Thursday, February 22, 2024

Hikmah dari musibah

Hikmah dan Pengertian Musibah dalam Islam yang Perlu Dipahami

Pengertian musibah dalam Islam adalah sesuatu yang mendatangkan kesulitan bagi manusia. Meski begitu, umat Muslim harus memahami bahwa musibah merupakan bagian dari ketetapan Allah SWT yang telah dituliskan terhadap takdir manusia.

Mengenai hal itu, Allah berfirman dalam surat At-Taghabun ayat 11 yang berbunyi :
Artinya: "Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu." (Qs. At-Taghabun: 11).

Sederhananya, musibah adalah apa saja yang menyulitkan manusia dan membuatnya terganggu, menderita, atau merasa tidak nyaman. Bahkan, hal sederhana tali sandal putus saja dalam Islam itu termasuk ke dalam kategori musibah.

Imam Sa'id bin Al-Musayyib bercerita: "Tali sendal Umar ra terputus, dia berkata, "Innalillahi wa inna ilaihi raji'un." Orang-orang bertanya, "Wahai Amirul Mukminin, tali sandalmu rusak?" Beliau menjawab, "Ya, setiap hal yang tidak disukai yang menimpa seorang Mukmin itu adalah musibah.""

Dalam Al-Qur'an, ada banyak ayat yang membahas tentang musibah. Deretan ayat ini dapat dijadikan sebagai pengingat bagi orang beriman agar mempersiapkan diri terhadap datangnya musibah. Ini juga dapat dijadikan sebagai petunjuk agar dapat menyikapi musibah sesuai dengan perintah Allah SWT. 

Dalam surat Al-Baqarah ayat 155-157, Allah berfirman :

Artinya: “(155) Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (156) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji‘ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). (157) Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Qs. Al-Baqarah: 155-157).

Hikmah di Balik Musibah

Segala sesuatu yang terjadi di dunia adalah atas izin Allah. Dan Allah tidak akan menjadikan segala sesuatunya bernilai sia-sia. Allah selalu memberikan hikmah di balik segala hal yang menimpa manusia, termasuk musibah.

Umat muslim pun dapat mengambil hikmah dari sebuah musibah, di antaranya:

1. Pembuktian keimanan

Allah berfirman dalam surat Al-Ankabut ayat 2-3 :

Artinya: "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman." Dan mereka tidak diuji? Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta." (Qs. Al-Ankabut: 2-3).

2. Menunjukan rasa cinta Allah SWT

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barangsiapa yang ridho, maka ia yang akan meraih ridho Allah. Barangsiapa siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah)

3. Dinaikkan derajat oleh Allah SWT

Allah berfirman dalam surat Shad ayat 44 :

Artinya: "Dan ambillah seikat (rumput) dengan tanganmu, lalu pukullah dengan itu dan janganlah engkau melanggar sumpah. Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah)." (Qs. Sad: 44)

4. Dihapuskan dosa

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri dari Abu Hurairah radhiyallahu anhuma, Nabi Muhammad bersabda :

“Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu kelelahan, atau penyakit, atau khawatir, atau kesedihan, atau gangguan, bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya karenanya.” (HR. Al-Bukhari).

5. Balasan Surga

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa:

"Allah berfirman, "Wahai anak Adam, jika engkau bersabar dan berharap ridha Allah saat mendapatkan hantaman pertama musibah, tidaklah ada pahala yang paling diridhai untukmu selain surga."" (HR. Ibnu Majah no. 1.597). 


Pergaulan ibarat pandai besi dan minyak wangi

Ibarat Penjual Minyak Wangi dan Pandai Besi

Berteman atau bersahabat adalah jalan penting yang bisa memengaruhi keadaan seseorang. Jika benar persahabatannya maka akan ada banyak ilmu, hikmah, dan manfaat yang bisa kita petik. Namun, jika salah cara dan sosok bertemannya maka percikan kesalahan itu juga akan menimpanya.

Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman yang salah. Tapi, tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang saleh.

Dalam sebuah hadits, Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan : 

“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

Hadits ini mengandung makna bahwa paling tidak ada dua kemungkinan jika bersahabat dengan teman yang baik; kita akan menjadi baik atau minimal kita mendapati kebaikan teman kita.

Persahabatan yang dilakukan karena Allah SWT (QS al-Hujurat, 49:10), “Teman-teman akrab pada hari itu (Qiyamat) menjadi musuh bagi yang lain kecuali persahabatan karena Ketakwaan.” (QS az-Zukhruf, 43:67). Semoga, dunia akhirat kita dipersahabatkan karena Allah SWT. 

Wednesday, February 21, 2024

Akibat makan haram menurut Islam

Hukum Memakan Makanan yang Haram 

Kehalalan makanan yang masuk ke perut sangat berpengaruh pada banyak hal. Salah satunya adalah masalah status dan nilai keimanan kepada Allah SWT. Makanan halal juga akan berpengaruh terhadap keberkahan hidup. Kalau tidak sengaja konsumsi makanan haram bagaimana?

Makanan haram adalah makanan yang dilarang oleh syariat Islam untuk dikonsumsi oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Dampak memakan makanan haram untuk tubuh ada lima hal, di antaranya:

1. Allah SWT Menolak Ibadahnya

Dampak yang pertama ketika seorang muslim dengan sengaja makan barang haram adalah tidak akan diterima amal ibadahnya walaupun ia dengan rajin mengerjakannya.

Ibnu Abbas meriwayatkan dari Sa'ad bin Abi Waqash bahwasanya Rasulullah SAW menjawab pertanyaan Sa'ad, "Wahai Sa'ad, perbaikilah makananmu (makanlah makanan yang halal), niscaya engkau akan menjadi orang yang selalu dikabulkan doanya. Dan demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, sungguh jika ada seseorang yang memasukkan makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak akan diterima amalnya selama 40 hari dan seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari hasil menipu dan riba, maka neraka lebih layak untuknya." (HR Thabrani). 

2. Doa-Doanya Tidak Dikabulkan

Rasulullah SAW bersabda, "Seorang laki-laki melakukan perjalanan jauh, rambutnya kusut, mukanya berdebu menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan 'Wahai Rabbku! Wahai Rabbku!' padahal, makanannya haram dan mulutnya disuapi dengan yang haram, maka bagaimanakah akan diterimanya doa itu?" (HR Muslim). 

3. Menipiskan Iman

Dampak ketiga memakan barang haram adalah dapat membuat iman seseorang menipis atau bahkan hilang. Apabila iman tersebut sudah terkikis, maka ia tidak akan digolongkan lagi bersama orang-orang mukmin.

Rasulullah SAW bersabda :

"Tidaklah peminum khamr, ketika ia meminum khamr termasuk seorang mukmin." (HR Bukhari dan Muslim). 

4. Mendapatkan Balasan Neraka

Seorang muslim yang dengan sengaja memakan makanan haram tidak akan mendapat balasan kecuali neraka.

Hal ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW, beliau berkata, "Tidaklah tumbuh daging dari makanan haram, kecuali neraka lebih utama untuknya." (HR Tirmidzi). 

5. Mengeraskan Hati

Orang yang gemar atau sengaja makan makanan haram padahal sudah jelas makanan tersebut haram, maka konsekuensinya ia akan memiliki hati yang keras melebihi batu.

Apabila hati manusia sudah menjadi keras, maka ia akan sulit untuk menerima kebenaran dan akan terus berada dalam kesesatan.

Hukum Memakan Makanan yang Haram Tetapi Tidak Mengetahuinya

Seorang muslim sudah seharusnya menjaga makanan yang dia makan agar hanya barang yang halal saja yang masuk ke dalam perutnya. Dia harus selalu menghindari makanan yang diharamkan Allah SWT.

