Saturday, May 25, 2024

Dampak Psikologis anak diasuh nenek dan kakek

Dampak Psikologis Anak Diasuh Nenek dan Kakeknya

Dalam beberapa kasus, seringkali anak diasuh oleh nenek dan kakeknya sepanjang waktu. Hal ini pun disebut-sebut memiliki dampak psikologis bagi tumbuh kembang anak.

Ya, tanpa disadari dampak jika anak diasuh oleh nenek dan kakek juga dapat memengaruhi kepribadian dan perilaku anak kelak di kemudian hari. 

Salah satu penyebabnya yakni perbedaan prinsip dan cara pengasuhan antara nenek kakek dan orang tua. Selain bisa membuat bingung, hal ini juga bisa mengganggu psikologis anak.

Dampak psikologis anak diasuh nenek dan kakek

Lalu apa saja sebenarnya dampak psikologis anak saat diasuh oleh nenek dan kakeknya? Benarkah kondisi ini bisa memengaruhi perkembangan perilakunya saat dewasa nanti? Simak ulasan berikut ini seperti dilansir berbagai sumber:

1. Cenderung sulit mengontrol emosi

Dalam studi yang dilakukan oleh peneliti di Bronfenbrenner Center for Translational Research, ditemukan bahwa anak-anak yang diasuh oleh nenek dan kakek rentan memiliki masalah emosi dan perilaku.

Kondisi ini timbul karena nenek dan kakek seringkali tidak konsisten terhadap aturan, sehingga anak jadi terbiasa melanggarnya. Jika suatu saat ada keinginan anak yang tidak bisa terpenuhi, mereka pun jadi mudah marah dan emosinya meledak-ledak.

2. Terbiasa selalu dituruti

Gaya pengasuhan nenek dan kakek juga cenderung permisif alias selalu membolehkan keinginan anak, dibandingkan dengan orang tua. Situasi ini membuat anak enggan berusaha lebih keras saat memiliki keinginan tertentu.

3. Sulit fokus di sekolah

Nenek dan kakek umumnya lebih jarang memperhatikan tugas akademis anak, sehingga anak kerap kesulitan dalam mengikuti pelajaran di sekolah. Misalnya untuk menyelesaikan pekerjaan rumah maupun tugas-tugas lainnya.

Selain itu, adanya dampak emosional dan perilaku yang ditimbulkan saat anak diasuh oleh nenek dan kakek juga rentan terbawa dalam hubungan pertemanan di sekolah.

Misalnya, anak jadi tidak mau mengalah atau tidak mau menerima pendapat dari orang lain karena selalu ingin diutamakan sebagaimana saat di rumah.

4. Cenderung keras kepala

Nenek dan kakek juga biasanya memanjakan dan menuruti segala keinginan Si Kecil, sehingga rentan membuatnya tumbuh jadi sosok yang keras kepala. Jika kondisi ini terus-menerus terjadi, anak juga rentan jadi egois dan sulit mengalah.

5. Sulit mengikuti peraturan

Adanya perbedaan cara asuh dari orang tua dan nenek kakek kadang membuat anak jadi bingung untuk menaati peraturan yang berubah-ubah. Misalnya ada sesuatu hal yang dilarang oleh orang tua, tapi diperbolehkan oleh nenek.

Dalam jangka panjang, ke depannya hal ini rentan membuat anak jadi sulit mengikuti peraturan yang ada. Baik itu di sekolah maupun dalam hubungan sosial.


4 Mazhab yang dikenal di Indonesia

Sejarah Munculnya 4 Mazhab yang Populer di Kalangan Muslim

Dalam sejarah Islam, munculnya empat mazhab yang populer di kalangan umat Islam terjadi pada masa yang berbeda. Keempat mazhab ini adalah Mazhab Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi'i, dan Mazhab Hambali.

Masing-masing mazhab tersebut memiliki ciri khas dan pendiri yang berbeda. Kapan dan bagaimana mazhab-mazhab ini muncul? Simak pemaparan berikut.

