Blog apoteker yang ingin menambah ilmu,wawasan,pengetahuan dan pengalaman. Meliputi artikel secara umum yang membuat bahagia dengan suka membaca. Dan menjadikan blog sebagai media menyalurkan hobi membaca, menulis dan sebagai usaha online "content writing". "Apoteker bahagia adalah Apoteker Try"
Friday, March 8, 2024
Tidak ada kebaikan yang balasannya juga kebaikan dari Allah SWT
ya Allah SWT, ya Mughni
Ya Mughni Artinya Yang Maha Pemberi Kekayaan
Adapun beberapa makna Ya Mughni artinya adalah sebagai berikut:
1. Bebas dari Keinginan atau Kebutuhan Berkecukupan
Ya Mughni artinya mengacu pada Allah SWT yang bebas dari segala kebutuhan dan keinginan. Dia adalah sumber segala kekayaan dan kesejahteraan, tidak memerlukan bantuan atau dukungan dari makhluk-Nya.
2. Mandiri untuk Dapat Melakukan Sesuatu
Ya Mughni artinya adalah Allah SWT pemberi kekayaan dan kecukupan bagi semua makhluk-Nya. Dia memiliki kemampuan untuk memberikan dan mencukupi tanpa ketergantungan pada siapapun atau apapun.
3. Kaya Raya dan Banyak Harta
Ya Mughni artinya juga menggambarkan Allah SWT sebagai pemilik segala kekayaan dan harta. Dia memiliki kelimpahan yang tak terbatas dan memberikan kepada makhluk-Nya sesuai dengan kebutuhan mereka.
4. Berkembang dan Mencukupi
Ya Mughni artinya Allah SWT memberi dengan berlimpah, sehingga ciptaan-Nya merasa puas dan mencukupi. Nama "Mughni" mencerminkan bahwa Allah SWT memiliki kemampuan untuk memberi pada tingkat yang mencukupi dan lebih.
Dengan demikian, Ya Mughni artinya dalam konteks doa atau dzikir adalah panggilan kepada Allah SWT sebagai Pemberi Kekayaan dan Yang Mencukupi. Penggunaan nama ini dalam doa atau dzikir merupakan ungkapan rasa syukur dan ketergantungan kepada Allah SWT sebagai sumber segala kecukupan dan keberlimpahan dalam kehidupan.
8 penyakit jiwa menurut islam
Hadits: Delapan Penyakit Jiwa
Pertama: Gelisah (Al-Hamm)
Gelisah diartikan sebagai keadaan cemas dan selalu merasa khawatir, serta tidak sabar dalam menanti sesuatu. Penyebabnya misalnya kurang percaya diri, sehabis berbohong, demam panggung, hingga rasa bersalah terhadap suatu hal.
Agar jiwa tidak gelisah, dituntunkan untuk selalu berbuat kebaikan, di antaranya jujur dalam ucapan dan tindakan. Imam al-Nawawi menyebut, dosa selalu menggelisahkan dan tidak tenangkan jiwa, seperti Hadits :
Kedua: Kesedihan (Al-Hazan)
Sedih dapat terjadi pada diri seseorang akibat masa lalu yang buruk menimpanya, seperti musibah, kecelakaan, ditinggal orang yang disayangi, dan terkait dengan masa lalu. Dalam Islam, sedih tidak terlarang karena bagian naluri manusia, bahkan setelah berbuat dosa yang merupakan hal terpuji. Sabda Nabi Saw: “idza saratka hasanatuka wa sa’atka sayyiatuka fa anta mu’min”, jika kamu merasa gembira karena amal baikmu dan sedih karena amal burukmu, maka kamu beriman” (HR At-Tirmidzi). Kesedihan yang dilarang adalah yang berlarut-larut, membuat hati lemah, rasa optimis hilang, dan menghancurkan harapan yang akan membawa keputusasaan dan membenci Allah. Hingga setan mendorong melakukan hal-hal yang dilarang. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu hanyalah dorongan dari setan. Supaya menjadikan hati orang beriman sedih. Padahal pembicaraan rahasia untuk menggunjing tidak akan merugikan orang beriman sedikitpun, kecuali dengan kehendak Allah. Hanya kepada Allah-lah hendaknya orang yang beriman bertawakkal” (Qs. Al-Mujadalah: 10).