Namun dalam kehidupan ini tentu ada hal yang tidak bisa dikendalikan. Bagaimana hukum memakan makanan yang haram tetapi tidak mengetahuinya?

Apabila seseorang terpaksa atau dalam keadaan tak sengaja dan tak sadar memakan barang haram, maka ia wajib memuntahkan jika bisa.

Hukum memakan makanan yang haram tetapi tidak mengetahuinya tidak akan ditimpakan dosa bagi orang tersebut atas kemurahhatian Allah SWT. 


Manajemen waktu menurut islam

Prinsip Manajemen Waktu dalam Islam

Pada hakikatnya, semua manusia diberikan waktu oleh Allah SWT untuk menjalani kehidupannya di dunia. Ada seseorang yang dalam hidupnya memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dan memperbanyak amalan-amalan sholih. Inilah orang yang berada dalam koridor produktif.

Ada pula seseorang yang diberikan waktu oleh Allah SWT untuk hidup di dunia namun tidak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya karena banyak waktu yang digunakan untuk hal-hal yang tidak berfaedah. Bahkan yang lebih parah lagi, ada seseorang yang bukan hanya tidak dapat memanfaatkan waktunya dengan baik, justru ia lakukan untuk mengerjakan hal-hal yang negatif dan dilarang oleh Allah SWT. Dan dua contoh terakhir inilah manusia yang berada dalam koridor kehidupan yang salah.

Orang-orang yang berada dalam koridor yang salah dalam memanfaatkan waktu ini sebenarnya sudah mendapat peringatan akan pentingnya waktu. Misal dalam hadits Nabi Muhammad SAW :

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara kebaikan islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat.” (Hadits Hasan, diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan lainnya semisal itu pula). (HR. Tirmidzi, no. 2317; Ibnu Majah, no. 3976)

Dari hadits diatas dapat dipahami secara umum bahwa sesungguhnya manusia dapat menjadi rugi dikarenakan waktu yang Allah swt berikan kepada manusia. Jika manusia lalai atau lebih dominan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam hidupnya maka akan menjadi suatu petaka. Bagaimana tidak, hidup yang seharusnya dijadikan mazro’atul akhiroh (menanam bekal akhirat), justru disia-siakan. Atau memang ingin sengsara hidup di akhirat?

Untuk melihat hadits yang lebih menampar manusia untuk senantiasa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya adalah sebagai berikut, dimana Rasulullah saw pernah bersabda kepada seorang laki-laki dan menasihatinya,

Artinya: “Jagalah lima perkara sebelum (datang) lima perkara (lainnya). Mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu luangmu sebelum sibukmu dan hidupmu sebelum matimu.” (HR Nasai dan Baihaqi).

Inti dari Hadits diatas adalah Nabi Muhammad ingin memberikan peneguran kepada manusia yang tidak produktif dan menyepelekan arti sebuah kehidupan. Manusia saat ini tahu benar bahwa mereka diciptakan semata untuk beribadah kepada Allah swt. Menyibukkan diri dengan segala kegiatan peribadahan. Tidak ada alasan untuk membuang-buang waktu. Semua ini menuntut produktifitas manusia. Jika betul memang ingin meraih kedudukan bahagia dunia dan akhirat.

Sebagai contoh perilaku-perilaku manusia yang dianggap tidak produktif oleh Nabi Muhammad swt terdapat dalam Hadits sebagai berikut :

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai tiga hal dan membenci tiga hal. Perkara yang dicintai adalah sedikit makan, sedikit tidur, dan sedikit bicara. Sedangkan perkara yang dibenci adalah banyak bicara, banyak makan, dan banyak tidur.” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman, 5:48).