Latar Belakang Mazhab

Mazhab adalah sebuah metode dari pemikiran dan penelitian yang memiliki ciri khas dan dijadikan prinsip oleh sejumlah orang.

Nama mazhab berawal dari nama daerah, kemudian didasarkan pada nama ulama atau para imam. Dengan nama dari ulama atau para imam ini, mazhab-mazhab lebih populer daripada dengan nama daerah.

Sejarah Munculnya 4 Mazhab

Munculnya empat mazhab yang populer di kalangan umat Islam terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah tepatnya era pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid.

Para imam pendiri empat mazhab fikih yaitu Abu Hanifah yang merupakan pendiri Mazhab Hanafi, Malik bin Anas pendiri Mazhab Maliki, Muhammad bin Idris Asy-Syafi'i pendiri Mazhab Syafi'i, dan Ahmad bin Hanbal yang merupakan pendiri Mazhab Hambali.

Mazhab Hanafi

Mazhab Hanafi merupakan mazhab dengan pengikut terbanyak. Mazhab Hanafi didirikan oleh Imam Abu Hanifah, yang dikenal sebagai ahli hukum fikih yang sangat cerdas.

Mazhab Hanafi termasuk salah satu mazhab fikih dalam Islam Sunni. Islam Sunni adalah aliran teologi yang bersumber dari pemikiran Abu Hasan al-Asy'ari (sahabat Rasulullah SAW yang masyhur) dan telah dipahami dan dipraktikkan oleh mayoritas umat Islam.

Sumber hukum Mazhab Hanafi berasal dari Al-Qur'an, hadits atau sunnah, atsar, qiyas, istihsan, ijma' para ulama, dan 'urf.

Mazhab Maliki

Mazhab Maliki merupakan mazhab dengan pengikut terbanyak ketiga setelah Mazhab Hanafi.

Mazhab Maliki didirikan oleh Imam Malik bin Anas. Karena Imam Malik tinggal di Madinah, maka mazhab ini sangat dipengaruhi oleh praktik dan tradisi penduduk Madinah.

Salah satu ciri khas atau keunikan dari Mazhab Maliki adalah menyodorkan tata cara hidup penduduk Madinah sebagai sumber hukumnya. Sumber hukum Mazhab Maliki berasal dari sunnah, amal perbuatan penduduk Madinah, qaul shahabi (fatwa salah seorang sahabat), dan maslahah al-mursalah (sesuatu yang baik menurut akal yang dapat mendekatkan pada kebaikan dan menghindarkan pada keburukan).

Mazhab Syafi'i

Mazhab Syafi'i merupakan mazhab dengan pengikut terbanyak kedua setelah Mazhab Hanafi. Mazhab Syafi'i didirikan oleh Muhammad bin Idris asy-Syafi'i atau lebih dikenal sebagai Imam Syafi'i.

Pokok pikiran dan prinsip dasar Mazhab Syafi'i ini disebarluaskan dan dikembangkan oleh para muridnya. Sumber hukum Mazhab Syafi'i berasal dari Al-Qur'an, sunnah, ijma', dan qiyas.

Mayoritas muslim Indonesia berkiblat pada mazhab Syafi'i

Mazhab Hambali

Mazhab Hambali merupakan mazhab dengan jumlah pengikut yang paling sedikit. Mazhab Hambali didirikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal.

Sumber hukum Mazhab Hambali berasal dari nash dari Al-Qur'an dan sunnah, fatwa sahabat, ijtihad sahabat yang lebih dekat kepada Al-Qur'an dan sunnah, hadits mursal dan dhaif, serta qiyas sebagai langkah terakhir.

Keempat mazhab tersebut dianut oleh umat Islam di seluruh dunia. Meskipun mazhab-mazhab ini muncul pada masa yang berbeda, mereka semua memiliki tujuan yang sama untuk kehidupan umat Islam.


