Friday, March 8, 2024

ya Allah SWT, ya Mughni

Ya Mughni Artinya Yang Maha Pemberi Kekayaan

Ya Mughni artinya bahwa Allah SWT juga memiliki sifat yang dapat memberikan harta kekayaan pada setiap makhluk-Nya. Penting untuk ditekankan bahwa Ya Mughni artinya Yang Maha Pemberi Kekayaan. Namun penting untuk dipahami bahwa kekayaan yang dimaksud tidak hanya sebatas harta beda, namun juga dapat berbentuk perlindungan, kesehatan, dan sebagainya.

Ya Mughni artinya juga menunjukkan bahwa Allah SWT memiliki kekuasaan untuk memberikan dan mendatangkan rezeki, sehingga manusia bisa merasa tenang, nyaman, dan tidak merasa kekurangan.

Adapun beberapa makna Ya Mughni artinya adalah sebagai berikut:

1. Bebas dari Keinginan atau Kebutuhan Berkecukupan

Ya Mughni artinya mengacu pada Allah SWT yang bebas dari segala kebutuhan dan keinginan. Dia adalah sumber segala kekayaan dan kesejahteraan, tidak memerlukan bantuan atau dukungan dari makhluk-Nya.

2. Mandiri untuk Dapat Melakukan Sesuatu

Ya Mughni artinya adalah Allah SWT pemberi kekayaan dan kecukupan bagi semua makhluk-Nya. Dia memiliki kemampuan untuk memberikan dan mencukupi tanpa ketergantungan pada siapapun atau apapun.

3. Kaya Raya dan Banyak Harta

Ya Mughni artinya juga menggambarkan Allah SWT sebagai pemilik segala kekayaan dan harta. Dia memiliki kelimpahan yang tak terbatas dan memberikan kepada makhluk-Nya sesuai dengan kebutuhan mereka.

4. Berkembang dan Mencukupi

Ya Mughni artinya Allah SWT memberi dengan berlimpah, sehingga ciptaan-Nya merasa puas dan mencukupi. Nama "Mughni" mencerminkan bahwa Allah SWT memiliki kemampuan untuk memberi pada tingkat yang mencukupi dan lebih.

Dengan demikian, Ya Mughni artinya dalam konteks doa atau dzikir adalah panggilan kepada Allah SWT sebagai Pemberi Kekayaan dan Yang Mencukupi. Penggunaan nama ini dalam doa atau dzikir merupakan ungkapan rasa syukur dan ketergantungan kepada Allah SWT sebagai sumber segala kecukupan dan keberlimpahan dalam kehidupan.

8 penyakit jiwa menurut islam

Hadits: Delapan Penyakit Jiwa

Dari Anas bin Malik bahwa Nabi Saw bersabda kepada Abu Talhah: Carilah seorang anak kecil dari milikmu untuk melayaniku (selama kepergianku ke Khaibar). Abu Talhah keluar bersamaku dengan memboncengku. Saat itu aku adalah seorang anak kecil yang hampir baligh. Aku melayani Rasulullah SAW saat beliau singgah dan aku selalu mendengar Nabi banyak berdoa: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu  dari  sifat  (jiwa)  gelisah, sedih, lemah, malas, kikir, pengecut, terlilit hutang, dan dikuasai manusia (HR al-Bukhari).

Allah SwT menganugerahkan jiwa pada manusia yang nilainya tak terhingga.  Dengannya, manusia merasakan suka, duka, bahagia, derita, kecewa, dan kedamaian. Ia  keajaiban  yang  datang  dari Allah SWT, di mana  selalu menuntun manusia pada cahaya kebenaran. Tapi,  seperti  tubuh, jiwa dapat merasakan sehat dan sakit. Terdapat delapan penyakit jiwa yang secara  lugas  disebutkan Nabi dalam Hadits di atas.

Pertama: Gelisah (Al-Hamm)

Gelisah diartikan sebagai keadaan cemas dan selalu merasa khawatir, serta tidak sabar dalam  menanti sesuatu. Penyebabnya misalnya kurang percaya diri, sehabis berbohong, demam  panggung, hingga rasa bersalah terhadap suatu hal. 