Ketiga: Lemah (Al-‘Ajz)
Lemah di sini berarti tidak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan, namun menundanya di lain waktu atau melakukan perbuatan yang tidak tuntas. Lemah bersifat umum meliputi urusan dunia dan agama. Antonimnya adalah al-hazm, yaitu tekad dan berkemauan keras. Dalam Hadits tersebut :
“Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai oleh Allah dari mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan lemah. Jika tertimpa suatu musibah, jangan engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan begini begitu. Tapi ucapkan: ‘Ini ketentuan Allah. Setiap apa yang Dia kehendaki, pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan” (HR Muslim).
Sabda Nabi SAW: “Bersegeralah melakukan perbuatan baik, karena akan terjadi fitnah laksana sepotong malam yang gelap” (HR Muslim). Tambah Ibnu Umar ra.: “Bila engkau di sore hari, jangan menunggu datangnya pagi. Bila engkau di pagi hari, jangan menunggu datangnya sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakitmu, waktu hidupmu sebelum matimu”.
Keempat: Malas (Al-Kasal)
Malas adalah tidak adanya kemauan dan merasa berat untuk melakukan pekerjaan, walaupun sebenarnya mampu menyelesaikannya. Bagi Raghib al-Ashfahani, malas adalah merasa berat dalam suatu urusan yang seharusnya tidak perlu merasa berat. Tiga alasan kenapa Islam mencela sifat malas. Pertama, jiwa menjadi buruk. Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda :
“Bila seorang hamba bangun malam, lalu berdzikir, lepaslah satu ikatan (setan). Bila ia berwudhu, lepaslah satu ikatan lagi. Jika ia shalat, lepaslah seluruh ikatan (setan tersebut). Di pagi hari, jiwanya akan bersemangat dan baik. Jika tidak bangun, jadilah jiwanya jelek dan malas” (HR al-Bukhari).
Kedua, malas adalah sifat orang munafik. Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan bila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali” (Qs An-Nisa’: 142).
Penyebab utama kemalasan adalah terlalu banyak tidur dan berangan-angan kosong yang membuat hati keruh. Jiwa merasa tidak punya semangat untuk menghabiskan waktu dengan kebaikan. Allah SwT, memerintahkan pada malam hari tidak seutuhnya digunakan untuk tidur, tapi juga digunakan untuk beribadah. Firman-Nya :
“Hai orang yang berselimut (Muhammad(, bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit . . . Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang” (Qs Al-Muzammil: 1-3, 20).
Angan-angan kosong menjadikan manusia malas dan membuang waktu dalam kesia-siaan buaian lamunan. Inilah ciri orang kafir yang dikecam Allah dalam firman-Nya :
“Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka)” (Qs Al-Hijr: 2-3).
Menghilangkan penyakit malas dapat dilakukan dengan memilih pergaulan yang baik, dimana mendukung seseorang mengisi hidup dengan hal-hal positif. Teman yang rajin, mendorong diri untuk meniru dan ikut dalam berbuat baik. Al-Bukhari meriwayatkan Hadis dari Abu Musa :
“Permisah teman duduk yang baik dan teman yang jelek, bagaikan penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi, engkau akan membelinya atau engkau mendapat bau wanginya. Adapun tukang pandai besi, dapat membakar rumahmu, bajumu atau engkau mendapat baunya yang tidak enak” (HR. Al-Bukhari).
Cara lain menghilangkan malas dengan mengingat pentingnya waktu yang hakikatnya tidak berulang. Menyia-yiakannya, menjadikan hidup tidak berarti.
Kelima, kikir (al-bukhlu)
Kikir berarti menahan harta dengan tidak menunaikan hak dan kewajiban berkaitan dengan harta tersebut. Al-Quran mengecam sifat kikir dengan menyebut harta yang ditanam tidak akan bermanfaat bagi pemiliknya.
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa” (Qs Al-Lail: 8-11).
Kikir muncul karena berlebihan cinta harta, merasa hartanya miliknya sendiri, takut harta hilang, takut miskin dan merasa tidak butuh orang lain. Sifat ini banyak ditemui saat seseorang memiliki kecukupan harta. Di sinilah, manusia diuji untuk saling berbagi.
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa” (Qs Al-Lail: 8-11).