Dzikir setelah shalat menurut Imam Syafi'i

Imam Syafi’i: Dzikir Setelah Shalat Tidak Dikeraskan


Dari Ibnu Jarir, ia berkata, ‘Amr telah berkata padaku bahwa Abu Ma’bad –bekas budak Ibnu ‘Abbas- mengabarkan kepadanya bahwa Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

Mengeraskan suara pada dzikir setelah shalat wajib telah ada di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Ibnu ‘Abbas berkata, “Aku mengetahui bahwa shalat telah selesai dengan mendengar hal itu, yaitu jika aku mendengarnya.” (HR. Bukhari, no. 805; Muslim, no. 583)

Imam Nawawi rahimahullah mengatakan mengenai hadits di atas, menurut sebagian ulama salaf, disunnahkan mengeraskan bacaan takbir setelah shalat, termasuk pula bacaan dzikir setelahnya. Di antara ulama belakangan yang menganjurkan adalah Ibnu Hazm Az-Zahiri, begitu pula dinukil pendapat ini dari Ibnu Batthol dan ulama lainnya. Sedangkan ulama madzhab dan selain mereka sepakat tidak disunnahkan mengeraskan suara untuk dzikir setelah shalat, termasuk pula takbir.

Adapun Imam Syafi’i rahimahullah memaknai hadits di atas bahwa waktu menjaherkan hanya sebentar sekali sehingga diketahui bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam itu berdzikir. Namun dzikir tadi bukan dikeraskan terus menerus.

Cukup bagi imam dan makmum berdzikir pada Allah setelah selesai shalat dengan disirrkan (dilirihkan). Kecuali jika imam ingin mengajarkan pada makmum, maka ia boleh menjaherkan hingga makmum itu paham, setelah itu tetap disirrkan (dilirihkan). Demikian hadits tersebut dipahami. (Syarh Shahih Muslim, 5: 76)




Friday, May 24, 2024

Resep Tumis Kangkung Terasi


Resep kangkung tumis terasi

Bahan:

  • 3 ikat kangkung, disiangi
  • 3 buah cabai merah besar, diiris miring
  • 1 buah tomat, dipotong panjang
  • 1 sendok teh garam
  • 1/4 sendok teh merica bubuk
  • 1/2 sendok teh gula pasir
  • 50 ml air
  • 2 sendok makan minyak untuk menumis

Bumbu halus:

  • 1 sendok teh terasi, digoreng
  • 6 butir bawang merah
  • 2 siung bawang putih
  • 3 buah cabai merah keriting
  • Cara membuat kangkung tumis terasi

Cara membuat kangkung tumis terasi:

1. Tumis bumbu halus sampai harum. Tambahkan cabai merah dan tomat. Aduk sampai setengah layu.

2. Masukkan kangkung. Aduk rata. Tambahkan garam, merica bubuk, dan gula pasir. Aduk rata.

3. Tuang air. Masak sampai matang dan meresap.


Man Jadda wa Jadda dalam berusaha karena Allah SWT

Man Jadda wa Jadda adalah Siapa Bersungguh-sungguh Pasti Akan Berhasil

Arti man jadda wa jadda sama dengan ungkapan bahwa setiap usaha yang dilakukan tidak akan mengkhianati hasil. Usaha sungguh-sungguh yang dimaksud untuk meraih kesuksesan dan keberhasilan sebagaimana arti man jadda wa jadda adalah tekun, sabar, dan tidak mudah menyerah.

"Orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam mencari keridhaan kami, maka benar-benar akan kami tunjukan kepada mereka jalan-jalan kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. al-Ankabut ayat 69).

Arti man jadda wa jadda adalah sebagai berikut:

1. Keyakinan

Arti man jadda wa jadda adalah berupa keyakinan yang dipegang sungguh-sungguh akan menjadi kenyataan. Ini tentang keyakinan akan berhasil dan keyakinan akan memperoleh hasil sesuai yang sudah diusahakan.

2. Kerja Keras

Arti man jadda wa jadda adalah berupa keyakinan yang tidak hanya berhenti di keyakinan, tetapi diikuti dengan kerja keras dan usaha yang maksimal.

3. Totalitas

Arti man jadda wa jadda adalah berupa usaha yang totalitas, ini usaha yang tidak main-main.