Agar jiwa tidak gelisah, dituntunkan untuk selalu berbuat kebaikan, di antaranya jujur dalam ucapan dan tindakan. Imam al-Nawawi menyebut, dosa selalu menggelisahkan dan tidak tenangkan jiwa, seperti Hadits :

Kedua: Kesedihan (Al-Hazan)

Sedih dapat terjadi pada diri seseorang akibat masa lalu yang buruk menimpanya, seperti musibah, kecelakaan, ditinggal orang yang disayangi, dan terkait dengan masa lalu. Dalam Islam, sedih tidak terlarang karena bagian naluri manusia, bahkan setelah berbuat dosa yang merupakan hal terpuji. Sabda Nabi Saw: “idza saratka hasanatuka wa sa’atka sayyiatuka fa anta mu’min”, jika kamu merasa gembira karena amal baikmu dan sedih karena amal burukmu, maka kamu beriman” (HR At-Tirmidzi). Kesedihan yang dilarang adalah yang berlarut-larut, membuat hati lemah, rasa optimis hilang, dan menghancurkan harapan yang akan membawa keputusasaan  dan  membenci Allah. Hingga setan mendorong melakukan hal-hal yang dilarang. Allah SWT berfirman :

Sesungguhnya pembicaraan bisik-bisik itu hanyalah dorongan dari setan. Supaya menjadikan hati orang beriman sedih. Padahal pembicaraan rahasia untuk menggunjing tidak akan merugikan orang beriman sedikitpun, kecuali dengan kehendak Allah. Hanya kepada Allah-lah hendaknya orang yang beriman bertawakkal” (Qs. Al-Mujadalah: 10).

Ketiga: Lemah (Al-‘Ajz)

Lemah di sini berarti tidak melakukan perbuatan yang seharusnya dilakukan, namun  menundanya di lain waktu atau melakukan perbuatan yang tidak tuntas. Lemah bersifat umum meliputi urusan dunia dan agama. Antonimnya adalah al-hazm, yaitu tekad dan berkemauan keras. Dalam Hadits tersebut :

“Mukmin yang kuat lebih baik dan dicintai  oleh Allah dari  mukmin yang lemah. Namun, keduanya tetap memiliki kebaikan. Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah  pada  Allah, jangan lemah. Jika tertimpa suatu musibah, jangan engkau katakan: ‘Seandainya aku lakukan  begini begitu.  Tapi  ucapkan: ‘Ini ketentuan Allah. Setiap apa yang Dia kehendaki, pasti terjadi.’ Karena perkataan law (seandainya) dapat membuka pintu setan” (HR Muslim).

Sabda Nabi SAW: “Bersegeralah melakukan perbuatan baik, karena akan terjadi fitnah laksana sepotong malam yang gelap” (HR Muslim). Tambah Ibnu Umar  ra.: “Bila engkau di sore hari, jangan menunggu datangnya pagi. Bila engkau di pagi hari, jangan menunggu datangnya sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum sakitmu, waktu hidupmu sebelum matimu”.

Keempat: Malas (Al-Kasal)

Malas adalah tidak adanya kemauan dan merasa berat untuk melakukan pekerjaan, walaupun sebenarnya mampu menyelesaikannya. Bagi Raghib al-Ashfahani, malas adalah merasa berat dalam suatu urusan yang seharusnya tidak perlu merasa berat. Tiga alasan kenapa Islam mencela sifat malas. Pertama, jiwa menjadi buruk. Imam Al-Bukhari meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda :

“Bila seorang hamba bangun malam, lalu berdzikir, lepaslah satu ikatan (setan). Bila ia berwudhu, lepaslah satu  ikatan lagi. Jika ia shalat, lepaslah seluruh ikatan (setan tersebut). Di pagi hari, jiwanya akan bersemangat dan baik. Jika tidak bangun, jadilah jiwanya jelek dan malas” (HR al-Bukhari).

Kedua, malas adalah sifat orang munafik. Allah SWT berfirman :

Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan merekaDan bila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali (Qs An-Nisa’: 142).

Penyebab utama kemalasan adalah  terlalu banyak tidur dan berangan-angan kosong yang membuat hati keruh.  Jiwa merasa tidak punya semangat untuk menghabiskan waktu dengan kebaikan. Allah SwT, memerintahkan pada malam hari tidak seutuhnya digunakan untuk tidur, tapi juga digunakan untuk beribadah. Firman-Nya :

Hai orang yang berselimut (Muhammad(, bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit . . . Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang” (Qs Al-Muzammil: 1-3, 20).