Keenam, takut (al-Jubnu)
Takut berarti tidak berani menghadapi kenyataan atau dimaksudkan pengecut, seseorang yang tidak siap memenuhi tanggung jawab. Jiwa penakut cenderung berbohong agar kesalahanya tertutupi dan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Akibatnya, muncul rasa was-was dan ragu dalam berkata dan bertindak, pesimis, dihantui bayangan kegagalan dan sulit menentukan sikap di saat penting, karena tidak memiliki keberanian moral. Menghindari al-jubnu dengan mempersiapkan semua urusan yang akan dihadapi.
Ketujuh dan kedelapan, Terlilit Hutang (Dhal’u al-Dain) dan dikuasai orang (qahru ar-rijal)
Orang yang berhutang umumnya merasa tertekan dan jika tidak sanggup membayar, rela melakukan perintah apa saja (qahru ar-rijal) dari orang yang menghutangi asalkan lunas, bahkan rela menjual diri dan kehormatannya, karena ia dalam kendali pihak yang memberikan piutang. Berhutang dalam Islam adalah dibolehkan. Berdosa jika seseorang tidak menunasinya. Hadis di atas bertujuan agar orang segera melunasi hutang tepat pada waktu yang dijanjikan. Sabda lain Nabi SAW :
“Siapa yang berhutang lalu berniat tidak melunasinya, ia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dengan status pencuri” (HR. Ibnu Majah).
Berserah diri kepada Allah SWT
Cara Berserah Diri kepada Allah SWT yang Tepat Menurut Islam
Artinya: Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.
Dalam surat Al-Anfal ayat 49, Allah SWT berfirman :
Artinya: (Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya.”
(Allah berfirman) “Siapa pun yang bertawakal kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
Cara Berserah Diri kepada Allah SWT
1. Tetapkan niat hanya karena Allah SWT
Islam mengajarkan untuk mengerjakan sesuatu dengan niat yang benar. Maksudnya adalah melakukan suatu perkara hanya karena Allah SWT.
Niat yang benar akan memunculkan energi positif dalam diri seseorang. Sehingga, muncullah motivasi untuk mencapai tujuan sesuai yang diinginkan.
2. Lakukan usaha dan ikhtiar
Lakukan usaha semaksimal mungkin dengan baik dan benar, maksudnya dengan melalui tahapan atau proses sebagaimana mestinya. Jangan menggunakan ‘jalan pintas’ hanya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Penting juga untuk berikhtiar dengan memilih sesuatu, baik usaha atau profesi, yang sesuai dengan kemampuan diri masing-masing. Dengan cara-cara inilah seorang Muslim bisa menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.
3. Teruslah berdoa
Tidak ada do'a ang sia-sia di dunia ini jika meminta kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Gafir ayat 60 yang berbunyi :
Artinya: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”
4. Terima hasilnya dengan bijak
Menerima dengan lapang dada segala hasil dari usaha yang telah dilakukan adalah bertawakal. Apabila sesuai keinginan, sudah sepatutnya untuk bersyukur. Jika tak sesuai ekspektasi, maka harus bersabar.
Sebagaimana pesan Rasulullah SAW yang berikut ini :
Artinya: "Mengherankan urusan orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya baik, tidak ada yang demikian itu kecuali pada orang Mukmin. Jika ia mendapat kenikmatan/kesuksesan ia bersyukur dan bersyukur itu baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan dia bersabar dan bersabar itu baik baginya."
Thursday, March 7, 2024
Anak ku bukan untuk pencitraan
Keutamaan puasa Ramadhan
Keutamaan Puasa Ramadhan, Salah Satunya Doanya Mujarab
Pertama, termasuk rukun Islam
Islam itu dibangun di atas lima perkara. Tidak sempurna keislaman seseorang kecuali dengan mengerjakan lima perkara tersebut. Rasulullah SAW bersabda :
Islam itu dibangun di atas lima perkara: syahadat(persaksian) bahwa tidak ada ilah (sembahan) yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah, mendirikan shalat, membayar za kat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan.’” (HR al-Bukhari: 8 dan Muslim: 16)
Kedua, menghapus dosa yang telah lalu
Dari Abu Hurairah Ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim No. 860).
Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. (Lihat Fathul Bari, 4: 115).
Ketiga, merupakan sebab masuk surga
Berdasarkan hadits :
Abu Abdillah Jarir Al-Anshari RA menerangkan, ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Bagaimana pendapatmu jika aku telah mengerjakan sholat maktubah (sholat fardhu lima waktu), berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambahnya dengan suatu apapun. Apakah aku bisa masuk surga?'' Rasul menjawab, ''Ya.'' (HR Muslim "15).