4. Konsisten

Arti man jadda wa jadda adalah berupa usaha untuk selalu konsisten dan istiqomah dalam mencapai sesuatu. Konsistensi akan mengantarkan seseorang kepada keberhasilan yang diharapkannya selama ini.

Do'a termasuk Dzikir kepada Allah SWT

Pengertian Do'a dalam Islam

Pengertian do'a adalah wujud permohonan kepada Tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian do'a adalah memuat harapan, permintaan, dan pujian kepada Tuhan. Lalu apa pengertian doa dalam Islam?

Pengertian do'a dalam Islam adalah sikap berserah diri kepada Allah SWT.

Pengertian do'a dalam Islam merupakan ibadah kepada Allah SWT. Allah SWT pun menegaskan bagi orang-orang yang tidak mau berdo'a kepada-Nya, itulah gambaran kesombongan sesungguhnya sebagaimana dalam Al-Quran surah Ghafir ayat 60 ini.

Dan Tuhanmu berfirman, “Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Dalam Islam, do'a adalah ibadah yang paling mulia di sisi Allah SWT. Hal ini ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah dengan musnad Ahmad: “Tidak ada yang paling mulia di sisi Allah SWT daripada do'a.”

“Kedekatan Allah SWT dengan hamba-Nya terbagi dua macam yaitu kedekatan ilmu-Nya dengan setiap mahluk-Nya dan kedekatan dengan hamba-Nya dalam memberikan setiap permohonan, pertolongan dan taufik kepada mereka"

konsentrasi dalam berdo'a serta menunjukkan sikap rendah, tunduk, penghambaan dan merasa membutuhkan Allah adalah merupakan ibadah yang paling agung bahkan demikian itu menjadi syarat sahnya ibadah. Allah SWT berjanji akan memberikan pahala orang yang berdo'a, meskipun tidak dikabulkan doanya.

Cara Berdo'a dalam Islam

Sebuah do'a dalam ajaran islam dapat segera dikabulkan apabila diungkapkan dengan keikhlasan hati dan dipanjatkan berulang kali. Allah SWT menjelaskannya dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 55-56.

“Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri (tadharu’) dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya, dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut akan tidak diterima dan penuh harapan untuk dikabulkan. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”


Ciri orang yang sesat dalam islam menurut MUI

Ciri Aliran Sesat dalam Islam Menurut MUI, Mengingkari Al Qur'an dan Hadits

1. Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6

Ciri aliran sesat yang pertama adalah mengingkari salah satu dari keenam rukun iman. Iman merupakan kepercayaan yang berkaitan dengan agama. Iman berkaitan dengan meyakini dalam hati, mengucapkan dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Ada enam poin penting dalam rukun Islam.

2. Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Alquran dan sunnah

Di antara penyimpangan dalam akidah yang disebutkan dalam Alquran dan sunnah adalah sifat dan perilaku sebagai berikut :

a. Syirik dan kemusyrikan

Ini terjadi ketika seseorang mempersekutukan Allah dalam ibadah kepada-Nya. Ini adalah kesalahan yang sangat serius karena pelakunya melakukan dosa besar yang tidak akan diampuni oleh Allah kecuali jika dia bertaubat dan memperbaiki dirinya dengan memegang teguh prinsip tauhid.

b. Kufur

Ini terjadi ketika seseorang menolak ajaran Allah, Rasul, atau agama Islam secara keseluruhan atau sebagiannya. Bentuk kufur yang paling ringan adalah mengingkari nikmat yang diberikan Allah, seperti seseorang mengatakan, "kesuksesan ini hanya karena kecerdasanku". Bentuk kufur yang paling umum adalah menolak ayat-ayat Alquran atau hadis Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam yang dianggap tidak sesuai dengan keyakinannya, dan yang lebih buruk lagi adalah berani melawan ajaran Allah.

c. Nifak atau munafik

Ini terjadi ketika seseorang mengaku beriman dengan perkataannya, tetapi hatinya masih ingkar terhadap ajaran Allah, Rasul, dan Islam. Kemunafikan ini terjadi pada orang-orang yang bekerja sama dengan orang-orang kafir atau membela kekafiran mereka, baik secara diam-diam maupun terang-terangan.