Angan-angan kosong menjadikan manusia malas dan membuang waktu dalam kesia-siaan  buaian  lamunan. Inilah ciri orang kafir yang  dikecam Allah dalam firman-Nya :

Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang Muslim. Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka) (Qs Al-Hijr: 2-3).

Menghilangkan  penyakit  malas  dapat  dilakukan  dengan  memilih pergaulan yang baik,  dimana  mendukung  seseorang  mengisi  hidup  dengan hal-hal positif.  Teman  yang  rajin, mendorong  diri  untuk meniru dan ikut dalam berbuat baik. Al-Bukhari meriwayatkan Hadis dari Abu Musa :

Permisah teman duduk yang baik dan teman yang jelek, bagaikan penjual minyak wangi dan tukang pandai besi. Penjual minyak wangi, engkau akan membelinya atau engkau mendapat bau wanginya. Adapun tukang pandai besi, dapat membakar rumahmu, bajumu atau engkau mendapat baunya yang tidak enak (HR. Al-Bukhari).

Cara lain menghilangkan malas dengan mengingat pentingnya waktu yang hakikatnya  tidak berulang. Menyia-yiakannya, menjadikan hidup tidak berarti.

Kelima,  kikir (al-bukhlu)

Kikir  berarti  menahan  harta  dengan  tidak  menunaikan  hak dan kewajiban  berkaitan dengan harta tersebut.  Al-Quran mengecam sifat kikir dengan menyebut harta yang  ditanam tidak akan bermanfaat bagi pemiliknya.

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa (Qs Al-Lail: 8-11).

Kikir  muncul  karena  berlebihan  cinta harta,  merasa  hartanya  miliknya sendiri, takut harta  hilang, takut  miskin  dan merasa  tidak  butuh  orang lain. Sifat ini banyak ditemui saat seseorang memiliki kecukupan harta. Di sinilah, manusia  diuji untuk saling berbagi.

Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar. Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa (Qs Al-Lail: 8-11).

Keenam,  takut (al-Jubnu)

Takut  berarti   tidak  berani  menghadapi kenyataan atau  dimaksudkan pengecut, seseorang  yang  tidak  siap  memenuhi tanggung  jawab.  Jiwa  penakut cenderung  berbohong  agar  kesalahanya tertutupi  dan  mencari  kambing  hitam untuk  disalahkan. Akibatnya,  muncul  rasa was-was dan ragu  dalam berkata dan bertindak, pesimis,  dihantui bayangan kegagalan  dan  sulit  menentukan  sikap di saat penting, karena tidak memiliki keberanian moral. Menghindari al-jubnu  dengan  mempersiapkan  semua urusan  yang akan dihadapi.

Ketujuh dan kedelapan,  Terlilit Hutang  (Dhalu al-Dain) dan  dikuasai orang (qahru ar-rijal)

Orang yang berhutang umumnya merasa tertekan  dan jika  tidak sanggup membayar, rela melakukan perintah  apa saja (qahru ar-rijal)  dari orang yang menghutangi  asalkan  lunas, bahkan rela menjual diri  dan  kehormatannya,  karena  ia dalam kendali  pihak yang memberikan  piutang.  Berhutang  dalam  Islam  adalah dibolehkan.  Berdosa jika  seseorang  tidak menunasinya.  Hadis di atas  bertujuan agar   orang  segera  melunasi  hutang tepat  pada  waktu  yang  dijanjikan. Sabda lain  Nabi SAW :

“Siapa yang berhutang lalu berniat tidak melunasinya, ia akan bertemu Allah (pada hari kiamat) dengan status pencuri” (HR. Ibnu Majah).

Berserah diri kepada Allah SWT

Cara Berserah Diri kepada Allah SWT yang Tepat Menurut Islam

Berserah diri kepada Allah SWT dalam agama Islam dikenal dengan istilah tawakal. anjuran untuk bertawakal ditegaskan dalam beberapa ayat Al-Quran. Salah satunya dalam penggalan surat Ath Thalaq ayat 4 yang berbunyi :

Artinya: Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.