Keempat, do’anya terkabulkan
Rasulullah SAW bersabda :
”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a, akan dikabulkan.” (HR. Al Bazaar. Al Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10: 14 mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-. Lihat Jami’ul Ahadits, 9: 224).
Ini merupakan keutamaan yang besar bagi bulan Ramadhan dan orang yang berpuasa, menunjukkan keutamaan do’a dan orang yang berdo’a.” (Faidhul Qadir, al-Munawi, 2/614)
Kelima, pahala yang berlipat ganda tanpa batas.
Berdasarkan hadits:
dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda :
"Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya."
Yakni Aku akan memberikan pahala yang banyak tanpa menentukan kadarnya. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala, "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)
Makna ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’, maksudnya adalah bahwa dia termasuk ibadah yang paling Aku cintai dan paling mulia di sisi-Ku.
Ibnu Abdul Bar berkata, "Cukuplah ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’ menunjukkan keutamaannya dibandingkan ibadah-ibadah lainnya.
Diriwayatkan oleh An-Nasa’i, 2220 dari Abu Umamah rahdiallahuanhu berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah kalian berpuasa, karena tidak ada yang menyamainya." (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih Nasai).
Pembunuhan disengaja menurut islam
Dosa Membunuh Orang Menurut Islam: Berbalas Neraka Jahannam
Setiap tiba waktu pagi, iblis menyebar pasukannya, seraya berkata, "Siapa yang mampu menyesatkan seorang muslim, aku akan memasangkan mahkota kepadanya."
Salah seorang setan berkata, "Aku senantiasa menggoda seseorang hingga dia menceraikan istrinya."
Iblis berkata, "Terlalu mudah baginya untuk menikah lagi."
Setan lain melapor, "Aku senantiasa menggoda seorang lelaki hingga dia durhaka kepada orang tuanya."
Iblis berkata, "Terlalu mudah baginya untuk berbakti kepada mereka."
Setan lain melapor, "Aku senantiasa menggoda Fulan hingga dia minum khamar."
Iblis berkata, "Engkau layak."
Setan lain melapor, "Aku senantiasa menggoda seorang lelaki hingga dia berzina."
Iblis berkata, "Engkau layak."
Setan lain melapor, "Aku senantiasa menggoda seorang lelaki hingga dia membunuh."
Iblis berkata, "Engkaulah yang paling layak."
Dosa Membunuh Orang
Tingkat pembunuhan didasarkan pada seberapa buruk dan seberapa berhak orang yang dibunuh untuk terus hidup dan juga jasanya kepada manusia.
Ia menyebut, orang yang paling keras siksanya di akhirat adalah orang yang membunuh nabi, membunuh pemimpin yang adil, atau ulama yang memerintahkan manusia kepada kebatilan. Adapun, membunuh orang mukmin dengan sengaja, kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, adalah kekal di neraka.
"Karena itu pula balasan membunuh orang mukmin dengan sengaja adalah kekal di neraka, mendapat laknat, kemurkaan Allah, dan siksa pedih di neraka, selama tidak ada penghalang dilakukannya balasan tersebut."
Balasan membunuh orang mukmin dengan sengaja telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman :
Artinya: "Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah (neraka) Jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, melaknatnya, dan menyediakan baginya azab yang sangat besar." (QS An Nisa': 93).
balasan bagi orang yang membunuh mukmin dengan sengaja adalah neraka Jahannam.
Sementara itu, dalam ayat lain Allah SWT berfirman :
Artinya: "Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi." (QS Al Maidah: 32).
Ayat tersebut menjelaskan suatu ketentuan bahwa membunuh seorang manusia berarti membunuh semua manusia, sebagaimana memelihara kehidupan seorang manusia berarti memelihara kehidupan semua manusia.
Dibaca dengan hati !
Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera
MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...
-
Urusan hutang piutang telah diatur dalam Islam, sebab persoalan ini bukan hanya dilakukan orang yang kurang mampu saja melainkan...
-
Obat Wajib Apotek “ Obat dengan penanda huruf K dalam lingkaran merah, yang dikenal dengan Obat Keras, seharusnya hanya dapat diserahkan...
-
Alhamdulillah..mahar itu kerelaan calon istri jadi untuk saya dikala itu, karena memang sudah ada rencana akan menikah setahun setelah memul...