Banyak tidur, banyak makan dan banyak bicara adalah komponen penghabis waktu yang begitu digemari manusia. Intinya adalah mengisi waktu dengan perihal yang tak bernilai. Tentu masih banyak hal yang tak bernilai yang menjadi contoh dalam kehidupan manusia. Yang perlu disadari lalu dijauhi. Jika tidak, manusia akan rugi segala-galanya. Karena banyak karya yang bisa diselami setiap manusia. Maknanya adalah menyibukkan diri dalam hal produktif, demi hidup yang bahagia dan beruntung. Sebelum terlambat.

Hikmah dari ujian yang diberikan Allah SWT

Hikmah di Balik Ujian dari Allah yang Dapat Dipetik Umat Muslim

Allah SWT memiliki banyak cara untuk menunjukkan kasih sayangnya sekaligus menguji kecintaan manusia kepada-Nya. Salah satunya yaitu dengan memberikan cobaan atau ujian kepada mereka.

Setiap manusia mengalami ujian dengan kadar yang berbeda-beda. Allah SWT berfirman dalam Alquran:

Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, ‘Kami telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan, sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka. Maka, sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar, dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut: 2-3)

Melalui ayat tersebut, Allah SWT menegaskan bahwa Dia tidak hanya memberikan ujian kepada umat yang mengingkari-Nya. Umat muslim yang beriman kepada-Nya pun tak luput dari cobaan. Harapannya agar mereka dapat mengambil hikmah di balik ujian dari Allah SWT. Apa saja hikmah tersebut?

1. Diangkat Derajatnya

Seperti yang dijelaskan, Allah SWT menguji keimanan seorang umat-Nya lewat cobaan. Bukan karena tidak sayang, cobaan itu sesungguhnya merupakan wujud cinta dan kasih sayang Allah kepada mereka.

Barang yang sabar, ikhlas, dan tetap beriman kepada-Nya di tengah terpaan ujian, niscaya Allah akan mengangkat derajatnya ke tingkat yang lebih mulia. Dia berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu, berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah. Niscaya Allah Swt. akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah. Niscaya Allah Swt. akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Swt. Maha Teliti apa yang kamu kerjakan.” (QS. al-Mujadalah: 11).

2. Menghapus Dosa

Allah SWT tidak menginginkan seorang hamba kembali kepada-Nya berlumurkan dosa dan membawa banyak kemaksiatan. Oleh sebab itu, Allah memberikan ujian untuk menghapuskan dosa-dosanya.

Dalam sebuah hadits disebutkan, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus-menerus, kepayahan, penyakit dan juga kesedihan bahkan sampai kesusahan yang menusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya.

3. Mendapat Pahala

Ujian hidup yang diberikan oleh Allah SWT sejatinya merupakan cara-Nya mempersiapkan manusia menerima kenikmatan yang jauh lebih besar. Semakin berat ujian yang dialami, semakin besar pula nikmat yang akan diperoleh seseorang. Jadi, bersabarlah dalam menghadapi ujian tersebut. Jalani dengan ikhlas agar mendapat ridha Allah SWT.

Sesungguhnya pahala besar karena balasan untuk ujian yang berat. Sungguh, jika Allah mencintai suatu kaum, maka Dia akan menimpakan ujian untuk mereka. Barang siapa yang ridha, maka ia yang akan meraih ridha Allah. Barang siapa yang tidak suka, maka Allah pun akan murka.” (HR. Ibnu Majah No. 4031, hasan kata Syaikh Al-Albani). 

4. Mendapat Petunjuk

Umat Muslim yang menjalani cobaan dengan penuh kesabaran akan memperoleh banyak keutamaan. Kepada mereka, Allah SWT akan memberikan petunjuk, berkat, dan juga rahmat-Nya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT sebagai berikut:

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Menipu orang lain dan dirinya sendiri


Salah satu penyakit hati pada setiap manusia adalah suka menipu. Siapa saja jika memungkinkan akan ditipu. Lebih parah lagi, ada sementara orang jika berhasil menipu orang lain, dirinya diangap sukses. Akhirnya, tipu menipu dianggap sebagai perbuatan biasa sehari-hari yang tidak beresiko menambah dosa dan juga tidak merugikan orang lain maupun dirinya sendiri.