d. Fasik

Ini merujuk pada sifat seseorang yang mengetahui kebenaran tetapi menolaknya, atau memahami kewajiban tetapi tidak melaksanakannya, meskipun hatinya menerima kebenaran atau kewajiban tersebut. Kaum fasik ini tidak menerapkan Islam dalam kehidupan mereka sehingga hati mereka menjadi keras.

e. Zalim

Ini merujuk pada orang-orang yang tidak mengatur sesuatu secara proporsional. Mereka juga dapat disebut sebagai penindas karena mereka menyebabkan kerugian bagi orang lain. Kezaliman ini akan mendapat pembalasan dari Allah, meskipun kecil, sehingga pelakunya harus meminta maaf atau mengganti kerugian yang mereka timbulkan (rodhul mazlum) atau bertaubat dan melakukan perbaikan.

3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran

Dalam ajaran agama Islam, Alquran adalah kitab sekaligus wahyu terakhir yang diturunkan kepada nabi terakhir, yakni Nabi Muhammad SAW. Jika ada suatu lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan bahwa wahyu yang diturunkan setelah Alquran, makan lembaga pendidikan tersebut dapat diduga telah mengajarkan aliran sesat. Sebab, setelah Alquran diturunkan secara lengkap kepada Nabi Muhammad SAW, tidak nabi lain yang akan diutus dan tidak ada wahyu lagi yang akan turun.

4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Alquran

Al-Qur'an adalah kitab suci yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan membacanya dianggap sebagai bentuk ibadah. Sebagai kitab suci yang diturunkan sebagai petunjuk bagi umat akhir zaman, Allah Swt. selalu menjaganya. Allah SWT berfirman,

Artinya: "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya."

5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir

Kaidah tafsir adalah aturan-aturan atau azas-azas yang dijadikan dasar atau landasan operasional penafsiran Alquran. Tujuan dari kaidah tafsir ini untuk menjaga Alquran dari penafsiran yang keliru.

Di antara kaidah tafsir yang perlu dipahami sebelum menafsirkan Alquran antara lain adalah kaidah Qur'aniyah, kaidah sunnah, kaidah bahasa, kaidah usul, dan kaidah ilmu pengetahuan.

6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam

Sebagian besar ulama mendefinisikan hadis sebagai segala sesuatu yang dinisbatkan kepada Muhammad SAW, baik ucapan, perbuatan maupun taqrir (ketetapan), sifat fisik dan psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi atau sudah menjadi nabi.

7. Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul

Menghina Nabi Muhammad SAW adalah tindakan kekafiran, dapat menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Bahkan jika hal itu dilakukan dengan bercanda. Allah SWT berfirman,

Artinya: Jika kamu tanyakan kepada mereka, niscaya mereka akan menjawab, “Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah, “Mengapa kepada Allah, dan ayat-ayat-Nya serta Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?” (QS. At-Taubah: 65)

8. Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir

Tidak diragukan lagi jika Nabi Muhammad SAW merupakan nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT. Setelah itu tidak akan ada lagi nabi dan rasul yang akan diutus oleh Allah SWT. Hal ini didasarkan pada hadis berikut,

Rasulullah SAW menegaskan: "Rantai Kerasulan dan Kenabian telah sampai pada akhirnya. Tidak akan ada lagi rasul dan nabi sesudahku". (Tirmidzi, Kitab-ur-Rouya, Bab Zahab-un-Nubuwwa; Musnad Ahmad; Marwiyat-Anas bin Malik).

9. Mengubah, menambah, dan atau mengurangi pokok-pokok ibadah

Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam Islam terdapat sejumlah peribadatan yang terikat oleh ketentuan tertentu yang biasa disebut sebagai rukun. Ketentuan yang dimaksud mencakup tata cara, waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan, dan status hukum suatu ibadah.

10. Mengkafirkan sesama muslim

Ciri aliran sesat adalah membolehkan untuk menyematkan status kafir kepada orang di luar aliran tersebut.


Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...