Friday, March 8, 2024

8 penyakit jiwa menurut islam

Hadits: Delapan Penyakit Jiwa

Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw bersabda kepada Abu Talhah: Carilah seorang anak kecil dari milikmu untuk melayaniku (selama kepergianku ke Khaibar). Abu Talhah keluar bersamaku dengan memboncengku. Saat itu aku adalah seorang anak kecil yang hampir baligh. Aku melayani Rasulullah SAW saat beliau singgah dan aku selalu mendengar Nabi banyak berdoa: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu  dari  sifat  (jiwa)  gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang, dan dikuasai manusia (HR al-Bukhari).

Allah SwT menganugerahkan jiwa pada manusia yang nilainya tak terhingga.  Dengannya, manusia merasakan suka, duka, bahagia, derita, kecewa, dan kedamaian. Ia  keajaiban  yang  datang  dari Allah SWT, di mana  selalu menuntun manusia pada cahaya kebenaran. Tapi,  seperti  tubuh, jiwa dapat merasakan sehat dan sakit. Terdapat delapan penyakit jiwa yang secara  lugas  disebutkan Nabi dalam Hadits di atas.

Pertama: Gelisah (Al-Hamm)

Gelisah diartikan sebagai keadaan cemas dan selalu merasa khawatir, serta tidak sabar dalam  menanti sesuatu. Penyebabnya misalnya kurang percaya diri, sehabis berbohong, demam  panggung, hingga rasa bersalah terhadap suatu hal. 

Agar jiwa tidak gelisah, dituntunkan untuk selalu berbuat kebaikan, di antaranya jujur dalam ucapan dan tindakan. Imam al-Nawawi menyebut, dosa selalu menggelisahkan dan tidak tenangkan jiwa, seperti Hadits :

Kedua: Kesedihan (Al-Hazan)

Sedih dapat terjadi pada diri seseorang akibat masa lalu yang buruk menimpanya, seperti musibah, kecelakaan, ditinggal orang yang disayangi, dan terkait dengan masa lalu. Dalam Islam, sedih tidak terlarang karena bagian naluri manusia, bahkan setelah berbuat dosa yang merupakan hal terpuji. Sabda Nabi Saw: “idza saratka hasanatuka wa sa’atka sayyiatuka fa anta mu’min”, jika kamu merasa gembira karena amal baikmu dan sedih karena amal burukmu, maka kamu beriman” (HR At-Tirmidzi). Kesedihan yang dilarang adalah yang berlarut-larut, membuat hati lemah, rasa optimis hilang, dan menghancurkan harapan yang akan membawa keputusasaan  dan  membenci Allah. Hingga setan mendorong melakukan hal-hal yang dilarang. Allah SWT berfirman :

Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu hanyalah dorongan dari setan. Supaya menjadikan hati orang beriman sedih. Padahal pembicaraan rahasia untuk menggunjing tidak akan merugikan orang beriman sedikitpun, kecuali dengan kehendak Allah. Hanya kepada Allah-lah hendaknya orang yang beriman bertawakkal” (Qs. Al-Mujadalah: 10).

Ketiga: Lemah (Al-‘Ajz)

Lemah di sini berarti tidak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan, namun  menundanya di lain waktu atau melakukan perbuatan yang tidak tuntas. Lemah bersifat umum meliputi urusan dunia dan agama. Antonimnya adalah al-hazm, yaitu tekad dan berkemauan keras. Dalam Hadits tersebut :

“Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai  oleh Allah dari  mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah  pada  Allah, jangan lemah. Jika tertimpa suatu musibah, jangan engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan  begini begitu.  Tapi  ucapkan: ‘Ini ketentuan Allah. Setiap apa yang Dia kehendaki, pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan” (HR Muslim).

Sabda Nabi SAW: “Bersegeralah melakukan perbuatan baik, karena akan terjadi fitnah laksana sepotong malam yang gelap” (HR Muslim). Tambah Ibnu Umar  ra.: “Bila engkau di sore hari, jangan menunggu datangnya pagi. Bila engkau di pagi hari, jangan menunggu datangnya sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakitmu, waktu hidupmu sebelum matimu”.

Keempat: Malas (Al-Kasal)

Malas adalah tidak adanya kemauan dan merasa berat untuk melakukan pekerjaan, walaupun sebenarnya mampu menyelesaikannya. Bagi Raghib al-Ashfahani, malas adalah merasa berat dalam suatu urusan yang seharusnya tidak perlu merasa berat. Tiga alasan kenapa Islam mencela sifat malas. Pertama, jiwa menjadi buruk. Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda :

“Bila seorang hamba bangun malam, lalu berdzikir, lepaslah satu ikatan (setan). Bila ia berwudhu, lepaslah satu  ikatan lagi. Jika ia shalat, lepaslah seluruh ikatan (setan tersebut). Di pagi hari, jiwanya akan bersemangat dan baik. Jika tidak bangun, jadilah jiwanya jelek dan malas” (HR al-Bukhari).