Tidak adanya kesadaran bahwa menipu itu buruk dan harus dihindari maka siapa saja, jika memungkinkan akan ditipu. Padahal belum tentu, apa yang dilakukan itu membawa keuntungan. Akan tetapi itulah yang menjadi kebiasaan. Mulai hal yang sepele, sekalipun bisa mengatakan dengan jujur, seseorang merasa lebih enak jika berhasil mengatakan yang bukan sebenarnya.

Islam mengajarkan kepada siapapun agar tidak berbohong atau tidak menipu. Oleh karena itu, seseorang yang masih belum mampu menghentikan kebiasaan buruk dimaksud, sebenarnya belum sempurna keber-Islamannya. Sebagai umatnya, ajaran yang mulia tersebut seharusnya diikuti sepenuhnya. Sifat siddiq, amanah, tabligh, dan fathonah yang merupakan sifat nabi, seharunya berusaha diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Resiko dari perbuatan tidak jujur sebenarnya sedemikian besar dan mahal. Orang akan menjadi celaka akibat dari banyak orang tidak jujur. 

Kebiasaan menipu adalah sangat berbahaya bagi seorang pemimpin. Siapapun yang sedang berposisi sebagai pemimpin, maka harus dipercaya dan kemudian diikuti oleh bawahannya. Manakala seorang pemimpin, ---pemimpin apa saja ketahuan suka menipu atau mengatakan sesuatu yang tidak benar, maka yang bersangkutan akan kehilangan sesuatu yang tidak tergantikan, ialah kepercayaan. Sedangkan pemimpin yang sudah tidak dipercaya lagi oleh bawahannya, maka sebenarnya habislah semua kekuatannya.

Namun pada kenyataannya, betapa banyak orang menyukai atau memilih berbohong dan menipu hingga terhadap dirinya sendiri sekalipun, dan apalagi terhadap orang lain. Padahal umpama saja, setiap orang berhasil menjaga kejujuran, atau tidak suka menipu, maka betapa indahnya kehidupan ini. Setiap orang menjadi saling percaya terhadap sesama. Maka, kidupan akan menjadi damai, dan itulah sebenarnya misi utama kehadiran Islam, ialah memperbaiki akhlak, di antaranya agar kehidupan ini tidak dikotori oleh perbuatan tipu menipu atau kebohongan. Wallahu a'lam


Belajar untuk qonaah


Qanaah artinya merasa puas atas pemberian Allah SWT kepadanya. Qanaah juga menjadi salah satu sifat yang dapat membantu seseorang mengendalikan diri.

Salah satu syarat qanaah adalah menyedikitkan makanan, yakni sekedar memenuhi kebutuhan, itu pun kalau makanannya ada. Kemudian mengurung diri dalam "sedikit". Dan mencegahnya dari "mencari banyak" serta merasa tenang dalam kekurangan.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits: "Lihatlah orang yang di bawah kalian dan janganlah melihat orang di atas kalian, karena yang demikian itu lebih layak bagi kalian agar kalian tidak memandang hina nikmat Allah yang dilimpahkan kepada kalian." (Muttafaqun Alaih).

Justru orang yang selalu tidak puas, maka ia senantiasa akan merasa kekurangan. Akan tetapi orang yang qanaah, jiwanya menjadi tenang dan mensyukuri rezeki dari Allah.

Selain berlatih untuk merasa bersyukur dengan apa yang telah diterima, hendaknya seseorang suka memberi dan menolong orang lain. Betapa hatinya akan puas apabila seseorang berhasil memberi pertolongan atau membantu saudaranya. Karena qanaah dianggap sempurna jika ia gemar menolong dengan ikhlas hati.

Melatih diri untuk berqanaah tidak akan berhasil jika seseorang tidak melemahkan sifat buruknya, yaitu sifat rakus.


Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...