Dalam surat Al-Anfal ayat 49, Allah SWT berfirman :

Artinya: (Ingatlah) ketika orang-orang munafik dan orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya berkata, “Mereka itu (orang-orang mukmin) ditipu oleh agamanya.”

(Allah berfirman) “Siapa pun yang bertawakal kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Cara Berserah Diri kepada Allah SWT

1. Tetapkan niat hanya karena Allah SWT

Islam mengajarkan untuk mengerjakan sesuatu dengan niat yang benar. Maksudnya adalah melakukan suatu perkara hanya karena Allah SWT.

Niat yang benar akan memunculkan energi positif dalam diri seseorang. Sehingga, muncullah motivasi untuk mencapai tujuan sesuai yang diinginkan.

2. Lakukan usaha dan ikhtiar

Lakukan usaha semaksimal mungkin dengan baik dan benar, maksudnya dengan melalui tahapan atau proses sebagaimana mestinya. Jangan menggunakan ‘jalan pintas’ hanya untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

Penting juga untuk berikhtiar dengan memilih sesuatu, baik usaha atau profesi, yang sesuai dengan kemampuan diri masing-masing. Dengan cara-cara inilah seorang Muslim bisa menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.

3. Teruslah berdoa

Tidak ada do'a ang sia-sia di dunia ini jika meminta kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surat Gafir ayat 60 yang berbunyi :

Artinya: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

4. Terima hasilnya dengan bijak

Menerima dengan lapang dada segala hasil dari usaha yang telah dilakukan adalah bertawakal. Apabila sesuai keinginan, sudah sepatutnya untuk bersyukur. Jika tak sesuai ekspektasi, maka harus bersabar.

Sebagaimana pesan Rasulullah SAW yang berikut ini :

Artinya: "Mengherankan urusan orang Mukmin. Sesungguhnya semua urusannya baik, tidak ada yang demikian itu kecuali pada orang Mukmin. Jika ia mendapat kenikmatan/kesuksesan ia bersyukur dan bersyukur itu baik baginya. Dan jika ditimpa kesusahan dia bersabar dan bersabar itu baik baginya."



Thursday, March 7, 2024

Anak ku bukan untuk pencitraan

Kota Jambi, Kamis 7 Maret 2024

MasyaaAllah Tabarakallah.. Ini foto Dilan menuju 6 bulan. Alhamdulillah, anak sholeh yang menjadi penyenang dan penyejuk hati ibu nya. Terkadang seorang ibu ada rasa sebal nya, namun selalu berusaha untuk tidak berucap dengan kata - kata yang buruk. Sebab tidak ingin juga menjadi orang tua yang durhaka. 

Berbakti kepada orang tua karena Allah SWT, jadi bisa membedakan mana yang benar dan salah tentunya dengan pedoman Al - Quran. Islam itu agama yang lurus, mengajarkan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan beribadah mengharapkan keridhoan-Nya, bukan hanya sebatas keridhoan manusia. Bila manusia nya saja lalai terhadap kewajibannya kepada Allah SWT, maka tidak wajib untuk dipatuhi. Dekati lah orang - orang beriman dan bertakwa yang bisa membuat diri semakin dekat dengan Allah SWT. Karena ibadah yang tertinggi adalah ridho terhadap takdir Allah SWT. 

Dilanomera Suhelizy bukan dijadikan untuk pencitraan, anak yang diharapkan kehadirannya lewat usaha dan do'a dengan hasil tawakal kepada Allah SWT. Lahir di rahim yang halal dan bersih, alhamdulillah. Semoga selalu menjadi anak yang sholeh, cerdas, pintar, bahagia dan baik hati nya serta apa yang diinginkan dan dicita - citakan nya tercapai dalam keridhoan Allah SWT (aamiin). 

Keutamaan puasa Ramadhan

Keutamaan Puasa Ramadhan, Salah Satunya Doanya Mujarab

Pertama, termasuk rukun Islam

Islam itu dibangun di atas lima perkara. Tidak sempurna keislaman seseorang kecuali dengan mengerjakan lima perkara tersebut. Rasulullah SAW bersabda :

Islam itu dibangun di atas lima perkara: syahadat(persaksian) bahwa tidak ada ilah (sembahan) yang berhak diibadahi dengan benar kecuali hanya Allah dan bahwa Muhammad adalah rasul (utusan) Allah, mendirikan shalat, membayar za kat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadhan.’” (HR al-Bukhari: 8 dan Muslim: 16)

Kedua, menghapus dosa yang telah lalu

Dari Abu Hurairah Ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :

“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim No. 860).

Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. (Lihat Fathul Bari, 4: 115).

Ketiga, merupakan sebab masuk surga

Berdasarkan hadits :

Abu Abdillah Jarir Al-Anshari RA menerangkan, ada seorang lelaki yang bertanya kepada Rasulullah SAW, ''Bagaimana pendapatmu jika aku telah mengerjakan sholat maktubah (sholat fardhu lima waktu), berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambahnya dengan suatu apapun. Apakah aku bisa masuk surga?'' Rasul menjawab, ''Ya.'' (HR Muslim "15).

Keempat, do’anya terkabulkan

Rasulullah SAW bersabda :

”Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan do’a, akan dikabulkan.” (HR. Al Bazaar. Al Haitsami dalam Majma’ Az-Zawaid, 10: 14 mengatakan bahwa perowinya tsiqoh -terpercaya-. Lihat Jami’ul Ahadits, 9: 224). 

Ini merupakan keutamaan yang besar bagi bulan Ramadhan dan orang yang berpuasa, menunjukkan keutamaan do’a dan orang yang berdo’a.” (Faidhul Qadir, al-Munawi, 2/614)

Kelima, pahala yang berlipat ganda tanpa batas.

Berdasarkan hadits:

dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata, Rasulullah SAW bersabda :

"Semua amal Bani Adam akan dilipat gandakan kebaikan sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat. Allah Azza Wa Jallah berfirman, ‘Kecuali puasa, maka ia untuk-Ku dan Aku yang akan memberikan pahalanya."

Yakni Aku akan memberikan pahala yang banyak tanpa menentukan kadarnya. Hal ini seperti firman Allah Ta’ala, "Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." (QS. Az-Zumar: 10)

Makna ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’, maksudnya adalah bahwa dia termasuk ibadah yang paling Aku cintai dan paling mulia di sisi-Ku.

Ibnu Abdul Bar berkata, "Cukuplah ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’ menunjukkan keutamaannya dibandingkan ibadah-ibadah lainnya.

Diriwayatkan oleh An-Nasa’i, 2220 dari Abu Umamah rahdiallahuanhu berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Hendaklah kalian berpuasa, karena tidak ada yang menyamainya." (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih Nasai). 


Pembunuhan disengaja menurut islam

Dosa Membunuh Orang Menurut Islam: Berbalas Neraka Jahannam

Membunuh orang tanpa sebab yang dibenarkan syariat termasuk salah satu dosa besar dalam Islam. Dalam Al-Qur'an maupun hadits telah disebutkan ancaman bagi pelaku pembunuhan. Membunuh merupakan perbuatan buruk yang paling disukai Iblis.

Setiap tiba waktu pagi, iblis menyebar pasukannya, seraya berkata, "Siapa yang mampu menyesatkan seorang muslim, aku akan memasangkan mahkota kepadanya."

Salah seorang setan berkata, "Aku senantiasa menggoda seseorang hingga dia menceraikan istrinya."

Iblis berkata, "Terlalu mudah baginya untuk menikah lagi."

Setan lain melapor, "Aku senantiasa menggoda seorang lelaki hingga dia durhaka kepada orang tuanya."

Iblis berkata, "Terlalu mudah baginya untuk berbakti kepada mereka."

Setan lain melapor, "Aku senantiasa menggoda Fulan hingga dia minum khamar."

Iblis berkata, "Engkau layak."

Setan lain melapor, "Aku senantiasa menggoda seorang lelaki hingga dia berzina."

Iblis berkata, "Engkau layak."

Setan lain melapor, "Aku senantiasa menggoda seorang lelaki hingga dia membunuh."

Iblis berkata, "Engkaulah yang paling layak."

Dosa Membunuh Orang

Tingkat pembunuhan didasarkan pada seberapa buruk dan seberapa berhak orang yang dibunuh untuk terus hidup dan juga jasanya kepada manusia.

Ia menyebut, orang yang paling keras siksanya di akhirat adalah orang yang membunuh nabi, membunuh pemimpin yang adil, atau ulama yang memerintahkan manusia kepada kebatilan. Adapun, membunuh orang mukmin dengan sengaja, kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, adalah kekal di neraka.