Kedua, malas adalah sifat orang munafik. Allah SWT berfirman :

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan merekaDan bila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (Qs An-Nisa’: 142).

Penyebab utama kemalasan adalah  terlalu banyak tidur dan berangan-angan kosong yang membuat hati keruh.  Jiwa merasa tidak punya semangat untuk menghabiskan waktu dengan kebaikan. Allah SwT, memerintahkan pada malam hari tidak seutuhnya digunakan untuk tidur, tapi juga digunakan untuk beribadah. Firman-Nya :

Hai orang yang berselimut (Muhammad(, bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit . . . Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang” (Qs Al-Muzammil: 1-3, 20).

Angan-angan kosong menjadikan manusia malas dan membuang waktu dalam kesia-siaan  buaian  lamunan. Inilah ciri orang kafir yang  dikecam Allah dalam firman-Nya :

Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka) (Qs Al-Hijr: 2-3).

Menghilangkan  penyakit  malas  dapat  dilakukan  dengan  memilih pergaulan yang baik,  dimana  mendukung  seseorang  mengisi  hidup  dengan hal-hal positif.  Teman  yang  rajin, mendorong  diri  untuk meniru dan ikut dalam berbuat baik. Al-Bukhari meriwayatkan Hadis dari Abu Musa :

Permisah teman duduk yang baik dan teman yang jelek, bagaikan penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi, engkau akan membelinya atau engkau mendapat bau wanginya. Adapun tukang pandai besi, dapat membakar rumahmu, bajumu atau engkau mendapat baunya yang tidak enak (HR. Al-Bukhari).

Cara lain menghilangkan malas dengan mengingat pentingnya waktu yang hakikatnya  tidak berulang. Menyia-yiakannya, menjadikan hidup tidak berarti.

Kelima,  kikir (al-bukhlu)

Kikir  berarti  menahan  harta  dengan  tidak  menunaikan  hak dan kewajiban  berkaitan dengan harta tersebut.  Al-Quran mengecam sifat kikir dengan menyebut harta yang  ditanam tidak akan bermanfaat bagi pemiliknya.

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa (Qs Al-Lail: 8-11).

Kikir  muncul  karena  berlebihan  cinta harta,  merasa  hartanya  miliknya sendiri, takut harta  hilang, takut  miskin  dan merasa  tidak  butuh  orang lain. Sifat ini banyak ditemui saat seseorang memiliki kecukupan harta. Di sinilah, manusia  diuji untuk saling berbagi.

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa (Qs Al-Lail: 8-11).

Keenam,  takut (al-Jubnu)

Takut  berarti   tidak  berani  menghadapi kenyataan atau  dimaksudkan pengecut, seseorang  yang  tidak  siap  memenuhi tanggung  jawab.  Jiwa  penakut cenderung  berbohong  agar  kesalahanya tertutupi  dan  mencari  kambing  hitam untuk  disalahkan. Akibatnya,  muncul  rasa was-was dan ragu  dalam berkata dan bertindak, pesimis,  dihantui bayangan kegagalan  dan  sulit  menentukan  sikap di saat penting, karena tidak memiliki keberanian moral. Menghindari al-jubnu  dengan  mempersiapkan  semua urusan  yang akan dihadapi.

Ketujuh dan kedelapan,  Terlilit Hutang  (Dhalu al-Dain) dan  dikuasai orang (qahru ar-rijal)

Orang yang berhutang umumnya merasa tertekan  dan jika  tidak sanggup membayar, rela melakukan perintah  apa saja (qahru ar-rijal)  dari orang yang menghutangi  asalkan  lunas, bahkan rela menjual diri  dan  kehormatannya,  karena  ia dalam kendali  pihak yang memberikan  piutang.  Berhutang  dalam  Islam  adalah dibolehkan.  Berdosa jika  seseorang  tidak menunasinya.  Hadis di atas  bertujuan agar   orang  segera  melunasi  hutang tepat  pada  waktu  yang  dijanjikan. Sabda lain  Nabi SAW :

“Siapa yang berhutang lalu berniat tidak melunasinya, ia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dengan status pencuri” (HR. Ibnu Majah).

No comments:

Post a Comment

Silahkan ketik sambil senyum ya

Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...