaan daerahnya yang pasti berbeda dengan kebiasaan almh semasa dikampung halamannya. Dari pulau Jawa ke pulau Sumatera dengan berbekal ilmu agama Islam itu anugerah. Saya belajar sholat dan mengaji dirumah almh. Siti Nurmala. Dipanggilkan guru ngaji kerumah, alm.wak Sabki. Diajarkan mengaji dan Alhamdulillah sampai saat ini saya masih ingat yang diajarkan nya. Bila belajar sholat, saya belajar bacaannya di masa sekolah dasar. Bacaan iftitah nya ada dibuku pelajaran agama Islam. 

Kurang lebih 15 tahun tinggal dirumah almh.nenek saya, saya tidak merasa kekhawatiran ataupun ketakutan. Saya memang jarang keluar rumah dan tidak suka bersosialisasi dilingkungan sekitar. Karena lingkungan sekitarnya juga masih keluarga dari alm.datuk Hasan Imran bin Meran. Untuk disuruh ketoko saja saya tidak suka. Saya nyaman dirumah almh.nenek saya. Rumahnya memang luas dan tugas saya yang membersihkan rumah bagian dalamnya. Karena saya kurang menyukai membersihkan taman didepan rumahnya. 

Alhamdulillah, saya tahu almh. Nenek saya menjadi pengurus Nadhlatul Ulama. Menjadi guru ngaji dan penceramah bahkan pernah menjadi pendiri RRI Jambi dan anggota DPRD Jambi. MasyaaAllah Tabarakallah, saya bersyukur menjadi cucu nya dan almh. Nenek saya juga menjadi salah satu inspirasi saya untuk menjalani kehidupan agar tetap semangat dan optimis. Selalu teringat, pemberian sepeda baru dari almh. Nenek saya dan almh. Nenek saya juga pernah menanda tangani raport SD saya di kelas 2. Alhamdulillah, di masa SD saya termasuk siswa berprestasi karena diumur 5 tahun sudah lancar membaca. Jadi, bila dulu naik kendaraan mobil dinas KKP saya suka membaca bacaan yang ada disetiap jalan raya. 

Saya merasa masa kecil saya bahagia dan setelah perceraian orang tua saya, saya merasa besar sendiri dirumah almh. Nenek saya. Karena orang tua saya sibuk dengan urusannya masing - masing. Dan ini menjadi pelajaran dan pengalaman untuk saya agar tidak mengabaikan dan melalaikan anak saya. Sebab sudah menjadi tanggungjawab saya sebagai seorang ibu di dunia dan akhirat. Karena saya tahu bagaimana rasanya menjadi anak korban perceraian itu menyakitkan sebab mereka yang orang tua nya utuh hanya akan memandang sebelah mata. Namun Allah SWT punya kuasa, saya tidak malu karena Allah SWT ijabah begitu banyak do'a saya termasuk untuk menjadi profesi apoteker. Ini semua karena Rahmat dari Allah SWT. Jadi, saya akan menekan kan ke anak saya. Setiap manusia punya kisah hidup yang ditakdirkan berbeda - beda sejak dari dalam kandungan ibunya. Dan saya bukan tipe orang yang suka membandingkan kehidupan saya dengan orang lain, karena saya ingin bahagia menjadi diri sendiri.

Salam bahagia,
Apoteker Try.

No comments:

Post a Comment

Silahkan ketik sambil senyum ya

Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...