"Karena itu pula balasan membunuh orang mukmin dengan sengaja adalah kekal di neraka, mendapat laknat, kemurkaan Allah, dan siksa pedih di neraka, selama tidak ada penghalang dilakukannya balasan tersebut."

Balasan membunuh orang mukmin dengan sengaja telah disebutkan dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman :

Artinya: "Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah (neraka) Jahanam. Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, melaknatnya, dan menyediakan baginya azab yang sangat besar." (QS An Nisa': 93). 

balasan bagi orang yang membunuh mukmin dengan sengaja adalah neraka Jahannam. 

Sementara itu, dalam ayat lain Allah SWT berfirman :

Artinya: "Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi." (QS Al Maidah: 32). 

Ayat tersebut menjelaskan suatu ketentuan bahwa membunuh seorang manusia berarti membunuh semua manusia, sebagaimana memelihara kehidupan seorang manusia berarti memelihara kehidupan semua manusia.


Nasihat kematian dari Imam Syafi'i


Kehidupan dunia ini tidaklah kekal dan hanya sementara. Akan ada masa di mana semuanya berakhir termasuk dunia dan seisinya. Ketika itu, manusia dan makhluk lainnya akan binasa.

Allah SWT berfirman dalam surat Ar - rumus ayat 54 yang berbunyi :

Terjemahan: Allah adalah Zat yang menciptakanmu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan(-mu) kuat setelah keadaan lemah. Lalu, Dia menjadikan(-mu) lemah (kembali) setelah keadaan kuat dan beruban.595) Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dia Maha Mengetahui lagi Mahakuasa.

Nasihat Kematian Imam Syafi'i

Sadar atau tidak, sesungguhnya seluruh manusia sedang menuju kepada kematian. Siap atau tidak, cepat atau lambat, tua atau muda, semua manusia akan menghadapinya.

Orang yang cerdas akan menjadikan kematian sebagai nasihat dan guru dalam kehidupan. Sedikit saja lengah, maka ia telah kehilangan guru terbaik dalam hidupnya.

Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW,

"Cukuplah kematian itu sebagai penasihat." (HR Thabrani dan Baihaqi)

Sementara itu, Imam Syafi'i juga memberi nasihat perihal kematian. Nasihat kematian Imam Syafi'i tersebut di antaranya:

"Tidak sepantasnya seorang mukmin lalai dari mengingat mati dan menyiapkan diri untuk menyambutnya."

Pesan yang dapat diambil dari nasihat ini, setiap mukmin harus senantiasa mengingat kematian setiap saat. Dengan begitu, dirinya akan selalu terhindar dari perbuatan tercela maupun perbuatan dosa.

Mukmin tersebut tidak mungkin menyia-nyiakan waktunya yang hanya sebentar sebelum kematian menjemput ini dengan perbuatan sia-sia atau bahkan tercela. Oleh karena itu, dirinya akan senantiasa memperbanyak perbuatan baik dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Nasihat kematian Imam Syafi'i yang kedua :

"Jadikan akhirat di hatimu, dunia di tanganmu, dan kematian di pelupuk matamu."

Nasihat ini memiliki pesan yang hampir sama dengan nasihat sebelumnya. Nasihat ini muncul karena banyaknya orang yang di dunia yang sangat tidak memprioritaskan akhirat dan malah fokus pada kehidupan duniawi.

Banyak dari manusia yang berpikiran bahwa akhirat adalah ilusi atau cerita fiksi yang keberadaannya tidak diyakini. Itulah sebabnya, Imam Syafi'i menasihati agar menjadikan akhirat senantiasa ada di hati kita.

Sementara itu, mestinya hal-hal yang duniawi harus ditempatkan di "tangan." Artinya manusia tidak boleh menjadikannya tujuan utama dalam kehidupan. Sebab semua hal yang ada di dunia ini adalah fana dan tidak kekal.

Dibaca dengan hati !

Mesin Waktu - 8 Tahun 7 Bulan, tidak berakhir sia - sia karena ada Dilanomera

MasyaaAllah Tabarakallah.. Saya akan berbagi pengalaman hidup saya, agar semua bisa mengambil hikmah dari setiap perjalanan didalam pernikah...